"WOI! GUE MAU PANTUN! DENGERIN NIH BUAT PARA WANITA PASTI KALIAN BAKAL KAYANG DENGERNYA!" Kenzo menyeru berisik di sebelah Septian yang sedang asik memakan bakminya.
Anak-anak Xenom itu tengah berkumpul di wajang atau yang merupakan singkatan dari warung mang ujang .
warung itu terletak di bawah pohon-pohon rindang di belakang sekolah sehingga
hawanya selalu sejuk. Sudah dari Xenom angkatan pertama mereka mengklaim tempat nongkrong disini. Bahkan mang ujang sudah menganggap mereka seperti anak-anaknya sendiri."Pantun apa lagi coba tell me," sahut Juna tertarik. Siapa tau bisa ia jadikan bahan gombalannya nanti.
"Ikan hiu makan batagor, Kamu cantik pengen aku jedor!" Kenzo menepuk-nepuk mejanya rusuh membuat Samuel tersedak es batu karena terkejut.
"HEH BISUL JANGKRIK! HERAN GUE SAMA LO KAGAK BISA SANTAI BANGET!" Samuel mengomel membuat yang lain tertawa.
Cewek-cewek kayang? Kalau yang ngomong begitu modelan si Pak Bos sama Gio sih iya. Modelan lo? Bisa sawan anak orang Ji," kata
Septian sambil makan tanpa menoleh sedikit pun.Pria itu kelaparan karena tidak sempat istirahat akibat dihukum Pak Yasim menyalin catatan sebanyak empat lembar di ruang guru.
Reza terkekeh pelan melihat suasana gaduh itu. "Lo pada nanti malem kumpul ke Markas gak? Udah lama enggak nginep bareng disana".
"Nah kalau itu ayok gue mah!!! Kapan lagi kita ngumpul gitu sekalian bergadang kan besok libur. Kita main PS aja, yang kalah traktir seminggu, gimana?" ajak Juna langsung semangat.
"Kalau lo kalah, siap-siap gue bangkrutin! Liat aja lo gue jadiin miskin!" Kenzo menunjuk kearah Juna.
Seperti biasa, kedua orang itu tidak pernah akur dan selalu ribut. Drama pertunjukan Kenzo dan Juna pun dimulai. Mereka berdua saling melotot satu sama lain seperti adu tatapan siapa yang paling galak.
Bukannya takut justru teman-temannya bawaannya ingin menampol wajah mereka.
"Apa lo? Ngajak ribut?!" kenzo bersedekap dada menatapnya.
"Sini maju!"
"Lo Aja Maju!"
"Lo Duluan!"
"Bilang Aja Lo Takut!!" seru Juna.
Siapa Bilang?!"
"Gue! Kenapa Gak Seneng?!"
"LO BERDUA GUE KAWININ JUGA LAMA-LAMA! BERANTEM MULU TAPI
GILIRAN GAK KETEMU NYARIIN!" Samuel berkata geram dengan satu gelas berisi air dingin untuk mengguyur mereka."Begini nih! Gi temen lo tuh ngajak perang!" Juna mengadu agar Kenzo kena semprot.
Gio mungkin di tempatnya tetapi pikirannya melayang entah kemana. Cowok itu melamun dengan wajah yang tampak masam, terlihat tidak ingin diganggu membuat semua pandangan teman-temannya teralihkan padanya.
Bahkan Septian yang sejak tadi sibuk
makan kini ikut menoleh penasaran.
Inilah sifat Gio. Diam dan tidak ingin merepotkan teman-temannya untuk ikut campur masalahnya.Kelima cowok itu duduk di mendekat
sambil memperhatikan Gio. Seketika kesadaran Gio kembali lalu menatap teman-temannya bingung karena merasa dirinya diperhatikan."Kenapa lo? Ada masalah?" tanya Reza to the point.
Siapa di sini yang tidak hafal dengan kebiasaan Gio yang satu ini. Semuanya
sudah hafal jika Gio tipe orang tak suka berbagi kesusahan pada mereka. Apapun cowok itu lakukan sendiri."Katanya teman, kok gak berbagi?" kata Samuel padanya.
"Cerita aja, Gi. Kalau lo ngangkat beban sendirian itu gak bakal kuat, mending kita angkat sama-sama. Xenom selalu ada buat lo 24/7 jam." ujar Septian pengertian.
Gio terdiam sejenak. Benar apa kata Septian. Sekuat-kuatnya Gio, cowok itu juga manusia yang butuh topangan. Gio menatap kelima temannya dengan perasaan bangga. Ia merasa dihargai sekali.
"Devano datang lagi," kata Gio. "Dia selalu iri sama gue yang dipercaya sama Bokap. Sedangkan gue malah iri sama dia karena
dia bebas buat lakuin apa aja," Gio mengepalkan tangannya kuatkuat."Devano ketua Dragon? Dia saudara lo? Kenapa lo gak cerita?" tanya Reza mulai serius.
"Kakak gue.""Itu geng apaan? Kelompok baru?" Juna menggaruk kepalanya tidak paham.
"Dragon yang pernah mau bakar markas kita? Bukannya udah bubar gara-gara salah satu anak buahnya ketangkep polisi?" tanya
Samuel."Gue baru denger ketua Dragon itu Devano," timpal Septian sambil mangut-mangut.
"Sekarang ketua baru Dragon itu Devano. Dan lo masih inget Felix? Sekarang itu dia wakilnya." kata Reza menjelaskan.
Tentu mereka ingat betul siapa itu Bagas. Seseorang yang pernah ingin ikut bergabung dengan Xenom angkatan pertama yang masih diketuai oleh Lion.
Tetapi Lion menolaknya. Pada akhirnya cowok itu dendam dan ingin menghancurkan Xenom. Di sinilah Reza berdiri untuk melindungi teman-temannya serta mempertahankan Xenom sampai akhir. Xenom ini tempat dimana
mereka bisa bersatu lewat perbedaan.Definisi keluarga tanpa hubungan darah, itulah Xenom.
"Itu orang pindah-pindah terus ya? Tadinya mau di Xenom terus ke wicked dan terakhir Dragon." Kenzo menghela napasnya lelah.
"Bukan itu masalahnya." kata Gio membuat yang lain langsung diam untuk mendengarkan.
Seluruh anak Xenom entah mengapa selalu diam ketika Gio sedang berbicara. Bukan karena takut, melainkan kata-kata dari Gio seperti sebuah hal yang perlu didengar.
Karena laki-laki itu jarang berbicara
dan sekalinya berbicara pasti penting maka mereka semua menghargainya. Wakil ketua Xenom itu, kesayangan mereka semua."Masalahnya Devano mau pakai Allena sebagai alat buat hancurin gue." ucap Gio.
Terjadi hening beberapa saat sebelum akhirnya mereka melongo kompak.
"Gak bakal gue biarin!" kata Septian setengah marah.
"Dia sentuh adek-adek gue, abis dia nanti."
"Semakin kita kepancing, justru mereka makin seneng." ujar Reza memberi tahu.
"Gue setuju." sambar Kenzo "Lo gimana Gi sama Allena? Sampai kapan lo mau cuekin dia kayak gitu?"
Gio mengusap wajahnya gusar. "Salah gue, harusnya gue gak usah kasih harapan lagi ke dia."
"Semakin dia dekat sama gue, Allena semakin bahaya. Gue sama dia udah gak ada apa-apa lagi." sambung Gio.
"Tapi lo suka kan sama Allena?" tanya Juna.
"Gak akan." jawab Gio tanpa ragu. "Gue bukan tipe yang mau masuk ke dalam kesalahan yang sama."
"Maksud lo pacaran sama Allena itu sebuah kesalahan?" Samuel bertanya lebih rinci.
"Iya, kesalahan yang gak akan mau gue ulang lagi." putus Gio langsung membuat teman-temannya terdiam tak berani melanjuti pembicaraan.
☆☆☆
Keadaan kelas XII IPA 1 seperti kapal pecah karena tidak ada guru yang mengawas. Allena bertopang dagu seraymencoret-coret kertas putih di atas meja. Dirinya tidak tertarik bergabung dengan teman-temannya yang sedang sibuk bercerita tentang pacarnya masing-masing.
Allena berdengus kencang lalu mencak-mencak sendiri. Pengen punya ayang juga, batin Allena sangat iri.
#Pensi #eventpensi #pensivol13 #teorikatapublishing
KAMU SEDANG MEMBACA
ALGIO [SEGERA TERBIT]
Teen FictionAlena Aruninka dikenal sebagai seorang gadis cantik yang ceria, hurmoris dan pantang menyerah. Kegagalannya dulu menyia-nyiakan Gio membuatnya bertekad untuk mendapatkan cowok itu kembali, namun sayangnya Gio telah membencinya. Saat Alena mengejar...