Bab 26. MENGAMUK

134 31 12
                                    

BAB 26. MENGAMUK.

Yuda yang tidak terima dirinya diperlakukan demikian, sengaja menunggu kepulangan Fera. Sebab karena wanita itulah hidupnya jadi berantakan. Ia tidak mungkin pulang dalam kondisi dipecat secara tidak hormat, bahkan tanpa uang pesangon. Ibunya pasti akan sangat marah bahkan mengamuk bila mengetahui hal ini. Sungguh, Yuda tidak berani untuk kembali ke rumah yang entah akan bertahan berapa lama lagi di sana, sebab baik Fera dan Gisel sudah tidak bisa ia genggam lagi.

Ia hanya tengah menunggu di usir dari sana. Saat itulah penyesalan terbesarnya hadir, seharusnya dari awal ia sudah merubah akte kepemilikan rumah, tapi karena terlalu terlena dengan kekayaan, dan juga cinta dari Gisel, ia menyepelekan kesetiaan dan kelemahan Fera. Mengira bahwa wanita itu tidak akan berani pergi darinya. Dan sekarang saat sang istri bergerak, semua mendadak hancur. Sungguh, kita tidak boleh menyepelekan orang yang diam.

Setelah lama menunggu akhirnya yang diincar telah menampakkan batang hidungnya, Fera melangkah perlahan keluar dari lobby. Perempuan itu menggendong tasnya di punggung, rambutnya nampak di kuncir kuda yang membuat rambut itu bergerak sesuai langkah kakinya. Tubuhnya nampak indah, terlihat seperti seorang gadis. Ah, mungkin karena belum pernah punya anak?

Ada perasaan kesal pada diri Yuda, kenapa saat ia menjadi istri penampilannya sangat buruk dan membosankan, dan saat sudah diujung tanduk begini Fera justru terlihat memukau. Benar-benar dibodohi dirinya selama ini.

Yuda gegas keluar dari persembunyiannya saat melihat Fera tengah menunggu bus di halte depan kantor. Ia nampak sendirian sekarang. Benar-benar waktu yang pas. Lekas ia mendekat dan mencengkram tangannya. Sontak wanita itu menoleh kaget. "Mas Yuda?" ucapnya lirih seolah tidak percaya.

Calon mantan suaminya itu menyeringai. "Ya, kenapa, senangkan ada aku di sini?"

Fera nampak ketakutan tapi beberapa detik kemudian wajahnya berubah menjadi datar dan bahkan seolah mengejek dirinya. "Kau kira, aku akan ketakutan seperti dulu?" ejeknya.

Sontak saja Yuda agak terkejut mendengar itu, yang biasanya dilakukan Fera adalah memohon dan menangis. "Jangan sok hebat kamu, hanya karena bisa mengeluarkan aku dari kantor, bukan berarti kau akan bebas dariku." Ia mulai mengancam.

Fera justru tertawa renyah. "Ya ampun, aku takut sekali, Mas. Memangnya kau masih punya apa untuk mengancamku?" tanyanya. "Dan, bukankah seharusnya kau yang harus segera pulang karena Mama Yeni dan Cecil mungkin sedang kesulitan sekarang," lanjutnya sembari mendekatkan bibirnya di telinga sang calon mantan suami.

Sontak saja cengkraman Yuda melemah membuat Fera langsung menarik diri. Ia gegas menaiki bus dan berucap. "Cepat pulang, aku tidak jamin keluargamu selamat!" serunya lalu pintu bus tertutup dan membawanya pergi dari sana.

Yuda lemas seketika, ia benar-benar tidak bisa berkutik sekarang. Sontak ia lekas berlari ke arah mobilnya—mobil dinas dari kantor—yang mungkin saja besok atau hari ini akan ditarik paksa.

***

Di rumah Yuda.

"Bajingan, brengsek, siapa kalian, tiba-tiba menerobos masuk dan membuat kegaduhan di rumahku!" teriak Yeni yang tidak terima rumah yang ia tinggali selama lima tahun ini mendadak di bajak orang.

Pria-pria tinggi besar dengan berpakaian serba hitam itu tidak peduli dan terus melaju menuju kamar Yeni, Cecil dan Yuda. Seolah ia sudah dikomando dengan tepat hingga mengetahui di mana letak kamar ketiganya. Yang bagian bawah dijaga agar tidak ada yang berani mengganggu. Cecil yang baru pulang dari kampus sontak terkejut melihat banyak orang di rumahnya, apalagi sang ibu sampai teriak histeris. "Mama, ada apa?!" serunya yang berlari mendekat, lantas Yeni langsung memeluk tubuhnya. "Mah, ada apa ini, kenapa ramai orang berwajah seram?" tanyanya lagi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 2 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BALAS DENDAM SANG ISTRITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang