𐙚 𝑭𝒂𝒌𝒕𝒂 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒎𝒆𝒏𝒚𝒂𝒌𝒊𝒕𝒌𝒂𝒏 𐙚

34 27 7
                                    

𝑯𝒂𝒍𝒐 𝒑𝒂𝒓𝒂 𝒓𝒆𝒂𝒅𝒆𝒓𝒔... 𝑲𝒆𝒏𝒂𝒍𝒊𝒏 𝒂𝒌𝒖 𝑴𝒊𝒓𝒆𝒊𝒍𝒍𝒆, 𝒌𝒂𝒍𝒊𝒂𝒏 𝒃𝒊𝒔𝒂 𝒑𝒂𝒏𝒈𝒈𝒊𝒍 𝒂𝒌𝒖 𝑴𝒊𝒓𝒆𝒊.𝑰𝒏𝒊 𝒄𝒆𝒓𝒊𝒕𝒂 𝒃𝒂𝒓𝒖 𝑴𝒊𝒓𝒆𝒊, 𝒎𝒐𝒉𝒐𝒏 𝒅𝒊 𝒔𝒖𝒑𝒑𝒐𝒓𝒕 𝒚𝒂 𝒕𝒆𝒎𝒂𝒏 - 𝒕𝒆𝒎𝒂𝒏.

ᵐᵒʰᵒⁿ ᵐᵃᵃᶠ ᵇᶦˡᵃ ᵃᵈᵃ ᵗʸᵖᵒ

ᵐᵒʰᵒⁿ ᵐᵃᵃᶠ ᵇᶦˡᵃ ᵃᵈᵃ ᵗʸᵖᵒ

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Bel sekolah berbunyi menandakan akhir dari hari yang panjang. Jane dan Nydia segera membereskan buku-buku mereka, bersiap untuk meninggalkan kelas. Namun, di dalam hati mereka, ada perasaan gelisah yang tak bisa diabaikan. Hari itu, mereka telah bersepakat untuk mengunjungi dokter meski tidak memberitahu Matteo dan Marcus, mereka tahu itu adalah langkah yang perlu diambil.

Saat mereka berdua keluar dari kelas, Matteo dan Marcus sudah menunggu di dekat gerbang sekolah. Marcus, yang selalu bersikap protektif terhadap Jane, tersenyum lembut saat melihat adiknya mendekat. "Jadi, mau kemana kita hari ini, atau langsung pulang?" tanya Kak Marcus. Matteo, yang berdiri di sampingnya, mengangguk setuju. "Iya, kita bisa nongkrong bareng, makan es krim atau apa pun."

Jane dan Nydia saling bertukar pandang, perasaan bersalah mulai merayap dalam hati mereka. Jane tahu bahwa dia harus segera memeriksakan diri ke dokter, terutama setelah tiga kali mengalami mimisan dalam sehari. Tapi dia juga tidak ingin membuat Matteo dan Marcus khawatir.

Akhirnya, Jane menarik napas dalam-dalam dan tersenyum tipis pada Kak Marcus dan Matteo. "Sebenarnya, aku dan Nydia udah punya rencana lain hari ini," katanya, berusaha agar suaranya terdengar ceria. "Kita mau jalan-jalan berdua aja, sekalian ngobrol-ngobrol."

Nydia, yang sedikit lebih gugup, segera mengangguk. "Iya, benar. Cuma mau ngabisin waktu berdua aja, girls time," tambahnya, mencoba menyembunyikan kecemasannya.

Marcus tampak sedikit terkejut, namun segera mengerti. "Oh, begitu ya? Nggak apa-apa, kalau kalian mau punya waktu sendiri, tapi kalian berdua hati - hati ya."

"Iya, enjoy aja. Kalian juga butuh waktu buat ngobrol-ngobrol sendiri." Ucap Matteo.

Jane merasa lega bahwa mereka tidak mencurigai apa pun. Dia memberikan senyum lebar kepada kakaknya, lalu kepada Matteo. "Oke, Makasih ya!"

Setelah mengucapkan salam perpisahan, Jane dan Nydia segera berjalan menjauh dari sekolah.

Mereka berdua naik bus yang menuju ke rumah sakit, perasaan mereka bercampur aduk antara cemas dan lega. Meskipun Jane berusaha terlihat tenang, jauh di dalam hatinya dia takut—takut pada kemungkinan hasil pemeriksaan nanti, takut pada kenyataan yang mungkin harus dia hadapi.

Bayangan di Balik Senyuman [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang