𐙚 𝑴𝒆𝒏𝒈𝒐𝒓𝒃𝒂𝒏𝒌𝒂𝒏 𐙚

31 25 2
                                    

𝑯𝒂𝒍𝒐 𝒑𝒂𝒓𝒂 𝒓𝒆𝒂𝒅𝒆𝒓𝒔... 𝑲𝒆𝒏𝒂𝒍𝒊𝒏 𝒂𝒌𝒖 𝑴𝒊𝒓𝒆𝒊𝒍𝒍𝒆, 𝒌𝒂𝒍𝒊𝒂𝒏 𝒃𝒊𝒔𝒂 𝒑𝒂𝒏𝒈𝒈𝒊𝒍 𝒂𝒌𝒖 𝑴𝒊𝒓𝒆𝒊.𝑰𝒏𝒊 𝒄𝒆𝒓𝒊𝒕𝒂 𝒃𝒂𝒓𝒖 𝑴𝒊𝒓𝒆𝒊, 𝒎𝒐𝒉𝒐𝒏 𝒅𝒊 𝒔𝒖𝒑𝒑𝒐𝒓𝒕 𝒚𝒂 𝒕𝒆𝒎𝒂𝒏 - 𝒕𝒆𝒎𝒂𝒏.

ᵐᵒʰᵒⁿ ᵐᵃᵃᶠ ᵇᶦˡᵃ ᵃᵈᵃ ᵗʸᵖᵒ

ᵐᵒʰᵒⁿ ᵐᵃᵃᶠ ᵇᶦˡᵃ ᵃᵈᵃ ᵗʸᵖᵒ

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Malam itu, setelah Jane masuk ke kamarnya untuk beristirahat, suasana di ruang tamu rumahnya masih dipenuhi keheningan. Masing-masing dari mereka tenggelam dalam pikiran dan perasaan masing-masing setelah mendengar kabar buruk tentang kondisi Jane.

"Aku mau melakukan pengecekan sumsum tulang. Kalau sumsum tulangku cocok, aku akan mendonorkannya untuk Jane." Ucap Matteo serius.

Nydia yang duduk di sebelahnya, langsung mengangguk setuju. "Aku juga mau. Kalau sumsum tulangku cocok, aku akan mendonorkannya. Aku akan lakukan apa saja untuk membantu Jane."

Marcus, yang mendengarkan percakapan itu dengan tenang, mengangguk perlahan. "Aku juga. Jane adalah adikku, dan aku tidak akan diam saja. Aku juga harus diperiksa."

Mama Sophia, yang sejak tadi hanya diam "Kalau begitu, tante juga akan ikut diperiksa"

Namun, sebelum Mama Sophia bisa melanjutkan, Marcus menggelengkan kepalanya dengan tegas. "Tidak, Ma. Mama tidak perlu melakukan itu. Mama harus tetap sehat. Jika terjadi sesuatu pada Mama, Jane akan lebih terpuruk. Biar aku, Matteo, dan Nydia saja yang diperiksa. Mama harus menjaga kesehatan Mama sendiri untuk tetap kuat mendampingi Jane."

"Baiklah," kata Mama Sophia akhirnya, suaranya penuh dengan keengganan dan kesedihan.

Marcus kemudian memandang Nydia dan Matteo dengan tatapan penuh tekad. "Besok pagi kita pergi ke rumah sakit. Kita semua akan diperiksa, dan mudah-mudahan salah satu dari kita bisa menjadi donor yang cocok untuk Jane."

Nydia mengangguk dan Matteo mengangguk juga.

𓈒ㅤׂㅤ𐙚  ࣪ ⭒

Pagi hari saat di meja makan, mereka semua duduk bersama, mencoba menikmati sarapan seperti hari-hari biasanya. Namun, kali ini ada sesuatu yang berbeda, sebuah keheningan yang tidak biasa, dipenuhi dengan kekhawatiran dan rasa cemas.

"Jane," panggilnya dengan suara lembut, tetapi tegas. "Kakak harus pergi ke rumah sakit sekarang, mencari donor yang cocok untukmu."

Jane, yang sejak tadi terdiam, langsung mendongak dan menatap Kak Marcus dengan mata penuh harap. "Aku ikut, Kak. Aku juga ingin tahu siapa yang cocok jadi donor."

Mama Sophia, yang duduk di seberang Jane, menoleh cepat ke arah putrinya. "Tidak, sayang. Kamu harus istirahat. Dokter sudah bilang kalau kamu perlu menjaga kondisi tubuhmu sebaik mungkin. Ini bukan saatnya kamu lelah."

Bayangan di Balik Senyuman [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang