Prolog

69 16 2
                                    

"Bluebell" merupakan cerita pertama yang berani aku up di wattpad, semoga kalian suka.

Tidak menerima segala bentuk plagiat.

Tandain apa bila terdapat kesalahan dalam penulisan.

Berkomentar lah dengan bahasa yang sopan. Sampaikan kritik saran dengan bahasa yang baik dan tidak berkesan menjatuhkan.
Jangan lupa tinggalkan jejak, baik dengan tekan vote maupun komentar

Star:15, Agustus 2024

Happy Reading

~Bluebell~

Baskara sudah berada di ujung barat, sepertinya tengah berpamitan dengan para penduduk bentala setelah seharian menemani mereka. Menyebabkan menjingganya warna cakrawala. Kawanan burung telah terbang kembali ke tempat huniannya. Dua orang insan muda dengan perbedaan gender yang sangat terlihat, tengah beriringan di jalanan alun-alun kota Blitar. Raut muka dan hati kedua insan tersebut sangat bertolak, di balik muka sumringah mereka, terdapat perasaan canggung yang sangat mengganggu. Keduanya mati-matian menahan gejolak yang ada di dalam diri merka. Namun apalah daya, janji tetaplah janji. Keduanya berjanji akan menghabiskan saat-saat terakhir mereka tanpa tangisan.

Waktu semakin berlalu, hingga jarum jam menunjukan pukul 08.40. Mereka sudah sadar akan hal tersebut, namun hati mereka seakan menolak. Ingin rasanya menghentikan waktu saat itu juga, hingga salah seorang dari keduanya, yakni seorang laki-laki yang sudah 2 tahun memasuki fase remajanya, Samudra, memulai pembicaraan.

"Lo, masi mau jajan?" Tanyanya kepada gadis sepantara yang berjalanan di sebelahnya. Gadis tersebut mendongakan wajahnya. Selang beberapa saat kembali membawa pandangannya ke arah depan, kemudian menggeleng.

"Kalau engga, ayo pulang! Udah jam segini, nanti bunda nyariin, gue janji ke bunda cuma bawa lo sampai jam 9," Sambung remaja laki-laki itu dan sukses membuat sang gadis menundukan kepalanya. Sial, rasanya ingin menangis saat itu juga, 4 tahun menjalin pertemanan bukanlah waktu yang singkat. Bahkan keduanya bak perangko yang sudah saling terekat.

"Iya. Ayo pulang," Jawab sang gadis dan mendapat angukan dari lawan bicaranya. Dengan sadar, laki-laki tersebut membawa pergelangan tangan sang gadis ke dalam genggamannya, kemudian menuntunnya ke tempat kendaraan yang ditumpangi keduanya terparkir.

Dinginnya malam bahkan kalah dengan perasaan semrawut dari kedua insan yang tengah membelah jalanan dengan motornya. Semakin waktu berjalan, rasanya semakin tak karuan. Ingin rasanya menghentikan waktu agar keduanya tak pernah sampai ke tempat tujuan. Namun apalah daya, tak butuh waktu lama untuk kedua insan muda itu untuk menginjakan kakinya di teras rumah sederhana bercat putih. Keduanya turun dari kuda besi yang ditungganginya seraya melepas helm yang dikenakan. Tampak di depannya sehelmorang pria dewasa yang tengah duduk di bangku yang sengaja diletakan di teras rumah tersebut. Pria itu bangkit dan berjalan kea rah keduanya.

"Tesa pulang, Yah," Ucap gadis bernama Tesa tersebut. Kemudian mencium tangan pria yang berdiri di depannya.

"Maaf, Samudra bawa pulangnya agak telat, Yah," Imbuh laki-laki di sebelah Tesa, seraya meraih tangan sang pria. Pria itu tersenyum menatap keduanya.

"Gapapa, lagian setelah ini kalian bakalan jarang ketemu, Samudra kan besok udah berangkat," Tutur Pria tersebut seraya mengusak rambut keduanya secara bergantian.

"I-iya, Yah," Balas Samudra canggung. Sementara Tesa, gadis itu tetap diam tanpa ada niatan untuk menjawab.

"Samudra pulang dulu ya, Yah, Ra," Titah Samudra kepada sepasang anak dan ayah di depannya dan mendapat angukan dari sang ayah. Sementara sang gadis masih tetap enggan membuka suara dengan tatapan yang menunduk. Samudra menghela nafas gusar, kemudian tangannya mengusap pucuk surai milik Tesa.

"Ra, gue pamit. Semoga kita bisa ketemu lagi di lain kesempatan," Tutur Samudra dengan suara lembutnya.

Runtuh sudah pertahanan Tesa, netra sang gadis mengeluarkan liquid bening yang sudah mati-matian ia tahan. Samudra membulatkan matanya, sontak menetralkan kembali ekspresinya, kemudian tersenyum nanar ke arah gadis di depannya.

"Jangan nangis, lo udah janji ke gue. Ga ada air mata malam ini, yang ada cuma senyuman," Ucap Samudra menenangkan namun tak berhasil menghentikan tangis sang gadis.

Bohong jika Samudra tak merasakan sesak di dadanya, terlebih saat melihat muka kacau gadis yang sudah 4 tahun bersamanya ini. Sontak, Samudra membawa tubuh Tesa ke dekapannya, tangannya tak berhenti mengusap punggung sang gadis. Bahkan sekarang netranya sudah berkaca-kaca.

"Gue pamit, Ra. Habis ini lo harus berhenti nangis, ya. Soalnya lo jelek kalau nangis gini," Tutur Samudra yang justru semakin memperderas tetesan tirta yang dihasilkan oleh kedua netra gadis yang berada di dekapannya.

"I-iya, Sa. Gue harap kita bisa ketemu lagi," Akhirnya gadis tersebut angkat bicara, walau tampak kurang jelas karena disisipi dengan isak tangisnya. Samudra menahan kedua bahu Tesa agar gadis tersebut berada di depannya. Terlihat Tesa yang berusaha menghapus sisa tirta yang ada di netranya, walaupun usahanya sia-sia, nyatanya netra tak akan bisa berbohong.

"Ra, Tamara, gue pamit, ya. Makasih udah mau jadi temen, enggak! Sahabat gue selama gue di sini. Jaga diri lo baik-baik, ya. Gue bakal sering kirim pesan ke lo," Cerca Samudra panjang lebar dan lawan bicaranya hanya menganguk tanpa sanggup menjawab.

"Gue pamit, ya. Jangan sampai kita asing hanya gegara ini," Lanjut Samudra sebelum akhirnya mengusak surai halus milik Tesa.

"Yah, Samudra pamit. Makasih udah ijinin Samudra buat bawa Mara keluar malam ini," Ucap Samudra berpamitan seraya meraih tangan sang ayah.

"Sama-sama, Sa. Ayah juga bilang makasih banyak sama kamu, kamu udah banyak bantu Tesa. Hati-hati di jalan, maaf kalau Tesa ga bisa antar kamu besok," Balas sang ayah, Dika. Seraya mengusap punggung yang lebih muda.

"Gapapa, Yah. Samudra duluan, ya" Ujar Samudra seraya mendaratkan pangkal paha di atas motor miliknya, memakai helmnya dan meposisikan kedua tanganya, bersiap untuk melesat.

"Bye, Ra. Inget kata gue, gue bakal sering kirimin lo pesan," Lanjut Samudra sebelum akhirnya melesat meninggalkan teras rumah bercat putih tersebut.

~ ~ ~

"Samudra, lo pembohong. Lo tau kan, gue benci banget sama orang yang suka bohong. Terus kenapa lo bohongi gue?"

"Gue benci lo, Sa"


Tbc, See you....

Bluebell || By : Athea CallesteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang