Chapter 6

12 6 0
                                    

"Bluebell" merupakan cerita pertama yang aku berani aku up di wattpad, semoga kalian suka.

Tidak menerima segala bentuk plagiat.

Tandain apa bila terdapat kesalahan dalam penulisan.
Berkomentarlah dengan bahasa yang sopan.
Sampaikan kritik dan saran dengan bahasa yang baik dan tidak bersifat menjatuhkan.
Tinggalkan jejak, baik dengan memberikan vote maupun komentar

Star:15, Agustus 2024

Happy Reading

~Bluebell~

Tesa memberikan tatapan masam pada lembaran kertas di depannya. Kertas yang dipenuhi dengan simbol-simbol rumit, yang bahkan sama sekali tak dapat dicerna oleh otaknya tersebut sukses mengaduk isi perutnya. Kimia, pelajaran yang sangat menyiksa bagi Tesa, hingga saat ini dirinya tak mampu untuk sekedar menjinakan runtutan angka dan simbol yang ada di dalamnya. 

Hari ini, bu Diana, guru kimianya mengadakan ulangan harian. Tesa masih cukup waras untuk belajar, walau hasilnya tetap sama, setidaknya gadis itu dapat mengingat beberapa rumus yang telah dipelajarinya. Namun tetap saja, bahkan Tesa sendiri tak tau harus menggunakan rumus yang mana. Berkali-kali ia mencoba segala cara, namun tak satu pun yang membuahkan hasil.

 Pemilik netra almond itu menghela nafasnya gusar. Sesekali mencuri-curi pandangan ke arah benda bulat yang tergantung pada dinding kelasnya. Masih tersisa 10 menit sebelum ulangan harian kali ini selesai, sementara gadis itu hanya berpasrah diri. Bahkan jikalau ada kesempatan untuknya mencotek, ia tak tau hal apa yang harus dicarinya.

Secuil penyesalan semakin terasa, tak seharusnya ia memilih paket kelas yang memuat pelajaran mengerikan itu. Kalau saja dirinya diberi satu kesempatan untuk kembali ke masa lalu, dengan kesadaran penuh ia akan mengganti opsinya saat pemilihan paket kelas. Namun apalah daya ketika nasi sudah menjadi bubur.

~ ~ ~

Berkali-kali Tesa menghela nafasnya, penampilannya bahkan tak lebih baik dari zombie. Gadis Blitar itu baru saja keluar dari ruang kelasnya, meninggalkan lembar jawaban yang bahkan ia sendiri tak tau apa isinya. Sementara Ruby, gadis berdarah Dayak tersebut tampak santai seolah tak terjadi apapun. Ruby hanya menggelengkan kepalanya, menatap kondisi teman sebangkunya saat ini. Di netranya, Tesa tampak bak korban penipuan yang baru saja kehilangan separuh kekayaannya.

"Hadeh, Tes. Muka lo udah kayak baju kagak disetrika," Cetus Ruby seraya menggelengkan kepalanya. Mendengar perkataan Ruby, membuat Tesa memanyukan kedua belah bibirnya.

"Ya gimana, gue berasa ada di ujung kematian tadi," Balas Tesa dan mendapat kekehan singkat dari teman sebangkunya, membuat sang empu mendengus kesal.

"Lo mah kagak ngerasain jadi gue. Secaranya lo masih bisa paham sama kimia, lah gue? Boro-boro mau paham, tiap ketemu tu mapel muatan di perut gue rasanya mau keluar," Sambungnya.

"Terus kenapa lo malah milih kelas yang ada kimianya?" Tanya Ruby dan mendapat kedikan bahu dari lawan bicaranya.

"Nah, itu. Gue ngiranya kalau gue kagak paham kimia di kelas X, berarti gue bisa pahamnya di kelas XI. Ternyata bukannya paham malah makin parah," Balas Tesa yang mana sukses membuat gadis berdarah Dayak itu menggelengkan kepalannya singkat.

"Gue udah pasrah kalau misal gue remed lagi," Cerca Tesa.

"Santai, nanti gue bantuin lo belajar dikit-dikit. Walau gue ga pinter-pinter amat, tapi kalau urusan bantuin lo belajar bisa diatur," Ucap Ruby yang mana sukses membuat gadis Blitar itu tersenyum lebar.

Bluebell || By : Athea CallesteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang