Chapter 7

9 6 0
                                    

"Bluebell" merupakan cerita pertama yang aku up di wattpad, semoga kalian suka.

Tidak menerima segala bentuk plagiat.

Tandain apa bila terdapat kesalahan dalam penulisan.
Berkomentarlah dengan bahasa yang sopan.
Sampaikan kritik dan saran dengan bahasa yang baik dan tidak bersifat menjatuhkan.
Tinggalkan jejak, baik dengan memberikan vote maupun komentar

Star:15, Agustus 2024

Happy Reading

~Bluebell~

Netra teduh itu bergerak seiring dengan lalu lalang kendaraan yang ia amati dari balkon apartemennya. Sedangkan jemarinya mengapit gulungan nikotin yang sudah terbakar, sesekali menyesap benda tersebut. Derasnya hujan dan dinginnya atmosfer tak sedikitpun mengganggu aktivitasnya.

Sebuah tepukan di bahunya membuat sang empu sontak menolehkan pandangannya. Menampilian seorang pemuda yang beberapa centi lebih tinggi darinya.

"Udah larut, gue balik dulu, Cak," Ucap pemuda tersebut yang berhasil mencetak kerutan di dahi sang lawan bicara.

"Hujan deres gini. Kagak mau nginep sini aja?" Tawar Cakra dan mendapat gelengan kepala dari oknum di depannya.

"Kagak. Besok sekolah, gue belum nyiapin seragam sama buku," Tolak pemuda itu.

"Yaudah kalau mau lo gitu," Ujar Cakra.

Sementara Dewa, pemuda itu hanya menganguk seraya memasangkan jaket hitam di tubuhnya. Sebelum akhirnya berjalan masuk ke dalam apartemen Cakra, meninggalkan sang pemilik yang masih setia menghuni balkonnya.

Cakra mematikan rokoknya, membuang putung pekas itu ke dalam tong sampah yang ada. Setelahnya, ia bergegas menyusul Dewa yang sudah terlebih dahulu masuk ke dalam. Sebelumnya, ia sempatkan untuk menutup pintu akses ke balkonnya.

Terlihat Dewa yang tengah mengenakan sepatu, di sampingnya terdapat sebuah mantel hujan milik pemuda itu.

"Lo beneran kagak mau nginep sini aja? Udah larut gini, mana hujan deres banget," Tawar Cakra.

"Kagak. Lagian besok sekolah, gue takut bangun kesiangan terus kagak sempet balik dulu ke rumh ambil buku sama seragam," Tolak Dewa untuk kedua kalinya, yang mana membuat oknum lawan bicaranya hanya bisa pasrah.

"Gue duluan. Saran gue lo kurang-kurangin dah itu rokok, kasihan tubuh lo kalau tiap hari lo cekokin benda gituan," Ucap Dewa seraya beranjak dari tempatnya.

"Iya. Lagian gue juga lagi usaha buat ngurangin," Balas Cakra dan mendapat angukan dari oknum yang berada di depannya.

"Bagus deh. Inget! Tesa kurang nyaman sama aroma rokok," Cerca Dewa.

Memang benar, pemilik netra almond itu kurang menyaman dengan aroma yang di hasilkan dari gulungan nikotin itu. Bahkan Dika, sang ayah, tak pernah sekalipun menyentuh benda itu.

Dewa sendiri mengetahui hal tersebut dari Ruby, ia dengan suka rela membantu Cakra untuk menggali informasi tentang gadis itu. Bukan informasi yang bersifat privasi. Hanya sekedar hal-hal yang disukai dan tak disukainya.

"Iya, gue tau," Jawa Cakra.

Setelahnya Dewa segera berpamitan dengan Cakra. Kemudian ia melangkahkan kakinya, keluar dari apartemen tersebut.

~ ~ ~

Warna gelap cakrawala mulai memudar, menciptakan fajar yang tampak indah. Sang mega telah berhenti menangis, menyisakan embun yang perlahan menetes dari dedaunan. Dinginnya atmosfer masih sangat terasa, menghipnotis penduduk bentala agar mengeratkan selimutnya.

Bluebell || By : Athea CallesteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang