Chapter 5

17 7 0
                                    

"Bluebell" merupakan cerita pertama yang aku berani aku up di wattpad, semoga kalian suka.

Tidak menerima segala bentuk plagiat.

Tandain apa bila terdapat kesalahan dalam penulisan.
Berkomentarlah dengan bahasa yang sopan.
Sampaikan kritik dan saran dengan bahasa yang baik dan tidak bersifat menjatuhkan.
Tinggalkan jejak, baik dengan memberikan vote maupun komentar

Star:15, Agustus 2024

Happy Reading

~Bluebell~

Tesa baru saja selesai membersihkan dirinya, memilih baju yang sekiranya sesuai, lalu mengikat surainya agar tampak rapi. Pemilik netra almond itu, kini tengah berdiri seraya menatap bayangan dirinya yang berada di dalam pantulan cermin. Jujur saja, ada sedikit rasa yang mengganjal hatinya. Wajar saja, tanpa diberikan kesempatan untuk menolak, pemilik netra teduh itu mengatakan bahwa akan menjemput dirinya dalam waktu satu jam.

Setelah dirasa cukup rapi, Tesa memutuskan untuk menghubungi sang ayah terlebih dahulu. Meminta izin kepada sang ayah dan tanpa syarat mendapatkannya walau harus beberapa kali mendapat godaan yang menurutnya sangat menyebalkan dari sang ayah, Dika.

~ ~ ~

Tesa memutuskan untuk menunggu Cakra dengan duduk di atas sofa yang terdapat di ruang tamu rumahnya. Gadis itu membuka handphone, tatkala sebuah dering menyapa indra pendengarannya. Tercantum notifikasi panggilan suara dari orang yang tengah ia tunggu.

"Tes, gue udah sampai depan rumah lo," Ujar suara dari seberang. Gadis itu bangkit dari tempatnya, melangkah kakinya menuju luar rumah.

"Tunggu, gue lagi jalan keluar," Balas Tesa sebelum akhirnya memutus sambungan suara tersebut.

Di luar rumah Tesa, terpampang sesosok pemuda yang sangat ia kenal. Jujur saja, ini pertama kalinya bagi gadis Blitar tersebut melihat Cakra dengan pakaian informal nya. Bagaimana tidak, selama ini mereka bertemu hanya saat keduanya bersekolah.

Pemilik netra almond itu berhenti tepat di depan pintu rumahnya. Netranya menangkap sosok Cakra yang tengah berada di atas kuda besinya, jarak keduanya hanya terpaut beberapa langkah. Hal itu disebabkan karena teras rumah Tesa tak dapat dikatakan luas. Tiba-tiba, hatinya berkecamuk. Rasa nostalgia kembali menyapa. Tanpa sadar, Tesa menundukan pandangannya.

"Tes, kenapa diam?" Panggil Cakra dengan suara agak keras, membuat sang gadis mendongakan pandangannya.

"Eh, kagak. Gue cuma nginget-inget kompor doang," Balas Tesa walau sedikit terbata, membuat sang pemuda mengerutkan keningnya.

"Ga mau lo cek dulu?" Tawar Cakra dan mendapat gelengan dari Tesa.

"Kagak usah, udah kok," Tolak sang gadis seraya memasang senyum tipisnya, sementara Cakra hanya menanggapinya dengan angukan.

"Eh, bentar. Gue belum bawa helm," Tutur Tesa, sementara dirinya langsung berbalik untuk mengambil barang yang ia maksud.

Cakra, pemuda itu hanya tersenyum nanar, memandangi punggung sang gadis yang berjalan menjauh dari dirinya. Hatinya sedikit teremas, namun sebisa mungkin ia menahannya.

~ ~ ~

Sementara itu, Tesa telah mendapatkan benda yang ia butuhkan. Dengan segera, ia kembali melangkah ke tempat pemuda yang tengah menunggunya berada. Tesa menyempatkan diri untuk berhenti tepat di salah satu jendela rumahnya. Dari dalam, ia memandangi Cakra yang masih setia berada di sana. Senyuman nanar tercetak jelas di kedua belah bibirnya.

Bluebell || By : Athea CallesteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang