Bab 2

354 27 4
                                    

Dua remaja laki-laki yang tak lain dan tak bukan adalah Theo dan Elzio. Mereka berjalan berdampingan menuju ruang makan, yang mana sesekali Elzio membuat candaan yang membuat mereka tertawa.

Para Maid dan bodyguard yang ada disana terkejut melihat dua tuan muda mereka yang terbilang terlihat Akrab. Karna, setau mereka hubungan dua orang tersebut sangat renggang karna sebuah kesalahpahaman.

Saat tiba dimeja makan orang-orang yang berada disana tak kalah terkejut dengan para Maid dan bodyguard saat melihat kedatangan kedua orang tersebut.

"Kala, menjauh darinya. Nanti dia akan menyakitimu," mereka yang berada disana menghilangkan raut terkejut mereka saat mendengar perkataan dari Regan Kenzo De' Caldwell pemuda berusia 20 tahun, anak kedua dari William De' Caldwell dan Arina axza De' Caldwell.

"Ya, menjauhlah dari Bajingan itu," Sean Gelael De' Caldwell laki-laki yang berumur 22 tahun, Anak Sulung dari keluarga tersebut.

Theo yang dipanggil dengan bajingan itu hanya diam.

Sedangkan, Elzio yang mendengar kakaknya dikatakan seperti itu marah, siapa yang tidak marah saat kakak yang kau sayangi dibilang bajingan.

"Tidak, dia tidak akan menyakitiku."

"Hei, jangan membelanya."

"Kala, duduk di sampingku," Garel Davian De' Caldwell remaja laki-laki 18 tahun, anak ketiga.

Elzio menggelengkan kepalanya tanda menolak, "Tidak aku tidak mau, aku ingin duduk disamping kak Kara."

"Tidak, nanti dia menyakitimu," William.

"Kakak tidak akan menyakitiku, benar 'kan kak?" Elzio menoleh melihat Theo.

Theo mengangguk, "Tuh 'kan." Heboh elzio.

Mereka yang mendengarnya hanya pasrah, karna jika permintaan anak itu tidak dituruti dia akan tantrum.

"Jangan berbuat macam-macam kepada adikku." Peringat Garel.

Hei, apa tadi katanya 'adik' lalu dia bukan adiknya? Sungguh lucu. Dirinya benar-benar tidak dianggap disini, dia hanya dianggap sebagai Antagonis.

Padahal antagonis juga mempunyai alasan kenapa dia menjadi antagonis. Ingatlah, orang jahat adalah dulunya orang baik yang tersakiti.

***

Diruang keluarga.

Mereka kini sedang berkumpul. Sebenarnya, Theo tidak ingin ikut berkumpul dengan mereka hanya saja dia dipaksa oleh adiknya dan juga ada hal yang ingin dia katakan kepada kedua orang tuanya. Meskipun dia tau mereka tidak akan peduli, tapi dia harus bilang, sebagai tanda menghargai mereka sebagai orang tuanya.

"Ada yang ingin aku katakan kepada Daddy dan mommy." Theo membuka suara.

Mereka yang mendengarnya, sontak memusatkan perhatian kepada Theo dan menunggu apa yang akan dikatakan oleh remaja itu.

"Apa kak?" Pertanyaan elzio mewakili mereka semua.

Theo berdehem, "Aku ingin keluar dari Mansion ini dan mengurus diriku sendiri, aku tidak akan merepotkan kalian lagi, jadi izinkan aku untuk keluar dari Mansion ini."

Mereka terdiam.

Elzio menggeleng keras, "Tidak, kakak tidak boleh pergi."

Theo tersenyum menanggapi, "Kau bisa mengunjungi kakak kapan saja, kala."

Elzio tetap menggeleng keras dan memeluk kakaknya yang duduk disampingnya.

Tidak, kakaknya tidak boleh meninggalkannya, hubungan mereka baru saja membaik dan sekarang kakaknya ingin pergi? Tidak, dia tidak akan mengizinkannya.

Theo membalas pelukan elzio dan menatap orangtuanya dengan tatapan 'Bujuk dia dan jelaskan'.

William mengangguk paham, "Jika itu memang keputusanmu, aku akan mengizinkannya."

Elzio sontak berteriak, "DADDY TIDAK BOLEH MEMBIARKAN KAKAK PERGI!!!"

"Kala, mengertilah itu keinginan kakakmu. Jangan menghalangi langkahnya, kita sebagai keluarga harus mendukungnya, Nak," Arina.

Heh, apa tadi katanya? Keluarga? Mendukung? Ayolah, jangan membuat lelucon seperti itu. Katakan saja jika mereka senang akan kepergian Antagonis sepertinya.

"Benar, kata Mommy kala," Theo mengusap punggung adiknya menenangkan.

"T-tidak, ka-kakak ti-dak boleh p-pergi.. hiks," Isak elzio.

Dia terus menangis hingga 30 menit lamanya. Tidak, ingin membuat adiknya semakin menangis lebih lama lagi, Theo membujuknya lagi.

"Hei, dengarkan kakak. Kakak tidak meninggalkanmu, kakak hanya keluar dari Mansion ini, lagi pula kau bisa mengunjungi dan menelpon kakak, kala,"

Theo tidak mendapat gerakan dari elzio, "Kala, hei."

Dia menjauhkan adiknya dari pelukannya dan terlihatlah anak itu menutup matanya, sepertinya dia kelelahan sehabis menangis.

"Aku membawanya ke kamarku." Kemudian, Theo bangkit dari duduknya dan menggendong adiknya ala Brydal style dan berjalan menuju lift, masuk dan lalu menekan tombol 3 karna kamarnya berada dilantai 3.

Rumah ini, ah tidak, lebih tepatnya Mansion berjumlah 4 tingkat, dilantai 4 itu ada kamar Daddy dan Mommy-nya, kakak tertuanya dan kakak keduanya, dilantai 3 ada kamar kakak ketiganya, kamarnya dan kamar adiknya, dilantai 2 adalah kamar Para Maid dan Bodyguard, lalu dilantai 1 ada ruang tamu, ruang keluarga, dapur, ruang makan dan Minimart.

***

Theo's Second Life Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang