Bab 13

157 9 0
                                    

"Happy birthday to me."

"Happy birthday to me."

"Happy birthday.. happy birthday.. to me.."

Air mata anak itu keluar. Kedua tangannya yang memegang kue ulang tahun. Dia merayakan ulang tahunnya seorang diri.

Dia tersenyum. Namun, senyuman itu menggambarkan kesedihan dan kekecewaan yang mendalam.

Tidak ada yang ingat hari ini adalah hari ulang tahunnya. Tidak ada yang ingat, satu orang pun.

Disaat anak-anak yang lain merayakan ulang tahun bersama keluarga mereka, dia merayakannya seorang diri.

Tidak pernah ulang tahunnya dirayakan. Jangankan dirayakan, diucapkan 'selamat ulang tahun' saja tidak pernah.

Tidak apa-apa jika ulang tahunnya tidak dirayakan. Hanya dengan kata 'Selamat ulang tahun' saja dia sudah sangat senang.

'Selamat ulang tahun' tiga kata sederhana yang sulit didapatkannya.

Umurnya sekarang sudah menginjak 13 tahun.

Dia menangis. Menangis pilu. Tangisannya menyayat hati. Siapapun yang mendengar tangisannya pasti akan ikut menangis.

Menangis, kenapa tidak ada yang mengingat hari ulang tahunnya. Kenapa?

Disaat dia menangis, keluarganya sedang tertawa bahagia diruang keluarga. Seolah-olah menertawakan kesedihannya.

"Percayalah, merayakan ulang tahun seorang diri itu tidak enak.."

Dia membelah kuenya menjadi beberapa bagian.

"Suapan pertama.. untuk Mommy." Dia menyuapkan kue itu kedalam mulutnya. Dia menahan tangisnya.

"Kedua, untuk Daddy." Kembali menyuapkan kue kedalam mulutnya dengan air mata yang sudah keluar.

"Ketiga, untuk kak Sean."

Keempat, untuk kak Regan."

"Kelima.. un-tuk kak Garel."

"Keenam, untuk adik yang paling kakak sayang.."

Tangisannya tumpah. Dia menangis. Meraung dengan tangisan yang menyedihkan.

"Bu-bunda.. sakit.."

"Sakit.."

"Untuk yang kesekian kalinya, tidak ada yang mengingat ulang tahun kara, bunda.."

Tangisannya terdengar pilu. Air matanya semakin deras keluar.

"Hiks.. bunda, ayo jemput kara.."

Theo terus menangis. Suaranya terdengar sangat menyedihkan. Sangat.

Sakit. Saat merayakan ulang tahun sendirian.

kenapa, takdirnya seperti ini? Kenapa..?

Dia mempunyai dosa apa, sehingga mempunyai takdir seperti ini.

"Tuhan.. tolong.. tolong aku tuhan.."

Meremat dadanya.

Dadanya sesak. Seperti inilah dia. Jika banyak menangis dadanya akan sesak.

"Bun-da.."

Dia melihat sosok bundanya sedang tersenyum kerahnya. Dia membalas senyuman itu.

Memejamkan matanya saat tangan itu mengelus kepalanya.

"Hahh.."

Keringat bercucuran didahinya. Mengusap wajahnya kasar.

Kenapa dia memimpikan memory menyedihkan seperti itu.

Mengambil Ponselnya dan melihat tanggal. Ah, ternyata besok adalah hari ulang tahunnya, ya?

Hah.. dia akan kembali merayakannya seorang diri. Kenyataannya, dari kecil hingga sekarang dia tidak pernah dirayakan sekalipun.

Ting!

Ayah
Besok pergi dengan ayah, ya.
Kita akan pergi merayakan ulang tahunmu
Berdua, dengan ayah.

Harus sempat, oke?! See you, anak ayah.

Senyumnya terbit. Ah, dia lupa jika dia mempunyai ayah-arnold. Ya, dia akan merayakan hari ulang tahunnya bersama ayahnya.

Dia tidak akan sendirian lagi. Karna, ayahnya sudah bersamanya.

***

Jujur, aku ngetik ini sambil nangis. Karna, aku pernah diposisi Kara. Mungkin, emosinya ga dapet dikalian, karna cara ketikan aku yang ga terlalu bisa buat gambarin suasana dan perasaannya.

Gimana, rasanya ngerayain ulang tahun seorang diri dengan menangis, tanpa ada seorangpun yang tau?

Bagi kalian yang pernah diposisi kara, semangat ya..
Jangan nyerah.. oke? Lop-lop buat kalian💗💗

See you, next time.

Theo's Second Life Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang