Bab 3

426 28 4
                                    


Mata itu terlihat gelisah dan perlahan mata itu terbuka, dia menyesuaikan matanya dengan cahaya lampu yang ada diruangan itu.

Tangannya terangkat untuk mengucek matanya, namun sebelum itu sebuah tangan menghalangi tangannya, "Jangan dikucek, nanti matamu akan sakit," Terlihat seorang remaja yang merupakan kakaknya kini sedang tersenyum ke arahnya.

"Enghhh, kakak?"

"Hm."

Dia sontak memeluk tubuh kakaknya dengan erat setelah mengingat apa yang terakhir kali terjadi sebelum dia tidur, "Kakak tidak boleh pergi meninggalkan kala~"

Theo mengusap kepala adiknya dengan lembut, "Tidak ada yang ingin meninggalkan adik kakak yang imut ini."

Elzio yang mendengar itu Blushing. Pipinya memerah saat sang kakak memujinya 'imut'.

"Kakak berbohong."

"Hm? Tidak ada yang berbohong," Tangannya terus mengusap kepala adiknya dengan lembut.

"Ada," Bantahnya.

"Siapa?"

"Kakak."

"Kakak ingin pergi dari rumah dan meninggalkanku sendiri disini," Elzio semakin mengeratkan pelukannya.

Theo dengan sabar menjelaskan, "Kala, kamu tidak sendirian disini masih ada Mommy, Daddy, Kak Sean, kak Regan dan kak Garel. Kakak tidak meninggalkanmu, kakak hanya pergi untuk menata kehidupan kakak dan menjadi sukses agar bisa membuatmu suatu nanti bahagia dan bangga dengan kakak."

Elzio menangis, "Tidak, kala tidak mau dengan mereka, kala hanya ingin dengan kakak. Kakak tidak perlu meninggalkan rumah dan tidak perlu sukses supaya kala bangga. Bahkan, sekarang kala sudah bangga terhadap kakak, karna kakak sudah mau berubah dan menerima kala."

Theo yang mendengar perkataan adiknya hanya bisa tersenyum getir, air matanya perlahan lolos dan dengan cepat dia menghapus air matanya dengan kasar.

Maafkan kakak, karna telah sering mengabaikan mu, maafkan kakak karna kakak sering membuatmu menangis. Kakak berjanji akan membuatmu bahagia, apapun itu caranya, Batinnya.

"Ssstttt, sudah ya? Jangan menangis lagi, nanti tenggorokanmu sakit. Kakak tidak ingin kamu sakit." Dengan lembut Theo mengangkat wajah adiknya dan menghapus air mata adiknya dengan lembut dan hati-hati, memperlakukannya seperti berlian yang mudah pecah.

Elzio yang tidak ingin membuat kakaknya semakin khawatir menuruti kakaknya, tangisnya sudah berhenti tapi dia masih sesegukan.

"Ka-kakak, kala sa-yang kakak~" Elzio kembali menubruk kakaknya dengan pelukan yang sangat erat.

Theo membalas pelukan adiknya tak kalah erat, "Kakak juga menyayangimu, adik kecil.."

Kemudian mereka tertawa bersama.

***

Sorry, for typo.

Theo's Second Life Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang