Bab 8

268 22 0
                                    


Hari ini seisi Mansion William tengah panik, karna saat ini si bungsu alias Elzio sedang sakit. Bocah itu menangis seharian mencari kakaknya Theo.

Kemarin saat bangun dia langsung mencari keberadaan kakaknya, tapi dia tidak menemukan keberadaan kakaknya tersebut. Alhasil, dia menangis sejadi-jadinya.

Dia sudah tau, jika kakaknya sudah pergi dari Mansion dan meninggalkannya.

Perasaannya campur aduk. Sedih, kecewa dan marah.

Dia sedih karna tidak dapat mencegah kepergian sang kakak.

Dia kecewa karna kakaknya pergi meninggalkannya.

Dan dia marah karna kenapa keluarganya tidak ada yang mencegah kepergian sang kakak.

Elzio sedang duduk di balkon yang ada dikamar kakaknya.

Elzio menatap langit yang penuh dengan hamparan bintang.

Dia menatap salah satu bintang yang paling bersinar terang di antara yang lain, "Itu bunda ya?" Dia tersenyum dengan air mata yang perlahan turun dari mata bulatnya itu.

"Ak-aku, kangen bunda."

Dia melipat kedua tangannya di atas lututnya dan lalu menelungkupkan kepalanya.

Elzio terisak pelan.

"Bunda, pasti kecewa sama kala, kan?"

"Maafin kala.."

"Bunda pasti juga marah sama mereka kan?"

"Kala juga marah sama mereka.."

Perlahan dia mengangkat kepalanya dan menghapus sisa air matanya, lalu kemudian tersenyum sendu.

"Terima kasih. Terima kasih, atas perjuangan bunda."

Kemudian dia masuk kedalam kamar kakaknya Theo. Dan pergi kekamar mandi untuk melakukan kegiatan yang selalu dia lakukan sebelum tidur.

Setelah selesai Elzio masuk ke walk in closet untuk mengganti bajunya dengan Piyama.

Kemudian, setelahnya dia naik kekasur dan merebahkan badannya, lalu memejamkan matanya untuk tidur.

Sementara disisi Theo, pemuda itu kini mengisap rokok dan lalu menghembuskan nafas pelan, Ya, seperti inilah dia ketika sedang banyak pikiran.

Ketika dia banyak pikiran dia akan merokok, untuk membantu mengurangkan rasa Setres-nya akan masalah.

"Kenapa, aku tidak menemukan dia dikehidupan kali ini?" Dia menatap langit yang penuh dengan hamparan bintang.

"Apa yang sebenarnya terjadi?" Merasa rokoknya sudah tidak bisa dihisap lagi, dia membuangnya dan mengambil yang baru lagi.

"Apa yang sudah kau rencanakan, Tuhan?"

"Ini jauh berbeda dengan kehidupan pertamaku."

"Sangat, jauh berbeda."

Menghembuskan nafas pelan, sebenarnya ada kekosongan didalam hatinya yang dia tidak tau apa kekosongan itu.

Memejamkan matanya, lalu kemudian berujar pelan, "Huh, aku tidak peduli. Yang aku pikirkan hanya bagaimana saat-saat keluargaku Memohon ampunan dariku, atas penyesalan mereka."

Dia tersenyum smirk. Ah, dia semakin tidak sabar untuk menantikannya. Bagaimana saat mereka menangis, memohon maaf darinya atas penyesalan mereka.

Kemudian Theo terkekeh pelan, "aku jadi semakin tidak sabar."

Tanpa sepengetahuannya ada seseorang yang memperhatikannya, "Aku juga tidak sabar dan disaat itu juga aku akan mendapatkan kejutan lainnya."

Kemudian seseorang itu menghilang.

***

For your information, gue bakal jarang up karna tugas yang semakin menumpuk dan juga seminggu lagi bakal UTS. Jadi, gue bakal up 2 atau 3 kali dalam seminggu.

Bagi kalian, jangan lupa untuk belajar juga untuk persiapan ujian, supaya dapat nilai yang memuaskan dan agar tidak dibandingkan dengan anak tetangga.

Tolong dimaklumkan, jika ada typo dan salah kata.

Sorry, ceritanya/alurnya gaje.

Kalau ga suka, silakan tinggalkan book ini. Gue ga terima ketikan nyampah kalian dibook ini.

Murni, hasil pemikiran gue sendiri.

Plagiat? Jauh-jauh.

Dilarang Plagiarisme!!!

Theo's Second Life Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang