Bab 11

190 13 0
                                    


"Mereka tidak akan pernah tau dengan lukamu, yang mereka tau hanyalah bahagia dan tawamu. Entah itu karna kamu yang terlalu hebat menyembunyikan luka atau mereka yang memang tidak peduli dengan luka orang-orang sekitarnya."

***

Matahari mulai muncul menampakkan sinarnya. Membangunkan orang-orang yang mempunyai kegiatan dipagi hari. Salah satunya Remaja yang tak lain dan tak bukan Theo.

Theo sudah bangun. Atau lebih tepatnya tidak tidur. Dia tidak tidur dari semalam karna bayang-bayang kelam yang menghantuinya disaat dia menutup mata. Kantung mata hitam yang tampak jelas diwajahnya.

Raut gurat lelah wajahnya kentara. Seharusnya dia tidur karna hari ini dia akan mulai memasuki sekolah. Tapi sepertinya harus diundur karna kondisinya yang kurang baik.

Bangkit dari kasur Theo pergi kekamar mandi untuk Membasuh muka dan gosok gigi. Setelah selesai dia keluar dari kamar mandi dan keluar dari kamarnya.

Berjalan pergi menuju dapur. Sepi. Itulah yang menggambarkan suasana Apartemen-nya. Ya bagaimana tidak sepi, karna hanya dia yang tinggal disini.

Ayahnya-Arnold tidak ada disini karna harus kembali kekediaman Sang kakek.

Meskipun disini sepi setidaknya dia nyaman karna tidak ada suara orang-orang yang harus tertawa atau berisik dipagi hari. Dia tidak menyukai orang-orang yang berisik. Dia salah satu orang yang menyukai ketenangan.

Mengambil bahan makanan didalam kulkas. Mengangkat lengan Bajunya. Terlihat sebuah luka ditangan kirinya. Luka itu masih basah. Melanjutkan memotong sayuran.

Setelah selesai memasak dia menghidangkannya dimeja makan. Duduk dan mulai sarapan. Hening. Namun damai.

Setelah selesai makan dia pergi kekamarnya dan masuk keWalk in Closet. Mengganti pakaiannya. Setelah selesai dia keluar.

Outfit-nya adalah baju hitam polos berlengan pendek, celana Training dan sepatu warna putih. Headphone yang menggantung dilehernya.

Keluar dari apartemen-nya. Dia hari ini akan pergi olahraga ditaman. Dia berlari maraton dengan telinga yang mendengarkan musik. Dia itu Pecinta musik.

***

Saat ini dia sedang duduk disalah satu kursi taman. Dia sudah selesai melakukan olahraga.

Meneguk air dengan cepat. Lalu membasahi rambutnya dengan air yang tersisa. Mengedarkan pandangannya. Mata tajamnya menangkap Siluet seseorang yang sedang berbicara dengan orang asing.

Dia tau orang itu. Tapi dia tidak tau dengan orang asing yang sedang berbicara dengan orang itu. Dia tau betul dengan orang-orang yang bersangkutan dengan orang itu.

Asik melamun dia dikejutkan oleh seseorang, "Kaget Lo." Theo tersentak kaget.

Menatap tajam orang yang mengagetkannya, sedangkan orang yang mengagetkannya dengan santai duduk disebelahnya.

"Jangan natap gue lama-lama, nanti kalau suka berabe. Gue masih straight ya, Yo." Celetuk Remaja itu melantur.

Theo yang mendengarnya hanya mendengus. Dia sudah terbiasa dengan sifat remaja itu.

"Gila."

"Gini Yo. Kalau gue ga gila kaya gini kita mungkin ga akan sahabatan, terus gue sama Lo dieman aja. Ga seru Yo. Gue orangnya ga bisa diem." Cerocos remaja itu. Sedangkan Theo hanya memejamkan matanya.

"Berisik, Gavin." Theo menegur sahabatnya. Karna, jika tidak ditegur dia tidak akan berhenti bicara. Sudah seperti perempuan saja!

Sedangkan Gavin hanya menyengir saja. Ya, nama pemuda itu adalah Gavin. Gavin Arka Tredas. Ia adalah anak tunggal dari keluarga Tredas. Mereka bersahabat dari SMP. Dan yang pertama kali mendekatkan diri adalah Gevan, tidak mungkin Theo.

Gavin berdehem, "Btw, ngapain Lo kesini?"

Theo membuka matanya dan melirik gavin sekilas. "Ngemis."

Gavin menggerutu. Hei, sahabatnya itu sudah kaya, jadi untuk apa dia mengemis? Kekayaan De' Caldwell tidak akan habis tujuh turunan dan sepuluh tanjakan.

"Ish, ga percaya gue. Pasti Lo kesini mau olahraga, iya, kan?"

Theo berdecak. Jika dia sudah tau, lalu tadi kenapa bertanya kepadanya? Buang-buang suara emasnya saja, ck!

"Itu Tau. Jangan nanya!" Gavin menyengir. Kan, dia hanya ingin mencari topik dengan sahabatnya itu, agar suasana tidak hening saja.

Gavin kembali membuka suara, bertanya. "Kapan Lo masuk Sekolah Yo?" Dia bertanya karna, temannya ini sudah absen selama seminggu. Dia jadi kesepian disekolah. Temannya banyak, hanya saja yang dia inginkan itu sahabatnya, Theo. You know? Ya, harus know lah. Kalau ga Know, ya di know-in lah. Gitu aja gak tau!

"Besok, gue masuk."

***

Haloooo. Hai, haiiii.

Balik lagi dengan aku, tata.

Maaf, ya kalau alurnya gaje. Kalau, ga suka silakan tinggalin book ini. Karna, book ini ga membutuhkan ketikan sampah dari para haters.

Theo's Second Life Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang