Bab 6

302 27 6
                                    

Seorang remaja kini sedang membereskan barang-barang yang akan dibawanya untuk meninggalkan Mansion ini.

Sekarang tengah malam. Dia memilih untuk pergi sekarang, karna sekarang adiknya Kala sedang tertidur. Jadi, dia tidak perlu menangani adiknya jika dia menangis.

"Semuanya sudah siap?" Tanya Arnold. Ya, Arnold, karna Arnold yang akan mengantar Theo pergi, sebenarnya Dirga dan yang lain ingin mengantarnya tapi dia hanya ingin dengan Arnold, ayahnya. Sedangkan yang lain hanya sanggup mengiyakan.

Theo tersenyum lebar kepada Arnold, "Siap, ayah."

Arnold mengusap kepala Theo dengan sayang, sedangkan Theo memejamkan matanya menikmati usapan lembut di kepalanya.

Lihatlah. Bahkan, Daddy-nya saja tidak pernah memperlakukannya seperti ini, sedangkan Arnold yang hanya orang asing memperlakukannya seperti interaksi ayah kepada anak.

Arnold benar-benar memperlakukannya seperti anaknya sendiri.

Arnold mengambil barang-barang Theo dan membawanya, "Eh, ayah. Biar bodyguard saja, ayah tidak perlu membawanya." Ucap Theo.

Arnold menggeleng, "Tidak, tidak papa. Ayah hanya ingin membantumu. Tidak perlu Bodyguard yang membawanya."

Theo yang tau bahwa ayahnya itu keras kepala hanya mengangguk dan mengambil barang lainnya yang dibawa ayahnya, untuk membantu ayahnya.

"Biar kara bantu. Karna, ini adalah barang kara."

Arnold hanya menanggapinya dengan tersenyum. Kemudian mereka berjalan berdampingan menuju lift.

Sesampainya dilantai 1 mereka keluar dari lift mereka berjalan keruang keluarga, untuk pamit kepada mereka semua.

"Cih, lihatlah dia sangat manja, sehingga barangnya sendiri Arnold yang membawanya." Sinis Regan yang mana langsung mendapat geplakan dikepalanya oleh Xenan.

"Jangan menganggu adikku."

Sedangkan Theo tidak menanggapi Sinisan Regan yang mana membuat Regan kesal karna diacuhkan. Hey! Apakah Regan tidak sadar, seperti apa dia mengacuhkan adiknya selama 7 tahun ini?

Theo menatap mereka satu persatu, tatapannya berhenti di William dan Arina dengan tatapan sendu, William dan Arina yang menyadari tatapan itu tersentak. Ada apa dengan tatapan anak mereka? pikir mereka.

Theo mengalihkan pandangannya, "Aku pamit pergi."

Gina dan Karina bangkit dan berlari memeluk Theo, mereka memeluk Theo dengan sayang.

Theo merasakan kedua pundaknya basah dan melihat gina dan Karina, Ah, ternyata mereka menangis!

Theo melepaskan genggamannya dari barang-barangnya, lalu mengusap punggung dua wanita tersebut, menenangkan.

"Mami, mama, jangan menangis."

"Hiks ba-bagaimana ka-mi tidak menangis hiks ke-tika kamu ingin pergi hiks."

"Hiks iya, kara jangan tinggalkan, ma-mi hiks."

Theo menatap Arga dan Gazta, mereka berdua yang tau maksud tatapan Theo mengangguk dan berdiri membawa istri mereka dari pelukan Theo dan menenangkan mereka.

Dirga yang sedari tadi diam mengangkat suara, "Jika kau membutuhkan sesuatu jangan segan untuk bilang kepada kami, kara." Yang lain mengangguk menyetujui.

Theo mengangguk dan membungkukkan badannya, "Aku pamit, terima kasih karna telah bersedia menampungku selama disini."

***

Sorry, telat up. The problem, gue lagi banyak tugas, So jarang ada waktu buat up.

Theo's Second Life Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang