14┆ Start to Bloom
Kembali ke rooftop kantor tepat waktu dzuhur, sekarang gue mencoba buat sholat dzuhur, jamaah sama Bima. Sudah hampir 4 hari, ternyata nggak begitu sulit (karena ada Bima, kalo nggak ada ya begitulah), tapi seenggaknya gue udah mulai melihat secercah harapan di kehidupan gue, dulu rasanya jauh banget hati gue dari kata tenang, jalannya gelap dan berkelok-kelok. Meskipun untuk sholat setelahnya, apalagi magrib dan isya gue bener bener susah buat terbiasa. Sekarang sedikitnya gue nggak mudah putus asa dan percaya kalo Allah itu ada buat gue.
"hari ini bikin apa, Ray?" tanya Bima sambil duduk di samping gue di bangku. Bima hari ini keliatan agak beda, rambutnya agak pendek jadi bisa dia styling pake gel rambut.
"ini tuh capcay sama nugget, gue buat sendiri by the way" ucap gue bangga
Bima berdecak kagum, "asli gua ngiler sih, warnanya masih pada bagus gini.. apakah rasanya enak? mari kita coba~" serunya bikin gue ketawa.
Sekarang seperti terbiasa, Bima nggak pernah bawa bekal lagi dari rumahnya karena gue selalu bawain khusus buat dia, "approve nggak nih chef?" tanya gue penasaran, biasanya sih selalu approve..
"tentu approve lah.. gua suka nuggetnya deh, Ray, merek bubble crumb sebelah mah lewat" pujinya sembari lahap memakan masakan gue, seneng rasanya.
"makasih.." balas gue dan Bima mengangguk senang, "lu potong rambut ya?" tebak gue.
Tentu saja Bima mengangguk, tersenyum jumawa, "ganteng nggak gue distyling begini?" tanyanya
Gue mengangguk, emang beneran ganteng,dengan kulitnya yang sawo matang dan fitur mukanya tersusun rapi mulai dari alis yang tebal, mata yang besar tapi teduh, bulu mata yang panjang, hidung mancung, bibirnya pun terlihat berisi membuat semuanya tampak proporsional. Jadi teringat omongan Mami tempo hari, beliau bilang Bima satu satunya cowok yang good looking diantara cowok lain yang pernah deket sama gue, ya beliau nggak salah.
"serius, ganteng, approve" kata gue singkat
Bima malah terkekeh denger jawaban jujur gue, "sekarang elu jadi juri penampilan gua setelah gua jadi juri masakan lo" serunya membuat gue ikut terkekeh.
Sore harinya gue dan Bima diajak makan bareng Cheryl dan Tira di salah satu makanan kedai makanan cina dan jepang di tengah kota.
"double date juga kita" seru Cheryl senang setelah kami semua pesan makanan.
Gue mengedipkan kedua mata gue cepat, nggak enak kalo Bima sampai dengar, "elu.." rutuk gue pada kedua love birds depan gue.
Cheryl sama Tira cuma nyengir setelahnya, sedangkan Bima clueless sama apa yang kita bertiga omongin.
Setelah steamboat untuk Cheryl dan gue, lalu charsiu ayam untuk Bima dan sapi kanton untuk Tira kita pun makan malam bersama.
"eh mushola apa masjid deket sini dimana ya?" tanya Bima sesaat melihat jam di pergelangan tangannya.
Tira dan Cheryl kompak menggeleng, "gatau atuh, kita kan kristen Bim" ucap keduanya berbarengan bikin semuanya tertawa.
Setelah selesai makan kami pun berpisah. Gue kembali naik motor Bima dan mencari masjid terdekat.
"gua duluan ya yang wudhu, ntar gantian biar lu pegangin dulu barang barang gua" ucap Bima sembari menyerahkan dompet, ponsel, rokok juga smartwatchnya ke gue dan memasukannya ke dalam tas gue, takut ilang kalo ditenteng.
Setelah Bima selesai kami pun bergantian, "punya lo gue masukin dulu ke tas gue ya, ribet banget soalnya"
Bima yang sudah basah dengan air wudhu hanya tertawa, dan menenteng tas gue ke dalam masjid, menyilahkan gue untuk berwudhu.
KAMU SEDANG MEMBACA
When Bima Met Raya [Tamat]
ChickLitBima, si cowok yang selalu bilang dirinya an Ordinary guy. Merasa kehidupannya biasa aja dan mulai mensyukurinya saat bertemu sama Raya, si cewek yang pengen hidupnya biasa biasa aja. "Ray, gue harap hati lo bisa lebih luas dan lapang, lo bisa berb...