Breaking Out

24 8 2
                                    

15 ┆  Breaking Out

Sebenernya gua masih ragu dan banyak pertimbangan saat mau jadiin Raya cewek gua. Tapi pas malam gua nonton bareng Raya ternyata gua nyaman berlama lama, ngobrol, makan, cerita tentang kehidupan, bahkan ngobrolin hal nggak penting, gua ngerasa cocok banget sama cewek itu. Karena buat gua pacaran di umur 23 keatas nggak dibarengi sama keinginan buat menikahi satu sama lain adalah perbuatan sia sia, jadilah gua bener bener memikirkannya dengan matang. Semoga ini yang terbaik buat kita berdua.

Tapi kok pas jadiannya aneh banget, malah minta ciuman terus tiba tiba jadian? ya gimana lagi, bingung juga cara nembaknya, jadi sejadinya ajalah hehe.

Karena gua dan Raya udah resmi berpacaran, setiap hari gua hampir menghabiskan lebih dari setengah hari bareng Raya. Terima kasih sama sifat Raya yang selalu tau waktu, kita nggak pernah sekalipun salah dalam pekerjaan karena terlalu sibuk pacaran, nggak pernah sekalipun. Waktunya pacaran ya pacaran dengan baik, waktunya bekerja ya  bekerjalah dengan baik. Bersyukur sih punya pacar yang time managementnya bagus.

"nih urang bawain makanan hajatan indung (Mami) urang kemarin, silahkan dinikmati teman temanku" seru Raya sembari menaruh beberapa snack dan makanan untuk makan siang nanti di pojok ruangan, "kalo di pantry ntar abis sama yang lain" kilahnya

Drama perkantoran kaya yang sering terjadi di banyak kantor sih sejauh ini nggak pernah kejadian karena semuanya pada memikirkan diri sendiri, kecuali kalo ada makanan baru deh tuh kompak. Kantor ini didominasi laki laki, perempuan di ruangan ini aja cuma Cheryl dan Raya, makanya menurut gua mereka cukup dekat.

"ada Zuppa soup buatan lu nggak teh? itu enak banget jujur" seru Haikal, juga temen satu team kami, "urang nggak akan bisa makan Zuppa soup lain sih semenjak makan punya teh Raya sumpah" lanjutnya terdengar berlebihan, tapi itulah Haikal.

Terdengar Cheryl cuma mendecih pelan, "ya lu kira Ibu hajat bikin zuppa soup~ pake catering meureun" serunya membuat semuanya terkekeh, "tapi emang se-ngeunah itu sih masakan Raya, Bima sampe nggak pernah bawa makan sendiri lagi, ya gak, Bim?" seru Cheryl bikin Raya mendelik malas. Seluruh team sudah ber-adeuh adeuh dan cie cie

"mulai.. mulai.." ucap Raya tak peduli dan segera beranjak dari sana, "omat ya jangan bilang team lain awas" lanjutnya

Setelahnya semuanya pun bekerja kembali dan fokus pada kegiatan masing masing.

"Bima, ini kok surat jalannya nggak lengkap? yang ke Borma mana?" tanya Raya serius, dengan kacamata bertengger di hidungnya terlihat semakin imut, "heh.. mana?" tanyanya lagi.

Kadang kalo seperti ini, siapa yang sangka Raya ini udah pacaran sama gua, nggak ada bedanya sama sekali, "ini Ray, maaf lupa bilang, daritadi ada disitu padahal" ucap gua dan kembali fokus dengan pekerjaan gua.

Sekarang kita berdua malah makin jarang buat ke rooftop pas siang selain untuk solat dan merokok, makan lebih sering di bawah bareng sama yang lain, karena sepertinya Raya juga berpikir waktu kita bareng bareng sudah lebih banyak dari sebelumnya.

Pulang kantor hari ini gua melihat Ibu udah mulai packing untuk perjalanan umroh, kira kira perginya 3 hari lagi.

"adek mau dibawain apa darisana?" tanya Ibu mem-vakum baju dan kaos kaki utnuk dimasukan ke dalam koper.

"ah nggak usah dia mah, kasih boneka onta aja" seru Winara yang sedang packing pakaian milik Ayah.

Gua mendecih malas, "elu noh lipstik arab" seru gua ke Winara,  "aku mau doa aja Bu, eh ntar aku list doa yang aku mau ya Bu aku masukin notes Ibu" ujar gua semangat

"ih teteh juga mau dong, Bu, nanti teteh kirim ke WA ya" seru Winara semangat

Tak lama waktu berselang Ayah pun pulang dari kantor, membawa sebuah kotak makanan yang mirip dengan milik Raya, atau jangan jangan itu emang punya Raya.

When Bima Met Raya [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang