Alpha wife vs Beta husband

32 7 10
                                    

28 ┆  Alpha wife vs Beta husband

Jadwal gue dan Bima hari ini adalah beres beres rumah juga persiapan resepsi yang tinggal 2 minggu lagi. Urusan toko roti gue serahkan sepenuhnya sama asisten gue, soalnya agak capek juga ngurusin toko dan juga resepsi berbarengan gini.

"nih, Yang, box terakhir, ada lagi nggak yang mau dibawa?" tanya Bima, tadi gue minta tolong ambilin beberapa barang dari kamar lama gue.

Gue mengangguk, "udah, Yang, itu aja, makasih ya" ucap gue dan segera memeriksa box yang tadi Bima bawa.

"ih mau dikemanain itu foto foto kita jaman pacaran dulu?" tanya Bima menyelidik, kayanya dia takut gue bakal buang barang barang dari dia.

"ditempel lagi, kan udah balikan kita" ucap gue riang membuat Bima bernafas lega.

Bima pun duduk di samping gue, ikut unboxing kotak yang banyak isinya, "ih inituh foto kita pas makan bakso overpriced itu ya?" tanyanya sembari menunjukan sebuah foto yang kita ambil di kota Tasik.

"iyaaa, asli overpriced banget ya, kok bisa bakso gitu doang 50 rebu" ujar gue membuat Bima mengangguk, "mending juga bakso depan komplek kamu, Kang, 22 rebu udah dapet tetelan seabrek" lanjut gue

"asli.. makanan mahal tapi rasa biasa aja tuh another kind of pain" ucapnya sambil melihat beberapa foto lainnya, "ayo kita mulai kumpulin foto lagi, Yang, semenjak nikah kita jarang banget foto"

"oke, nanti aku beli lagi kertas refill nya" ucap gue

Setelah selesai menempelkan foto, Bima pun tiduran di atas karpet kamar, memandangi gue yang masih fokus melihat prasasti peninggalan Bima yang ada di kotak gue.

"kayanya aku udah feeling deh bakal nikah sama kamu, Kang, soalnya kalo yang dulu dulu udah pasti barangnya aku buang" ucap gue sembari menaruh beberapa surat cinta yang dulu Bima kasih ke gue di laci lemari. Bukan surat sih, lebih tepatnya post it yang berisi kata kata manis.

Tentu saja Bima nyengir senang, "heheh emang jodoh kita tuh" ucapnya

Gue mengangguk mengiyakan, tiba tiba teringat ada sesuatu hal yang juga gue penasaran tapi belum sempat gue tanyakan, "oh iya, kamu kan katanya udah beberapa kali ta'aruf ya? kenapa tuh pilih buat ta'aruf lagi sama aku?" tanya gue penasaran

Terlihat suami gue yang masih tiduran di karpet ini langsung duduk di samping gue, mencoba menyusun kata kata, "jadi ada 4, Yang, yang pertama cantik tuh, tapi sandwich generation jadi dia nggak mau sama yang gajinya pas pasan, mana aku kan pasti nyuruh resign kalo udah punya anak mah" ujarnya terlihat agak hati-hati ngomongnya.

"lah, kan aku kerja juga, Kang?" tanya gue agak aneh sama ucapan dia sebelumnya

"ya kan kamu mah kerja di rumah, Yang, seenggaknya aku nggak mau anak aku dititipin gitu loh, ngerti kan ya? aku kan udah tau kamu juga begitu makanya aku gas aja" ucapnya sembari tersenyum,

"oh iya juga.." ucap gue

Bima terkekeh, "kamu nggak baca CV aku apa ya?" tanyanya

"baca kok, tapi terlalu fokus sama kamunya, ngerti kan?" ucap gue jujur.

Kembali Bima terkekeh, "nah kalo yang ke 2 mah dia nggak jadi, soalnya ternyata punya pacar, aneh banget kan" katanya sambil mengingat ingat, "nah yang ke 3 ibunya nggak begitu sreg sama aku gara gara dia tanya 'pernah minum gak?' ya aku jawab jujur aja, langsung batal, padahal kayanya anaknya doyan sama aku tuh" ucapnya percaya diri

Menanyakan hal hal kaya gini sebenernya sensitif sih, tapi kan Bima udah jadi suami gue, apa yang harus gue khawatirkan.

Dan bener aja, Bima menoleh ke arah gue, "ini serius nggak masalah kamu dengerin ceritaku?" tanyanya

When Bima Met Raya [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang