┆ ♡ Prologue
Ada sesuatu yang gue baru sadari setelah hubungan gue dan Sam, akan menginjak umur 3 tahun. Bahagia itu datang dari diri sendiri dan kita nggak bisa ngandelin orang lain buat kebahagiaan kita. Seperti hari ini, gue pengen banget makan Iga bakar dan Sam nggak mau. Jadi apa boleh buat, gue ikutin dulu apa mau Sam dan bakal tetep beli Iga bakar dan gue bungkus buat di rumah. Tanpa drama."aku soalnya takut kolesterol, Ray, lagian aku kan harus mulai cicil buat nikahan kita, jadi nggak beli yang mahal mahal dulu deh" ucap Sam sembari tersenyum.
Tentu saja gue mengerti keadaannya, "it's okay, Sam, yang penting kita kenyang deh malam ini" ujar gue dan lanjut makan lomie yang dipesan sama Sam tadi.
Nggak kerasa waktu semakin larut, rasanya gue masih mau berlama-lama sama Sam. Jelas lah, kita jarang banget ketemu, sekalinya ketemu cuma buat makan, seperti malam ini.
"love you.. see you again nggak tau kapaaan" seru Sam sembari memeluk gue pas kita berdua sampai di halaman rumah, "sayangku Raya.." serunya
Tiba tiba terdengar suara ponsel Sam berbunyi bikin dia buru buru ngangkat teleponnya dan keluar dari mobil. Gue pun merapikan baju juga rambut yang agak berantakan di cermin mobil. Sampai Sam pun akhirnya kembali.
"siapa?" tanya gue penasaran
"oh.. temen, ngajak kumpul di.. di rumah Albi" katanya dan segera bersiap untuk pergi.
Hati gue senang banget hari ini bisa kencan berdua sama Sam gini. Tanpa ditanya pun gue yakin perasaan Sam sama sama gue, tentu saja. Apa yang bisa terjadi sih setelah hubungan kita sejauh ini?
"yaudah hati hati ya.. itu ada jedai jatoh di bawah, kayanya punya Jessica" ucap gue dan segera keluar dari mobil Sam setelah mencium pipinya, "bye.." seru gue sembari melambaikan tangan ke arahnya.
'I'm at my happiest state of mind!' batin gue sembari tersenyum.
─── ⋆⋅☆⋅⋆ ──
"ahh puyeng" keluh gua sewaktu kak Julia bangunin gua yang tepar di atas karpet ruang tamunya, "ah pala gua anjir sialan"
Rutukan gua membuat kak Julia tertawa, keliatan pacarnya udah nggak ada disini, menyisakan gua dan kak Julia berdua, "ya elu minum udah kaya mau mati besok" serunya, "nih minum air putih yang banyak" lanjutnya sambil ngasih sebotol air mineral.
Tatapan gue menyelidik, melihat air minum merek apa yang dia kasih ke gua, "ih Agua mah gua nggak minum kak, anyep rasanya kaya air kelapa" tolak gua nggak tau diri, "air lain ada nggak?" tanya gua
Julia mendecih kesal, "elu ni bener bener nggak tau diuntung, masih mending gua kasih air" omelnya lalu ngasih air minum dari galon rumahnya, "ini air hexagonal punya bapak gua, jangan protes" katanya dan ngasiin segelas air minum
Nggak pake lama gua langsung menenggak segelas airnya sampai habis, mencoba bangun dari karpet lalu duduk di kursi, "ah gila.. gua tobat ah abis ini nggak mabok lagi" seru gua terdengar meyakinkan.
"berisik, Bim, lu udah bilang mau berhenti minum dari jaman skripsi loh, mana ada, malah makin parah yang ada" ucap Julia sembari tertawa, "mending kaya Steve, dia minum ya minum aja, nggak ada janji janji palsu macam politikus kaya lu"
Helaan nafas gua terdengar, Julia lagi lagi tertawa, "yaudah dikurangi deh, jangan seminggu sekali" ucap gua mencoba berkomitmen.
"yaudah terserah, ntar lu dijemput teh Wina?" tanya Julia
Gua mengangguk, "sumpah kak, gua tuh merasa sangat tertinggal sih dibanding si teteh" tiba tiba gua mencurahkan isi hati gua ke kakak sepupu gua ini.
"ngerti sih, dia kan udah paling top, emak gue aja sering banget bandingin gue ama dia" kata Julia sambil membuka botol vodkanya dan mencampur dengan air soda lemon, "apalagi elu.. adeknya"
"tapi si Ibu sama Ayah nggak pernah bandingin sih, eh apa pernah ya?" gua mencoba mengingat ingat.
Julia cuma menggedikan bahunya, "tau deh" katanya sembari meneguk minumannya, "lu keliatan tertekan karena lu nggak punya kerjaan tetap, itu yang gua liat" lanjutnya jujur
Mendengar perkataan Julia yang emang ada benernya gua cuma bisa diem, menghela nafas lalu diem lagi.
"semangat kali, Bim.." kata Julia santai, "udah mending terima dah tawaran bokap lu" lanjutnya
'hmm.. i think I'm at my lowest point.. i don't know what to do' batin gua dan meringkuk di atas sofa.
KAMU SEDANG MEMBACA
When Bima Met Raya [Tamat]
Chick-LitBima, si cowok yang selalu bilang dirinya an Ordinary guy. Merasa kehidupannya biasa aja dan mulai mensyukurinya saat bertemu sama Raya, si cewek yang pengen hidupnya biasa biasa aja. "Ray, gue harap hati lo bisa lebih luas dan lapang, lo bisa berb...