Terlihat di sebuah kamar terdapat beberapa orang yang berkumpul, gak sedikit maupun gak banyak.
"Gimana Chik tadi?" Tanya Olla yang benar benar penasaran.
"Tadi yang gue lihat sih.. oline kaya cemas gitu" jawab Chika apa adanya.
"Cemas?" Beo Olla dan Ashel.
"Iya, gue juga liatnya kaya gitu.. sebenarnya gue gak tau pasti gimana keadaan oline tapi yang gue tau dia kayak cemas banget meskipun kelihatannya diem" jawab Jessi yang hampir berpengalaman.
"Emang oline cemas kenapa?" Tanya ashel.
"Gak tau ege, tanyain orang nya kali.." jawab Jessi agak kesal.
"Kalian pernah nakutin atau semacamnya gak?" Tanya Chika, membuat ashel dan Olla bertatapan sekilas.
"Gimana nakutin coba Chik.. orang kita jarang bicara" jawab Olla yang faktanya memang begitu.
"Sedari gue baca dan pelajari nih ya.. ada beberapa hal yang bikin orang cemas, yaitu: faktor genetik, faktor biologis, lingkungan, dan stress" sahut Chika, karena Chika adalah seorang mahasiswi psikolog.
"Nah kalo genetik kan enggak, apalagi dari keluarga kalian gak ada yang cemas sama sekali.. malahan kurang ajar" tambah Jessi membuat ashel dan Olla menatap sinis Jessi.
"Kalo biologis gimana?" Tanya ashel penasaran.
"Kalo biologis itu kayak: ras, jenis kelamin, umur, gizi, perawatan kesehatan, kerentanan terhadap penyakit, kondisi kesehatan kronis, fungsi metabolisme, dan hormon" jawab Chika detail.
"Kalo lingkungan kemungkinan nya ada, tapi gak besar" sahut Jessi.
Olla dan Ashel yang mendengar penjelasan dari Jessi dan Chika hanya mengangguk.
***
Di kamarnya oline lagi memojok di ruangan nya, sambil ia memegangi kedua lututnya.
"Ma.. maafin oline, maaf.. oli... Oline minta maaf" gumam oline terus terusan sambil terisak.
'tolongin saya.. saya mohon..'
'oline tolong'
'kak oline tolong'
'kak oline kenapa ninggalin kami?'
'kak.. oline jahat'
'dasar kakak iblis!'
'oline.. oline.. tolong'
Suara suara tersebut terus terngiang di telinga dan pikiran Oline, suara dengan nada sedih dan nada marah bercampur menjadi satu.
"Oline.. gak... Pantes hidup" gumam nya, lalu suara yang menggema di pikiran dan telinga oline pun seketika menghilang.
Setelah suara suara tersebut hilang, oline langsung menselonjorkan kakinya dengan nafas memburu, seperti di kejar kejar.
Perlahan Oline berdiri dengan kaki yang bergetar, lalu ia berjalan menuju ke kasurnya.
Setelah sampai, oline segera duduk di tepi kasur dan membuka laci yang berada di samping kasurnya.
Ia mencari obat obat nya, dan karena di dalam nya bercampur dengan bekas obatnya, jadi oline sedikit kesulitan. Apalagi banyak sekali obat yang oline punya.