11

146 13 0
                                    

Dan dari tadi oline diam saja, ia bahkan tak menyahuti apapun tertawa.

Oline benar benar diam, meskipun raganya berada di tengah keluarga Vanisa, tapi pikiran nya kemana mana.

Tanpa sadar sedari tadi, oline memainkan jari jarinya sambil melamun, membuat beberapa jarinya mengeluarkan darah sedikit. Tapi tentu saja hal tersebut tak membuat oline sakit, bahkan ia sendiri tak sadar saking lukanya yang cukup banyak di tangan nya.

"Gimana kalo kita besok liburan?" Usul Lulu membuat keluarga Vanisa termasuk fiony tersenyum lebar.

Mendengar perkataan Lulu, Oline yang sedari tadi melamun sontak sedikit terkejut.

"Setuju aja kita kita mah.. tapi besok kan masih sekolah" ucap adel.

"Bisa bolos kak, bilang aja ada acara keluarga" sahut Ribka memberi pemecahan masalah.

"Oke.. jadi besok kita liburan" ucap kathrina senang.

"Tapi dimana?" Tanya ashel.

"Di pantai aja gimana? Bagus itu" usul Marsha.

"Oke setuju..." Kompak teriak semua kecuali oline, yang sedari tadi menyimak di samping Marsha.

Akhirnya, mereka pun kembali ke kamar masing masing, tapi tidak dengan Oline yang ke dapur sebentar.

Di dapur, oline membuat kopi yang biasa ia buat tiap malam. Karena untuk malam ini oline akan begadang.

"Lagi ngapain line?" Tanya tiba tiba seseorang, membuat oline sontak menatap sumber suara.

Terlihat oniel yang sedang memakai baju santainya, sepertinya oniel juga ingin sesuatu di dapur.

Oline hanya menatap singkat ke oniel, lalu melanjutkan membuat kopi favorit nya.

"Kok gak dijawab? Gak sayang sama papa?" Tanya oniel dengan nada sedih.

Bohong jika oline tidak menginginkan kasih sayang papa nya, tapi oline kembali mengingat apa yang dilakukan papanya membuatnya sangat kecewa.

"Buat apa oline sayang sama orang yang gak sayang oline" jawab oline yang akhirnya membuka suara.

"Maksud kamu apa sih? Papa sayang kamu.. ngapain coba papa gak sayang sama kamu?" Tanya oniel dengan nada yang sedikit gemetar tapi tidak terlalu terlihat.

"Papa bisa bohongin semua orang.. tapi papa gak bisa bohongin oline, papa harus sadar dimana posisi papa sekarang" ucap oline yang tepat kopinya sudah jadi dan siap untuk diminum.

"Maksudnya apa dah anak papa satu ini.." ucap oniel gemas pasalnya oline tidak to the point.

"Lebih baik kebenaran yang pahit pa daripada kebohongan yang manis, dimana suatu saat nanti hal yang manis itu berubah menjadi hal yang di sesali" ucap oline sarkas ke oniel.

"Sekarang dimana papa harus milih keluarga baru papa atau keluarga ini.. oline udah tau semuanya pa.. dan.. selamat Buat papa karena anak papa akan segera lahir" lanjut oline dengan nada tajam.

"Oline! Jaga bicara kamu!" Bentak oniel tapi hal tersebut tak membuat oline takut.

Oline pun menatap oniel tajam, untungnya tadi kopi yang Oline buat belum ia ambil, dan sekarang oline mengepalkan tangannya kuat.

"Jaga bicara apalagi sih pa?! Apa semua ini gak berarti buat papa!? Hah! Jawab pa!?" Ucap oline tak kalah keras sambil ia menatap tajam oniel.

Plak!

Tamparan keras berhasil mendarat di pipi oline yang mulus dan putih, karena tamparan oniel cukup keras. Sudut bibir oline sampai sedikit berdarah dan kepala oline menoleh ke samping.

"Jaga mulut kamu oline!" Ucap oniel penuh penekanan.

Untung saja semua orang ada di kamarnya masing masing, dan di dapur hanya ada oline dan oniel yang sedang berdebat.

"Anda lebih memilih wanita murahan di club.. daripada anak kandung anda sendiri.. wah.. komedi terbaik hari ini tuan Daoniele Rakash Vanisa" ucap oline dengan penuh penekanan di nama panjang oniel.

"Kamu gak tau apa apa oline! Jadi jangan sok tau dengan kehidupan papa!" Bentak oniel yang terpancing amarah nya.

"Gak tau apa apa soal apa pa! Gak tau soal papa yang main di belakang mommy dan Sampe menghamili wanita murahan itu!" Ucap oline keras dengan tetap menatap tajam sang ayah.

Plak!

Satu tamparan lainnya berhasil mendarat di pipi oline sekali lagi, dan berhasil membuat oline menoleh ke samping lalu luka di sudut bibirnya.

"Jangan bilang wanita itu murahan oline!" Ucap oniel penuh dengan penekanan dan intimidasi, tapi hal tersebut tak membuat oline takut maupun ciut.

"Anda sudah buta tuan! Anda sudah buta.." kali ini nada oline sedikit lirih tapi sedikit bergetar.

"Kamu gak tau apa apa oline" ucapan oniel juga menjadi lirih.

"Anda bajingan tuan.. cih!" Balas oline, lalu ia mengambil kopi nya.

"Ingat tuan.. jangan pernah menyesali apa keputusan anda saat ini, saya sudah lelah menjadi penghancur pernikahan sirih yang jelas jelas tidak di restui oleh istri pertama" lanjut oline, sebelum ia pergi meninggalkan dapur.

Setelah oline mengatakan hal tersebut, oniel cukup kaget dengan apa yang di katakan anak nya itu. Bagaimana tidak? Rahasia yang ia simpan rapat rapat terbongkar oleh oline, dan hal tersebut membuat oniel cukup kesal, sedih, marah, terkejut, syok dan lainnya.

Oline pun pergi dari sana, dan tepat pergi dari dapur tubuh oniel meluruh karena sepertinya kakinya lemas seketika entah kenapa.

Di sepanjang menuju kamarnya, oline mengumpat di hatinya karena kecewa dan ia semakin benci kepadanya.







To be continued














Don't Tell Anyone Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang