-
-
-
"Ragu?"
"Tapi gue butuh alasannya."
"-Gue selalu butuh alasan kenapa seseorang kayak gue di cintai oleh seseorang, terlebih itu diri lo."
Jawaban Abel membuat Altarel terdiam, menatap manik mata Abel yang menatapnya, sorot matanya menunjukkan bahwa gadis itu benar-benar membutuhkan sebuah alasan.
"Karena gue ingin menjadi sosok abadi di kehidupan lo, gue ga terlalu paham apa alasan gue karena gue mencintai lo tanpa alasan. Sifat lo, semua yang ada di dalam diri lo gue suka dan itu semua tanpa alasan." Katanya dengan gusar, tidak mengerti dengan dirinya sendiri.
Kalimat yang di ucapkan oleh Altarel memicu perasaan aneh dari dalam diri Abel. Altarel menghela nafas, ia mengambil telapak tangan Abel dan di tumpu oleh telapak tangannya yang satu.
"Izinin gue jagain lo ya, bel? gue tau ini aneh, tapi gue serius sama ucapan gue."
Abel menelisik mata Altarel dan hanya mendapatkan ketulusan yang teramat tulus dari sorot mata lelaki itu kepadanya.
Altarel mengusap punggung tangan Abel, matanya menatap langsung pada mata cantik milik gadis itu.
"Lo pernah denger kata kata ngga, bel?"
Abel menggeleng sebagai jawaban. "Kata kata apa emang?"
Altarel tersenyum. "Cinta adalah emosi yang hebat, yang membuat kita terus kuat dan kadang membuat kita menjadi lemah-"
"-gue cinta lo dengan hati, tubuh, dan jiwa gue sendiri. Jadi, would you be my girlfriend? bukan, bukan cuma sebagai pacar, tapi sebagai rumah yang benar-benar rumah, sebagai hidup dan dunia gue, bel."
Ungkapan perasaan dari lelaki itu membuat detak jantung Abel seketika menjadi semakin cepat, tubuhnya menegang dan perasaan aneh terus menerus muncul pada dirinya sendiri.
Melihat reaksi Abel membuat Altarel gugup sendiri, tidak seharusnya dirinya menyatakan perasaannya pada saat-saat seperti ini yang tentunya akan menunjukkan bahwa dirinya aneh.
Namun dirinya tidak peduli, dia hanya ingin Abel tahu bahwa perasaan lelaki itu sangat tulus untuk perempuan itu.
"Gue siap menunggu kalau lo belum siap menjawab, bel."
Ucapan Altarel yang terasa begitu tulus membuat Abel membisu, rasanya ia ingin membalas perasaan lelaki itu, namun untuk sekarang dirinya masih ragu tentang perasaannya.
Abel lalu menghela nafas dan mengangguk. "Tunggu jawaban gue sampai nanti malam di tempat pertama kali kita ketemu."
Permintaan perempuan tersebut langsung di angguki oleh Altarel.
"Jalan taman Anggrek? okay."
°°°
Abel duduk di bangku taman, memegang ponselnya dan terlihat raut wajahnya sangat khawatir.
Jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam, namun seseorang yang dirinya tunggu tidak kunjung datang hingga saat ini dan itulah salah satu alasan mengapa Abel begitu khawatir.
Puluhan kali sudah dia coba untuk menelpon Altarel, namun lagi-lagi hanya operator yang menjawabnya.
Hingga pada akhirnya jam menunjukkan pukul setengah sepuluh malam dan Altarel belum menunjukkan batang hidungnya sama sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALTAREL
Teen FictionKetika di hadapkan untuk bertahan atau bersama orang baru, itu tentu sulit... Abella atau yang kerap di panggil Abel, perempuan berisi namun tinggi dengan iris mata hitam, gadis yang tengah mengejar cinta seorang Alvian. Seseorang yang dirinya sukai...