ALTAREL 17

31 10 2
                                    

(part ini banyak kata kata kasarnya, jadi mohon bijak dalam membaca)

-

-

-

"Hadiah terindah untuk yang terindah."

Abel memasuki ruangan yang dimana kini Altarel terbaring di ranjang dengan selang infus yang menusuk punggung lengannya.

Sorot mata lelaki itu terlihat begitu dalam saat menatap wajah damai milik Abel yang mulai mendekat kearahnya, dengan lemas dia berusaha tersenyum pada Abel.

"Abel." Suara yang lembut, menyiratkan sebuah kasih sayang yang Altarel tunjukkan untuk gadis yang selalu membuatnya tidak berdaya saat di depan gadis tersebut.

Gadis yang namanya disebutkan oleh Altarel hanya terdiam, namun detik kemudian ia langsung memeluk sosok yang biasanya selalu tanggung, namun kini menampakkan sosok lemahnya.

Altarel tidak terkejut, ia justru langsung membalas pelukan gadis yang selama ini menjadi dambaannya. Menghirup wangi rambut perempuan itu yang selalu memabukkannya.

"Kenapa, hm?" Tanya Altarel sembari mengusap lembut surai rambut Abel.

Sedangkan Abel yang masih tidak berkutik, namun sudah mulai melonggarkan pelukannya dan kini menatap langsung mata tajam lelaki tersebut.

"Lo lebam pasti gara gara gue kan? Jujur sama gue, tarel." Suara Abel sedikit bergetar, menandakan gadis itu sebentar lagi akan menumpahkan air matanya.

Altarel terdiam, ia menggeleng. "Siapa yang bilang, hm? Gue lebam bukan karena lo atau siapapun." Suara Altarel begitu menenangkan Abel yang terlihat gelisah dan khawatir.

"Tapi Alvian kan yang bikin ini semua."

Altarel tak langsung menjawab, ia hanya asik memainkan rambut milik Abel yang seakan hal itu menjadi mainan barunya.

"Cuma ngasih pelajaran sama cowo brengsek, tapi taunya malah bawa kawan." Pemuda itu terkekeh saat mengingat Alvian yang sengaja membawa kawan.

Altarel sudah siap dengan jaket kulit hitamnya, ia akan menemui Abel tepat di tempat yang menjadi saksi bisu pertemuan mereka di malam hari saat itu.

Ia benar-benar gugup, takut akan jawaban yang Abel berikan tidak sesuai dengan yang dia bayangkan. Saat akan memakai helmnya, sebuah notifikasi dari ponselnya menghentikan gerakannya.

Unknown number.
gue tunggu di jalan safari, kalo lo ga datang siap siap abel yang bakal kena.

"Bajingan!" Umpat Altarel, dengan cepat ia segera memakai helmnya dan menyalakan motornya untuk segera menemui bajingan yang berani mengancamnya.

Terlebih gadis kesayangannya yang terbawa, dia tidak rela jika bajingan itu menyakiti Abel.

Dengan ugal ugalan dia melewati jalanan yang cukup ramai, tidak peduli dengan bunyi klakson yang seakan akan memberikan peringatan kepada lelaki tersebut.

Di pikirannya sekarang adalah siapa sebenarnya bajingan yang berani mengancamnya? Semakin geram ia semakin menambah kecepatan pada motornya.

Sesampainya di jalan yang di tentukan, ia celingak celinguk mencari seseorang.

"Woah, datang juga ternyata." Suara dengan kekehan kecil itu terdengar, Altarel menoleh pada sumber suara dan melihat siapa bajingan tersebut.

Selanjutnya Altarel terkekeh. "Jadi lo cowok bencong yang beraninya ngancem? Ada masalah apa lo sama gue?" Seru Altarel dengan santai.

ALTAREL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang