ALTAREL 18

36 4 0
                                    

-

-

-

"Di mabuk asmara."

Jam sudah menunjukkan pukul delapan pagi. Dan kini Abel sedang menyuapi Altarel yang terlihat begitu manja pagi ini, katanya lelaki itu tidak ingin sarapan jika tidak di suapi oleh  Abel.

Dan Abel mau tidak mau harus mengurusi Altarel, terlebih lelaki itu juga berada di sini karena dirinya.

Kini Altarel terlihat anteng dengan mulut mengembung berisikan bubur yang sengaja Abel beli dari luar, sebab katanya bubur rumah sakit tidak enak.

Altarel mengunyah sambil menatap Abel, memperhatikan raut wajah Abel yang terlihat datar tanpa ekspresi.

"Sabel marah ya sama tarel?"

Ya Sabel. Panggilan baru dari lelaki itu yang sedikit melenceng, Sabel 'Sayang Abel' katanya.

Abel menggeleng. "Gaada yang marah, tarel." Jawab Abel dengan pelan.

Altarel hanya mengangguk, dan kembali membuka mulutnya untuk menerima suapan dari pacarnya tersebut.

Saat sedang mengunyah, terlintas lah ide luar biasa cemerlang yang mungkin akan dirinya laksanakan. Namun sepertinya dirinya harus membicarakannya terlebih dahulu dengan Abel.

"Bel, hari ini aku udah boleh pulang kan?" Tanya Altarel tiba tiba.

Abel mengangguk, "Iya, cuma di rumah juga kamu harus banyak istirahat." Kata Abel.

Altarel mengerucutkan bibirnya, jika seperti ini bagaimana dirinya akan melancarkan ide cemerlangnya itu?

Abel memicingkan matanya, "Kenapa? Mau ngapain kamu?" Todong Abel saat mulai curiga dengan gerak gerik Altarel yang sepertinya sedang merencanakan sesuatu.

Lelaki itu langsung menatap mata Abel. "Party kecil kec-"

"No! Kamu harus banyakin istirahat." Potong abel penuh penekanan.

"Abel please, aku udah sehat kok." Suara Altarel memelas, bahkan ia juga memelas lewat tatapan matanya.

Abel menyimpan mangkuk di atas nakas dan langsung menatap Altarel. "Bukan aku ga ngizinin kamu party, tapi sekarang kamu masih masa pemulihan, masa langsung party? Kalau semisalnya kamu ngedrop lagi, kan aku sedih. Emang kamu mau lihat aku sedih terus? Nurut dulu sama aku, please." Suara Abel benar benar lembut dan seakan merayu Altarel untuk menurut padanya.

Oh tidak bisa, Altarel tidak bisa jika di ajak berbicara seperti itu oleh gadis kesayangannya, kecintaanya, kesukaannya. Altarel juga tidak ingin jika Abel harus bersedih kembali atas dirinya, pokoknya Abel gak boleh sedih sedih lagi. Dan setelahnya tanpa pikir panjang lelaki itu mengangguk.

"Iya deh, tapi temen temen dateng ke rumah buat sekedar main boleh kan? aku gaakan ngedrop lagi kok." Tawar Altarel.

Dengan pasrah Abel mengangguk. "Asal jangan berlebihan, aku juga bakal di rumah kamu dulu buat mantau kamu."

Senyum kecut tersungging di wajahnya, ia lalu dengan lesu mengangguk.

"Oh kamu gak suka aku ada di ru-"

"SAYANG ENGGAK! Aku super duper seneng pake banget banget banget banget karna kamu mau nemenin aku!!Nginep aja sekalian di rumah aku ya?! Kita bobo bareng, cuddle bareng sambil kissi-"

Plak

Satu pukulan kecil mengenai lengan Altarel, tidak sakit namun berhasil membuat Altarel meringis. Dan Abel tidak peduli, suruh siapa menyebalkan?!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 26 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ALTAREL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang