35

14K 1.2K 258
                                    

Seneng? Wkwk
»»-----------¤-----------««

Memainkan sedotan di dalam jus miliknya sedari tadi. Memperlihatkan ketidaktenangan akan apa yang tengah terjadi padanya. Sepiring makanan yang juga berada di sisinya yang lain baru tersentuh 2 sendok. Napsu untuk menghabiskan itu tak ada sama sekali.

Bingung gadis di hadapannya. Yang sedari tadi memperhatikan setiap gerak geriknya.

"Kenapa, ci? Nggak enak ya?" gadis berbalut outfit gelap itu bertanya. Merasa khawatir melihat seorang Gracia tidak mood untuk menyentuh makanan hal yang paling dia sukai.

"Oh? Nggak kok. Ini enak. Aku cuma kenyang aja" jawaban keluar. Di ikuti senyum manis dari gadis bergingsul itu. Berharap tak ada kecurigaan yang ditaruh padanya.

Gita. Gadis yang bertanya itu, mengangguk mengerti. Dia sudah cukup senang Gracia mau menerima tawarannya untuk makan siang bersama meskipun masih di area mall tempat teater mereka berada. Jadi dia tak mau membuat atmosfer di antara mereka malah memburuk jika dia terlalu banyak bertanya hal yang tidak perlu.

"Gita, habis dari sini kamu mau kemana?" Gracia bertanya dengan lembut kembali membuka percakapan. Tak ingin kecanggungan menyelimuti.

Meskipun dasarnya ada rasa was was yang dia rasakan. Berdua dengan gadis ini bukan pilihan yang baik. Tapi apa daya, Gracia cuma menerima tawaran makan siang saja. Bukan hal lain yang berlebihan.

Dua hari setelah kejadian itu. Putus hubungan dari Shani membuat dia tak bisa berpikir jernih. Untuk pertama kali mereka seperti ini. Menyimpan ego masing masing membuat masalah kian besar.

Jika Shani bisa secuek itu padanya. Gracia dengan senang hati meniru dirinya.

"Kayaknya sih bakal main sama anak anak, Ci. Tadi Oniel ngajak keluar habis dari sini"

"Asik banget kayaknya" tersenyum kecil sebelum memainkan kembali sedotan miliknya. Mengaduk jus nya searah jarum jam.

"Um.. Cici mau ikut?" tawaran diberikan Gita. Mungkin Gracia butuh kesenangan.

"Nggak deh. Hari ini rasanya capek banget" Gracia menolak tanpa menatap. Tidak mungkin dia ikut saat pikirannya tengah melayang entah kemana. Aktivitasnya benar terganggu karena hal ini.

Di lain sisi, alasan mengiyakan keinginan Gita hanya untuk menarik perhatian Shani. Mungkin dia memilih gadis itu lebih memarahinya daripada di diamkan dan hilang komunikasi seperti ini. Tapi dirinya terlalu ragu langsung jujur.

"Ci?"

Dalam ramainya isi kepala. Panggilan itu sejenak mengistirahatkan pikiran.

"Hm?"

"Aku boleh jujur nggak?"

"Jujur soal apa? Aneh deh kamu, Git" terkekeh kecil saat menatap ekspresi serius dari gadis muda didepannya itu.

Tak langsung mengeluarkan suara. Gita membiarkan suasana di antara mereka di isi dengan keributan pengunjung lainnya terlebih dahulu. Sebelum sebuah kalimat keluar darinya.

"Aku suka sama cici"

Pengakuan tak terduga. Membuat Gracia reflek menghentikan gerakan tangannya yang masih memainkan sedotan. Kepala terangkat kembali menatap wajah gadis di hadapannya. Yang baru saja mengeluarkan kalimat mengagetkan.

Keluh lidah untuk berucap. Bingung harus menjawab ini bagaimana. Kekhawatiran Shani memang terjadi. Saat ini. Gadis dihadapannya ini benar menaruh hati padanya.

"Gita.. Ak-"

"Iya. Aku paham" potong Gadis muda itu saat melihat keraguan yang ditimbulkan. "Aku cuma sekedar ngomong soal perasaan aku aja kok. Biar cici tau aja"

After Graduation ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang