18 : Will You Be Alright?

527 36 15
                                    

Tidak seperti biasanya, langit kota Seoul terlihat lebih gelap daripada biasanya. Awan hitam menggantung diseluruh permukaannya, membuat sinar matahari kesulitan mencari jalan ke bumi. Padahal baru kemarin matahari bersinar begitu terang hingga suhu hampir menyentuh angka 30 celcius.

Jinri yang sedang menyiram tanaman di balkonnya melihat keatas dan menghela nafas panjang, seiring dengan umumrnya yang mulai bertambah ia sedikit membenci cuaca dingin dan lembab. Ketika cuaca dingin dan lembab rasanya seluruh tubuhnya tidak berkoordinasi dengan baik, hampir seperti mereka tidak berada di tempat yang seharusnya.

"Sepertinya akan hujan."

Wanita itu menoleh kebelakang dan melihat suaminya sedang melihat ke langit sambil menyembunyikan kedua tangannya di dalam saku celananya. Dengan segera Jinri menyelesaikan pekerjaannya dan kembali masuk kedalam rumahnya, bagaikan kebiasaan Taemin langsung menutup pintu geser balkon tersebut dan menguncinya.

"Sepertinya hari ini cuaca tidak bersahabat. Apa kau perlu keluar untuk melakukan sesuatu?"tanya Jinri sambil mencuci tangannya di wastafel.

Taemin menghempaskan badannya di sofa depan TV,"Tidak juga. Kau?"

"Hari ini aku berencana untuk tinggal di rumah dan bersih-bersih."sahut Jinri sembari berjalan kearah Taemin dan ikut duduk di samping pria itu.

"Kau mau kubantu?"tanya Taemin sambil mengelus rambut Jinri.

Mata Jinri melihat wajah suaminya dengan berseri-seri,"Bagaimana kalau kita mengajak Ahreum juga?"

Taemin menggeleng pelan,"Sebaiknya kita biarkan dia istirahat."

"Istirahat? Dia sudah berada di rumah satu minggu ini dan dia hanya keluar saat waktu makan saja. Apa dia tidak terlalu banyak beristirahat?" sahut Jinri kesal.

"Aku sedikit khawatir dengannya. Dia terlihat tidak bersemangat tetapi saat aku bertanya ia hanya tersenyum dan mengatakan kalau dia tidak apa-apa. Melihatnya seperti ini rasanya seribu kali lebih menakutkan daripada melihatnya marah setiap hari."kata Taemin.

Sebenarnya Jinri bukan tidak peduli, ia juga sama khawatirnya terhadap keadaan anak semata wayangnya itu. Tetapi ia sudah berada di level kesal, ia sudah lelah terus menerus disingkirkan oleh anaknya itu seakan dirinya tidak tau apa-apa tentang kehidupan. Sejak dulu tidak sekalipun anaknya itu mengatakan isi hatinya secara gamblang padanya, dirinya harus terus menerus meraba-raba keadaan anaknya itu seperti seorang cenayang.

"Dia sudah besar, mungkin ia ingin menyelesaikan masalahnya sendiri."kata Jinri.

"Aku mengerti itu...Tapi bagaimana kalau ia memerlukan kita sekarang?"kata Taemin cemas.

"Kita sudah cukup membantunya,oppa."kata Jinri menenangkan hati suaminya.

Taemin memalingkan wajahnya pada pintu kamar anaknya yang tertutup rapat dan menghela nafas panjang. Instingnya sebagai seorang ayah merasa ada sesuatu yang terjadi pada anaknya, kalau ia harus melindungi anaknya itu. Akhirnya ia hanya bisa berharap dan berdoa semoga apapun masalah yang sedang dihadapi anaknya, Ahreum bisa melaluinya dengan baik.

~~~

Sejak malam itu Ahreum tidak pernah lagi berhubungan dengan Leo yang artinya sudah seminggu lamanya nomor ponsel pria itu tidak aktif, tidak peduli siang atau malam. Dan diluar dugaannya, tidak ada satupun artikel tentang dirinya ataupun Leo yang beredar. Seakan-akan kehebohan yang terjadi malam itu tidak lebih dari sebuah mimpi yang terlupakan saat dirinya terbangun di pagi hari.

Entah darimana Ahreum mendapat keberanian, setelah mengurung diri begitu lama ia sudah muak untuk berdiam diri. Mungkin keberaniannya itu muncul juga karena withdrawal symptoms tidak bertemu dengan Leo selama seminggu, rasanya ia seperti pecandu yang mulai kehilangan kewarasannya.

Secretive EtoileTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang