dinner

502 77 38
                                    

park hyatt seoul adalah sebuah hotel bintang lima yang terletak di kawasan elit gangnam. letaknya tak jauh dari 7 luck casino di gangnam ceox. di gedung hotel itupun terdapat timber house yang menawarkan bar sake dan soju, serta sashimi dan sushi segar. hidangan otentik korea dan barat disajikan di the lounge.

dan syukurnya di sana pun ada cornerstone restaurant yang berspesialisasi dalam daging panggang dan hidangan laut, dan park jihoon amat menyukai hidangan sari laut.

begitu melangkah masuk ke dalam gedung hotel kelas atas itu, jihoon harus menundukkan wajah akibat banyaknya pasang mata yang mengamatinya. ah, berjalan dengan sang ayah akan selalu menjadi pusat perhatian.

seorang pelayan muncul entah darimana dan langsung menarik kursi untuk jihoon dan ayahnya. setelah menuangkan sampanye untuk mereka berdua, dengan sopan ia memberikan buku menu dan menjelaskan menu spesial malam itu.

"kami akan memesan setelah tamu kami datang." kata chanyeol pada si pelayan.

"tentu saja, tuan park." pelayan muda itu membungkuk hormat sebelum meninggalkan para park.

jihoon menatap ayahnya yang berbalut jas berpotongan mahal.

chanyeol memberi anaknya pandangan tajam. "kenapa wajahmu itu, nak? jangan sampai kau memasang wajah seperti itu saat teman ayah datang."

jihoon langsung memasang ekspresi datar sebelum tersenyum kecil pada ayahnya. "m-maaf ayah. aku mau ke toilet sebentar."

"baiklah. tapi jangan lama-lama." ketika jihoon hendak beranjak pergi, chanyeol menahannya. "nak?"

"ya, ayah?"

"jangan sampai kau tergagap saat tamu kita datang nanti." kalimat itu diucapkan dengan nada datar. namun jihoon tahu, dibalik sikap tenang ayahnya kalimat itu bermakna 'jangan sampai kau tergagap dan mempermalukan ayah serta keluarga kita!'

"aku mengerti, ayah." dan jihoon pun pergi ke toilet untuk menyelesaikan urusannya.

setelah sampai di toilet yang untungnya kosong itu, jihoon bergegas ke cermin. dari cermin tersebut seorang pemuda berjas hitam dengan mata bulat menatap balik ke arahnya. jihoon tersenyum melihat pantulan dirinya. jihoon harus mengaku bahwa ia terlihat lumayan tampan malam ini.

rambutnya ditata kebelakang –sengaja menyisakan sedikit anak rambut di bagian depan– menampilkan jidat mulusnya dan alis rapi miliknya. namun, tetap saja ia merasa tak nyaman mengenakan stelan ini, karena di dalam pakaian formalnya jihoon mengenakan korset posture.

meskipun itu membuat tubuhnya terlihat lebih tegak dan bidang, tapi itu cukup menyesakan dan mengurangi ruang geraknya. selain itu kakinya juga cukup pegal mengenakan pantofel yang membuat langkahnya menjadi berat.

"siapa namamu?" jihoon bertanya pada pantulannya. "namaku park jihoon." jawabnya tegas, "aku pewaris keluarga park, aku memiliki kebanggaan yang besar, dan aku tidak gagap." katanya sambil mengepalkan tangan.

siapapun yang melihat jihoon sekarang pasti mengira dia orang gila. namun inilah ritual yang selalu dilakukan jihoon sebelum bertemu dengan teman kerja ayahnya agar ia tidak tergagap nanti.

jihoon bukannya gagap, hanya saja ia jarang berkomunikasi dengan orang lain selain dengan yeonjun, ibu, dan adiknya. jadi terkadang itu membuatnya sedikit kaget dan canggung, serta sedikit hati-hati.

"aku tidak gagap. aku pewaris keluarga park. aku tidak gagap." ia melantunkan kalimat itu berkali-kali.

setelah yakin dia tak akan tergagap malam itu, jihoon keluar dari toilet dan berjalan kembali ke mejanya. tamu mereka masih belum datang juga, sementara ayahnya sibuk mengetik sesuatu pada ponselnya..

lawless; kyuhoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang