dare

563 73 35
                                    

"well, well ... park jihoon ..." pemuda na itu bertepuk tangan begitu junkyu meninggalkan ruangan, diikuti oleh lisa yang mengaku ia harus menelepon seseorang.

si pemuda park menyipitkan matanya, jijik mendengar jaemin memanggil namanya dengan nada manis yang dibuat-buat.

meskipun begitu, jihoon tetap tidak berani membalas tatapannya. ia terlalu malu setelah apa yang na itu saksikan di dapur ini.

"siapa sangka kalau ternyata kau juga bisa jatuh pada pesonanya junkyu?" ia berjalan mendekati jihoon. 

"seorang park jihoon yang suci membiarkan dirinya digerayangi oleh seorang playboy! hah!" jihoon mengabaikannya, berbalik dan berpura-pura mengecek oven yang masih memanggang cookies -nya.

"nah, sekarang jangan sombong begitu mentang-mentang kau habis bermesraan dengan junkyu," bahu jihoon menegang ketika merasakan pria itu berdiri di belakangnya. 

"kau pikir hanya kau satu-satunya orang yang pernah digerayangi junkyu di dapurnya?" sindirnya tajam.

wajah jihoon memerah membayangkan junkyu bermesraan dengan orang lain di meja tempat junkyu habis menciumnya tadi. dadanya sesak memikirkan bahwa dirinya hanyalah satu dari sekian banyak orang yang pernah dicium junkyu.

jaemin terkekeh kecil melihat bahu jihoon yang bergidik. 

"sebetulnya aku juga tidak tahu apa dia pernah menggerayangi orang lain di dapurnya. ini yang pertama kali aku memergokinya, tapi aku jamin banyak yang sudah menghangatkan tempat tidurnya." jihoon terbelalak.

"a-apa maumu, na?"

"apa yang sebenarnya kau lakukan di sini?" jaemin memutar badan jihoon agar pemuda itu menghadap ke arahnya.

jihoon yang masih tidak berani melihat jaemin, hanya bisa melihat ke bawah menghindari tatapan angkuh pemuda itu. 

"aku ... mengerjakan tugas home economics. "

"tanpa celana?" dia tertawa keras, "park, park, kau seperti baru saja mengakui betapa murahannya kau."

mendengar kata 'murahan', kepala jihoon langsung tersentak, "aku tidak murahan!"

jaemin tiba-tiba menyeringai padanya, seakan-akan sebuah bola lampu baru saja menyala dalam benaknya. 

"benarkah? seluruh tindakan serta ucapanmu mengatakan sebaliknya. kau tahu aku bisa melihat tempat di mana junkyu mengisap dadamu tadi."

"ka-kau?! kau terlalu vulgar!" jihoon menjauh dari jaemin menuju bak cuci piring dan berpura-pura mencuci beberapa gelas kotor yang ada di bak itu, meskipun sebuah mesin cuci piring jelas-jelas berada di sampingnya.

"akuilah, park. aku mendengar eranganmu saat junkyu menggerayangimu tadi, dan dari suaramu aku tahu kau menyukainya. kau menyukai junkyu, kau sama saja seperti pacar-pacar junkyu yang lain." 

sesuatu yang hangat dan basah tiba-tiba menempel di leher jihoon, membuat dirinya terlonjak.

begitu sadar bahwa benda itu adalah lidahnya si jaemin, secara otomatis tangan jihoon langsung melempar sebuah mangkok melanin dari bak cuci piring ke arah pria itu. 

jihoon merasa frustasi ketika mangkok itu tidak mengenainya dan malah jatuh dengan berisik ke lantai, membuat pria itu tertawa.

"aku tidak menyukai junkyu."

"benarkah?" seringai jaemin makin lebar mendengar pernyataan pemuda itu. si park baru saja masuk ke dalam perangkapnya. 

"kalau begitu, buktikan."

lawless; kyuhoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang