about him

530 77 45
                                    

pemuda itu bersandar dengan santai pada pintu lokernya. kedua konstelasi malamnya mengawasi pemuda manis di loker sebelah. biasanya setelah urusan dengan lokernya selesai, pemuda dengan kakinya yang panjang itu langsung pergi.

namun kali ini lain.

ujung bibirnya terangkat sedikit membentuk senyum malas saat melihat pemuda dengan postur tubuh lebih kecil dan berisi di tempat yang tepat itu bergulat dengan pintu lokernya. senyum junkyu melebar ketika usaha pemilik mata hazel itu tak kunjung berhasil.

"butuh bantuan?"

si manis melirik ke arahnya, kedua matanya melebar saat rona merah menghiasi pipinya. si blonde tertawa kecil melihatnya.

"t-thanks junkyu... tapi aku bisa—"

junkyu menelengkan kepalanya. "benarkah, jihoon?" wajahnya memerah ketika mendengar namanya disebut pemuda berdimple itu.

"hasil pengamatanku membuktikan kau sudah gagal menutupnya berulang kali. kelihatannya kau bisa menghabiskan sesorean ini hanya untuk menutup loker itu."

"aku yakin aku bisa—" junkyu memotongnya kembali.

"sementara aku di sini, bersedia, mau, dan mampu menolongmu—" katanya sebelum menegakkan badan. "minggir."

adegan ini terasa begitu familiar bagi mereka berdua. karena tahu ia tak punya pilihan lain, jihoon langsung melangkah ke samping sesuai perintah junkyu.

"loker ini makin lama makin sulit ditutup." kata jihoon setelah junkyu berhasil menjinakkan pintu lokernya yang bandel.

"kau akan terbiasa." junkyu kembali bersandar pada lokernya sambil terus mengamati jihoon. ia heran menemukan dirinya masih berada di dekat si park ini saat ia seharusnya sudah berada di tempat parkir bersama teman-temannya yang lain.

"kuharap begitu..." sebenarnya jihoon sama sekali tak punya waktu untuk obrolan basa-basi seperti ini. namun, demi alasan kesopanan, ia tetap berdiri di tempatnya dan menunggu sampai junkyu meninggalkannya duluan.

hanya saja... saat itu tak kunjung datang.

"eum... apa yang masih kau la-lakukan di sini?" jihoon tak bermaksud mengusir atau apapun, tapi ia betul-betul bingung mengapa laki-laki itu belum juga meninggalkannya. area loker 2 sudah hampir kosong. di deretan itu hanya tinggal mereka berdua saja.

"aku bisa menanyakan hal yang sama padamu."

jihoon menatap ujung sepatunya. "k-kalau begitu... aku pergi sekarang." ia membungkuk sedikit sebelum berjalan meninggalkan pria itu. "sampai jumpa besok."

junkyu menyipitkan mata saat melihat jihoon beranjak pergi. hal itu adalah hal terakhir yang berada dalam daftar dugaannya ketika junkyu memutuskan untuk mengajak pemuda itu berbicara. tak

seharusnya jihoon meninggalkannya. tidak ada seorang pun yang pernah meninggalkan kim junkyu. dia-lah yang seharusnya meninggalkan. wajahnya merengut saat melihat jihoon yang berjalan semakin jauh.

tanpa pikir panjang si kim langsung menyusul pemuda itu. "kau terlihat buru-buru." mulainya lagi.

jihoon terkejut melihat junkyu yang tiba-tiba berjalan disampingnya. permainan apa yang sedang dimainkan orang ini?

pikirnya curiga.

tak biasanya dia mengajak ngobrol duluan.

"sebenarnya... ya. a-aku sedang terburu-buru."

"dokter gigi?"

"bukan." wajah jihoon memerah. ia tak ingin mengatakan kebenarannya. pria itu pasti tertawa.

lawless; kyuhoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang