what lies on the other side

429 79 18
                                    

tanpa diduga-duga, sepanjang makan malam itu terasa menyenangkan bagi jihoon. dia dan ryujin mengobrol tentang banyak hal. meskipun bisa dibilang pembicaraan itu satu arah, karena ryujinlah yang lebih banyak bicara daripada jihoon.

dalam waktu satu jam jihoon sudah tahu kalau ryujin membenci kimia seperti ia membenci paprika. ia sangat-sangat-sangat menyukai pelajaran olahraga, karena menurutnya hanya pada saat itulah ia bisa bermain di bawah matahari tanpa memeras otak sama sekali.

jihoon juga tahu bahwa ryujin memelihara katak di rumahnya, berkunjung ke rumah jaemin dua kali seminggu, dan dessert favoritnya adalah death by chocolate.

seperti yang mereka nikmati saat ini.

jihoon sama sekali tak menduga ryujin ternyata orang yang chatty seperti ini.

"bagaimana denganmu, jihoon?" tanya ryujin dengan kue di mulutnya. ia baru saja selesai bercerita tentang salah satu katak peliharaannya yang mati dimakan kucing peliharaan ibunya.

"kenapa denganku?" tanya jihoon kalem.

"oh, ayolah! aku sudah cerita panjang lebar. kau pasti punya cerita juga. kau memelihara sesuatu?"

"aku tidak punya peliharaan." jawab jihoon jujur.

"wah pasti membosankan sekali tidak punya peliharaan! hmm... apalagi, ya?" ia tampak berpikir sejenak mengenai topik apa yang harus mereka bahas, kemudian sebuah seringai nakal muncul di bibirnya.

"aku tahu... bagaimana dengan crush? ada yang menarik perhatianmu?" wajah jihoon langsung merah manyala.

begitu ryujin mengatakan menarik perhatian, bayangan wajah kim junkyu langsung muncul di benaknya.

"oh, aku tidak bermaksud usil, jihoon. hanya untuk meringankan suasana saja." si gadis itu menepuk-nepuk pundak jihoon.

"kau sudah selesai?" tanyanya melihat piring jihoon yang sudah kosong.

"ya. rasanya aku ingin satu porsi lagi. tapi takut jas ini tak dapat dikancing." ryujin tertawa mendengarnya.

"bagaimana kalau kita berdansa dulu? siapa tahu habis dansa perutmu lebih rata?" ia terkekeh.

jihoon hanya tersenyum pada candaan ryujin. ia melirik ayahnya dan menyadari ayahnya dari tadi sudah mengamati mereka berdua. chanyeol mengangguk pada jihoon, "pergilah, nak. begitu selesai, pergilah ke bar. kami akan pindah ke sana."

ryujin dan jihoon mengangguk, kemudian meninggalkan meja dan mengambil posisi di lantai dansa. "kau tahu..." ryujin memulai saat ia dan jihoon berdansa mengikuti alunan lagu yang lembut. "bukan, bukan. kurasa kau sudah tahu mengapa orang tua kita mempertemukan kita seperti ini."

suaranya berubah, pikirnya pun tahu pembicaraan ini pasti serius. "kurasa aku tahu... tapi aku tak yakin."

"aku hanya ingin menegaskan padamu jihoon... apapun yang terjadi, aku tak akan bersedia menikah dengan siapapun, kecuali dengan orang yang kupilih."

jihoon menunduk, "ya, kupikir juga begitu."

"kuharap kau bisa menemukan seseorang yang tepat bagimu. karena aku sudah menemukan orang yang ditakdirkan untukku." jihoon mendongak dan melihat ryujin itu tersenyum bangga.

betapa bahagianya menjadi orang yang disukai oleh orang yang penuh semangat seperti ryujin. gadis di hadapannya ini seperti matahari, dia mempengaruhi semua orang di sekitarnya agar bersinar seperti dirinya. jihoon pun tak terkecuali. ia merasa bersinar berada di dekat ryujin.

"seperti apakah orang yang beruntung ini?"

cengiran ryujin melebar. "oh, dia sangat cantik, pintar, baik hati, tidak sombong... dia adalah segala-galanya bagiku. rambutnya hitam dan kulitnya seputih salju. ya, persis seperti gadis itu." ryujin mengendikkan kepalanya ke arah seseorang di belakang jihoon.

lawless; kyuhoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang