This story contains adult content, please be a wise reader and enjoy it!
Easton bersantai di balkon ruang latihan. Ia menangkap gemerlap lampu kota Los Angeles di kala waktu istirahatnya. Sudah jam 3 pagi, tapi gemerlap kota itu seakan tidak akan surut. Sementara asap dari rokok elektriknya tak berhenti berhembus, pikiran Easton masih berputar tentang perempuan yang ia temui beberapa hari lalu. Belum genap satu pekan mereka bertemu, Easton merasa ingin bertemu dengan perempuan itu lagi.
Kini, ia membenarkan ucapan Nolan tentang dirinya yang akan mendekati perempuan itu. Janevive benar-benar bersinar. Ia terlihat berbeda dari perempuan-perempuan yang ia temui selama ini. Parasnya terlalu melekat di pikiran Easton.
"Easton Lombardo!" teriak seseorang dari dalam. Tampak seorang pria keluar ke arah balkon dengan raut kesalnya. "Kau ini sedang memikirkan apa? Aku memanggilmu berkali-kali sedari tadi. Kau punya hutang kepada seseorang?" Nolan dengan kesabarannya yang sudah habis terus mengomel.
"Kau ini kenapa cerewet sekali seperti nenek-nenek?" sungut Easton.
"Kau yang terlalu tuli," kesal Nolan. "Mau sampai kapan kau duduk disana, huh? Waktu istirahat sudah habis." Mendengar ucapan Nolan, Easton segera beranjak untuk masuk dan melaksanakan kembali latihannya.
Akhir pekan ini, grup mereka akan mulai melakukan konser tur dunia. Sudah tidak ada waktu bagi mereka untuk bersantai-santai. "Kau butuh lebih banyak rokok lagi untuk merusak pita suaramu, Tuan Easton," sarkas seorang wanita yang sudah lama menjadi manajer grup merekaㅡBrenda.
Easton tertawa, "pita suaraku? Kau tidak lupa bukan jika aku murid Tuan Lewis?" Ia menoleh ke arah seorang pria yang tengah sibuk dengan gitar elektrik di pojok ruangan. Sebatang rokok juga bertengger di bibirnya. Pria itu hanya tersenyum dan mengacungkan ibu jarinya ke arah Easton. "Lagi pula, ini adalah yang pertama di hari ini."
"Terserah saja. Kita selesaikan satu lagu ini sebelum kalian bisa beristirahat," perempuan yang memiliki gaya sedikit maskulin itu memberikan komando supaya latihan kembali dimulai.
Mereka mulai latihan sejak pukul 5 sore, tapi mereka baru bisa menyelesaikan latihan itu di jam 3 dini hari. Mereka memperhatikan setiap detail penampilan mereka. Itulah alasannya latihan dilakukan dengan durasi yang cukup lama. Biasanya mereka hanya berlatih sekitar 6-7 jam setiap harinya. Namun karena waktu konser sudah dekat, mereka menambah durasi waktu latihan sedikit lebih banyak.
Hal ini membuat mereka harus menyiapkan energi lebih banyak dari biasanya. Mulai dari pekan ini, mereka sepakat untuk tidak mengambil banyak kegiatan dan lebih memprioritaskan konser tur mereka. Sebagai sebuah grup musik yang cukup tersohor, mereka tidak mau ada sedikitpun celah di penampilan mereka.
Tepat di pukul 4 pagi, Easton baru bisa menjalankan mobilnya keluar dari gedung agensi. Ia mengendarai mobilnya menuju ke apartemen miliknya. Saat di perjalanan, Easton mendapat sebuah panggilan dari Brenda.
Perempuan itu meminta Easton untuk datang ke sebuah sebuah tempat untuk berdiskusi masalah kostum mereka. Brenda berencana akan menjemput Easton sebelum datang ke tempat itu.
"Aku akan mendobrak pintu apartemenmu jika kau belum bangun," ancam Brenda.
"Dobrak saja, aku bisa melaporkanmu ke pihak keamanan," pria itu terkekeh. Ia adalah orang yang selalu menggoda manajernya. Walaupun terlihat membantah, Easton selalu mematuhi aturan yang diberikan Brenda kepadanya maupun grupnya.
"Lakukan saja," ucapan terakhir Brenda sebelum panggilan dimatikan secara sepihak.
Sejenak ketika ia sampai di apartemen, Easton segera membersihkan diri dan melempar tubuh di atas kasur bahkan tanpa melepas handuknya. Ia memasang alarmnya di jam 10 pagi. Tak butuh waktu lama untuk Easton terlelap. Memang ia sengaja membuat jadwalnya padat supaya ia bisa tidur dengan nyenyak di malam harinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
WINESOUL: JANEASTON
Romance"Kau yakin tidak mau mencoba wine ini?" tanya Easton. Wajahnya semakin mendekat ke wajah, sampai-sampai Jane bisa merasakan hangatnya hembusan nafas pria itu beserta aroma wine yang menguar. Easton menurunkan tatapannya ke arah bibir ranum milik Jan...