06: Maroon

134 80 9
                                    

Double Update yaw!

Content Warning 21+ ⚠️
Make sure you're 21 above; please be a wise reader and enjoy it!

Hari dimana projek bersama Easton dimulai. Pagi itu Jane merasa sedikit gugup. Pemotretan bersama lawan jenis seperti ini bukanlah hal yang pertama kali ia lakukan. Namun, ia baru pertama kalinya mendapat projek dengan konsep yang sangat intens. Setelah 2 pekan sejak ia mendapatkan pekerjaan itu, Jane masih belum bisa menghilangkan rasa gugupnya.

Kendati demikian, pemotretan berjalan lancar sampai tengah malam. Di jam 1 dini hari, semua orang sudah siap konsep foto terakhir. Jane menyeruput kopi di gelas yang ada di atas meja sebelum berjalan masuk ke set foto. Di sana, Easton terlihat berbincang dengan Dyane. "Hai," sapa Jane kepada mereka.

Easton menoleh dan tercengang melihat penampilan Janevive saat itu. Sebuah gaun maroon berbahan silk melekat cantik di tubuh Jane. Terdapat aksen belahan di paha kanan dan belakang yang menunjukkan punggung indah milik perempuan itu. Easton tidak bisa melepas pandangannya dari Jane. Ia memperhatikan perempuan itu dari atas hingga bawah. Rambut yang tergerai dengan kesan sedikit berantakan membuat Jane terlihat sangat berbeda dari biasanya. Sepanjang Dyane memberikan instruksi, Easton terus melirik ke arah Jane sampai-sampai perempuan itu merasa salah tingkah sendiri.

Sesuai dengan instruksi, Easton menempatkan dirinya duduk di sebuah sofa yang ada di set. Kemudian, Jane duduk di pangkuannya, ia melingkarkan satu tangannya di leher Eaton sementara satu tangan lainnya membawa gelas berisi wine.

Di pemotretan terakhir ini, Easton terlihat sangat menguasai. Tatapannya ke arah Jane terlihat sangat naturalㅡberbeda dengan sesi pemotretan sebelumnya. Sementara Jane, ia merasa sedikit gugup karena sikap pria itu. Konsep terakhir ini membuat Jane merinding. Ia seperti dipaksa menjadi sosok 'wanita penggoda' untuk Easton. Sebuah hal yang belum pernah ia lakukan selama 5 tahun berkarir sebagai model.

Situasi itu berlangsung selama kurang lebih 1 jam dan kegiatan mereka berakhir tepat di jam 3 pagi. Semua orang kembali ke hotel tidak terkecuali Janevive. Namun, saat ia hendak membawa kopernya masuk ke kamar, seorang staff bilang bahwa kamar hotelnya sudah penuh.

"Maksudmu?!" tanya Jane.

"Maaf, Nona. Kami tidak tahu bahwa kamar di hotel ini sudah penuh, tapi kami sudah memesankan kamar untuk Anda di hotel lain."

Jane sedikit kesal, mereka tidak membicarakan masalah ini sebelumnya. "Jadi, hanya aku yang tidak mendapat kamar di sini?"

"Tidak, Nona. Beberapa anggota tim juga pergi ke hotel lain," balas pria itu lagi.

"Lalu dimana aku harus beristirahat?" Pria itu menyodorkan sebuah kartu berisi alamat dari sebuah hotel. "Jadi aku juga pergi kesana sendiri?" Jane semakin kesal. Masalahnya, Chloe pergi ke Malibu untuk mengurusi sebuah urusan beberapa menit lalu dan ia hanya sendiri sekarang.

Ternyata Easton mendengar semua percakapan kedua orang itu di belakang mereka. "Kau pergi bersamaku," pria itu mengambil kartu itu dari tangan Jane. "Ayo," tanpa basa-basi ia membawakan koper milik Jane dan berjalan pergi.

Perjalanan menuju hotel yang dimaksud cukup panjang sekitar 30 menit. Jane semakin kesal setelah melihat suasana jalanan yang sepi dan hening. "Is this how they treat their talents? Mereka memintaku pergi sendiri di tempat sepi ini?" ucapnya kesal.

Easton tidak ingin membuat suasana menjadi semakin panas. Alhasil, ia memilih untuk diam.

"Atas nama Luke," ucap Easton dengan menunjukkan kartu yang ia dapat tadi kepada resepsionis. Sang lawan bicara mengiyakan, ia terlihat memproses kamar yang dipesan oleh Easton. "Tolong satu kamar single bed juga," tambah Easton.

WINESOUL: JANEASTONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang