This story contains adult content; please be a wise reader and enjoy it!
“Sudah” ucap seorang penata busana yang tengah mengurusi pakaian Jane. Ia merupakan penanggung jawab busana yang dikenakan Jane selama proses syuting film.
“Terima kasih,” Jane melepas baju berlapis yang ia gunakan untuk syuting. Ia segera meregangkan tubuhnya di waktu istirahat itu. Ia segera berjalan masuk ke ruangannya untuk mengisi perut yang keroncongan. Sejak pagi tadi ia sama sekali belum memakan makanan berat.
“Akhirnya,” batin Jane saat melihat makanan di depannya. Rasa lapar membuat ia segera menyantap makanan itu tanpa memperdulikan riasannya. Namun, saat sedang asik dengan makanan itu, ia mendengar suara tangisan lirih di balik sekat yang berada di sampingnya.
Awalnya, Jane tidak memperdulikan hal itu karena mengira suara itu berasal dari seseorang yang tengah melatih aktingnya. Namun, suara itu tak kunjung berhenti. Ia merasa orang itu semakin sesak karena tangisannya itu.
Akhirnya, Jane beranjak. Ia memutuskan untuk melihat siapa orang di balik sekat itu dan mengapa ia menangis sampai seperti itu.
“Blaire?” Jane terkejut karena suara tangisan itu berasal dari teman sesama modelnya. “Terjadi sesuatu?” Jane mendudukkan dirinya di samping Blaire. Perempuan itu terlihat ingin menyampaikan sesuatu, tapi mengurungkan niatnya setelah melihat seorang staf pria masuk ke ruangan mereka.
“Tidak, tidak ada,” Blaire menghapus air matanya. “Aku hanya merindukan ibuku, mungkin aku menjadi emosional karena terlalu lelah,” Blaire beralasan bahwa ia merasa lelah dengan kegiatan syuting film itu.
Jane yang mendengar hal itu merasa lega. “Apa kau masih belum selesai?” tanya Jane memastikan apakah Blaire harus mengambil adegan lagi setelah ini.
Blaire mengangguk, “hanya satu adegan sebelum aku bisa benar-benar istirahat. Setidaknya sampai syuting nanti malam,” Blaire tersenyum getir sambil mengusap air matanya.
Jane yang merasa iba hanya bisa memeluk Blaire dan menenangkan perempuan itu. “Aku tidak akan merasa keberatan jika kau ingin bercerita,” Jane menawarkan dirinya. Ia tahu terjun di dunia hiburan tidaklah mudah. Sebagai sosok senior untuk Blaire, ia ingin membantu perempuan itu walaupun hanya sebagai pendengar cerita.
Kegiatan mereka terus berlanjut. Jane sempat tidur selama kurang lebih 5 jam saat istirahat, sampai ia kembali banget di jam makan malam untuk melanjutkan syuting adegan selanjutnya.
Jane berdiri di depan lawan mainnyaㅡKalvin. Ia menatap pria itu dengan masam, sementara Kalvin memandangnya dengan senyum miring. Mereka bersiap dengan posisinya, Kalvin memegang tangan Jane ia bersiap mengecup punggung tangan perempuan itu setelah syuting dimulai.
“Action!” ucap sutradara memulai adegan itu.
Sedetik setelah ucapan itu, pintu di samping Jane terbuka memperlihatkan lautan dengan ombak yang besar. Melihat pemandangan itu, Jane sontak terduduk karena terkejut. Tidak ada yang memberitahunya bahwa ia harus berdiri dengan melihat deburan ombak yang begitu besar itu.
Semua orang di sana terkejut. Mereka segera menghentikan kegiatan mereka, sementara Kalvin sibuk menahan tubuh Jane supaya tidak terjatuh keluar.
“Ada apa?” teriak sutradara.
Kalvin juga merasa kesal karena tidak tahu bahwa dirinya dan Jane akan berdiri di ujung ruangan yang langsung menuju tebing. “Ck,” ia menggendong tubuh Jane menjauh dari pintu itu. “Ombaknya terlalu besar, dia takut,” jelas Kalvin saat semua orang berbondong-bondong datang ke arah Jane dan bertanya tentang apa yang terjadi. Chloe juga segera datang menenangkan Jane yang terlihat shock berat.
KAMU SEDANG MEMBACA
WINESOUL: JANEASTON
Romance"Kau yakin tidak mau mencoba wine ini?" tanya Easton. Wajahnya semakin mendekat ke wajah, sampai-sampai Jane bisa merasakan hangatnya hembusan nafas pria itu beserta aroma wine yang menguar. Easton menurunkan tatapannya ke arah bibir ranum milik Jan...