This story contains adult content; please be a wise reader and enjoy it!
Jam 1 siang, mereka terbangun karena suara ponsel yang berbunyi berkali-kali. Ponsel Jane lebih tepatnya, ponsel itu terus berbunyi entah berapa kali sampai sepasang kekasih itu terusik. Dengan rasa malas, Jane meraih benda itu yang berada di nakas di belakang tubuhnya. Ia sedikit kesulitan karena Easton tidak melepaskan pelukannya dari tubuh wanita itu.
"Hm?" Jane menjawab seseorang di ujung telpon sana. Ia masih tidak beranjak dari posisinya dan masih asik menenggelamkan tubuhnya di dada Easton.
"Sudah jam berapa ini? Kau dimana?" Chloe mengoceh.
Jane mengangkat ponselnya untuk melihat jam di sana. "Masih jam 1," jawabnya lagi.
"Sudah waktunya kau bersiap-siap."
"Kita berjanji untuk bertemu di jam 4, kau ini kenapa?" tukas Jane kesal.
"Kau yakin bisa siap dalam 3 jam? Aku akan memanggil mereka lebih awal."
"3 jam sudah lebih dari cukup, Chloe. Sudahlah, aku akan datang tepat waktu, jangan khawatir. Sampai jumpa nanti," Jane menutup panggilan itu sepihak. Ia menyingkirkan ponselnya dan melanjutkan kegiatannya bermanja-manja ke Easton.
Easton pun juga begitu, ia dengan senang hati membiarkan Jane bersikap manja kepadanya. Wanita itu terlihat semakin mengeratkan pelukan, sampai melingkarkan kakinya di pinggang Easton. Menyikapi hal itu, Easton terus mengusap punggung wanitanya dan menyesap aroma manis dari pucuk kepala Jane.
Mendapatkan belaian itu, Jane mulai kembali terlelap. Ia merasa nyaman berada di dekat Easton. Walaupun sekujur tubuhnya terasa lelah dan sakit karena ulah pria itu, Jane tetap tidak melepaskannya. Namun, ternyata perutnya tidak bisa berbohong.
"Ah, I'm starving," ucap Jane. Dengan kegiatan yang melelahkan seperti tadi malam, ia rasa energinya sudah habis membuat perutnya terasa kosong.
Kedua insan itu baru tidur di jam 6 pagi setelah semalam mereka saling melepas rindu. Mereka tertidur begitu pulas karena sama-sama merasa lelah setelah kegiatannya malam tadi.
Tentunya Easton juga tidak heran. Mereka saja melewatkan sarapan, tidak mungkin jika perempuan itu tidak lapar. "What do you want to eat, honey?" suara seraknya terdengar lembut berbicara kepada sang kekasih.
"Apa saja yang mereka sediakan?" Easton meraih ponselnya. Ia mengutak-atik benda itu sebentar sebelum menyerahkannya pada Jane. Terlihat berbagai menu yang ditawarkan oleh hotel dan bisa diantar ke kamar mereka. Jane mengambil ponsel Easton dan mulai mencari makanan apa yang bisa mengisi perutnya. "Apa yang kau mau?" ia bertanya menu apa yang diinginkan oleh pria itu.
"Timballo dan kopi saja," Easton memberikan jawaban dengan mata yang masih tertutup.
Jane segera mencari menu yang disebutkan kekasihnya. Namun, ia terus-menerus gagal memesan. "It doesn't work, babe," rengeknya.
Easton pun mengambil alih ponselnya lagi. "Hanya 5 menu?" ia bertanya karena hanya ada 5 menu yang dipesan Jane. "Pesan lebih banyak lagi," ia melepaskan pelukannya dan turun mengambil telepon di nakas.
"Aku tidak bisa makan terlalu banyak," bela Jane.
"Aku bisa menghabiskan sisanya," Easton menyodorkan sebuah buku menu dan bersiap membuat panggilan dari telepon. Ia pun memesan melalui telepon dengan Jane yang menunjukkan makanan apa yang ia inginkan.
Selesai dengan pesanannya, Easton kembali berbaring di sebelah Jane. Ia menarik perempuan itu dan menjadikan lengan Jane sebagai bantalan. Easton menenggelamkan wajahnya di dada Jane, membuat perempuan itu merasa tergelitik. Jujur saja, nyawa Easton belum sepenuhnya kembali saat itu. Melihat hal itu, Jane menyisir rambut Easton menggunakan jari-jarinya dengan lembut. Menyalurkan rasa sayang sekaligus kenyamanan untuk pria itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
WINESOUL: JANEASTON
Romance"Kau yakin tidak mau mencoba wine ini?" tanya Easton. Wajahnya semakin mendekat ke wajah, sampai-sampai Jane bisa merasakan hangatnya hembusan nafas pria itu beserta aroma wine yang menguar. Easton menurunkan tatapannya ke arah bibir ranum milik Jan...