(FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA UNTUK MEMBUKA BAB YANG DI PRIVATE ACAK!)
Tak kunjung mendapatkan pekerjaan, Ruby menerima tantangan dari kedua sahabatnya untuk mengajak tidur laki-laki acak yang berada di bar di mana mereka sedang minum-minum. Sebagai...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Agnes dan Elsa tertawa terbahak-bahak mendengarkan cerita Ruby. Kedua temannya itu memang menunggu di depan hotel, dan langsung di ajak oleh Ruby untuk segera pergi dari hotel itu. Mereka memutuskan untuk pulang ke apartemen di mana mereka tinggal, lebih tepatnya apartemen milik Agnes yang menjadi tempat tinggal bersama.
“Kau keterlaluan, Ruby. Bisa-bisanya kau menghina milik seseorang. Harga dirinya pasti tergores sangat dalam,” ucap Elsa, mengusap sudut matanya yang berair karena tertawa begitu lepas.
“Bahkan seorang perempuan yang bertemu laki-laki berukuran kecil, akan menghargainya dengan mendesah keenakan agar tidak melukai perasaan lawan mainnya,” tambah Agnes, perempuan itu baru balik dari dapur, membawa segelas air putih untuk menghilangkan rasa mabuknya. Agnes mendudukkan bokongnya di sofa sebelah Ruby.
Ruby menghela napas, menyandarkan punggungnya ke sandaran sofa, kedua kakinya dia naikkan ke atas sofa dengan posisi di lipat, di atas lipatan kakinya ada sebuah bantal. “Aku hanya memikirkan bagaimana caranya aku bisa selamat dari laki-laki itu. Aku tidak peduli dia tersinggung atau tidak.”
Agnes mengangguk, menaruh gelasnya di atas meja. Agnes mengangkat kedua kakinya ke atas sofa, menghadapkan tubuhnya ke arah Ruby. “Apakah benar sekecil itu?” tanyanya penasaran.
“Kalau di lihat dari perawakannya yang tinggi, dia pasti memiliki kejantanan yang besar.” Agnes kembali mengingat laki-laki yang di bawa Ruby ke hotel. Jelas, di matanya dia melihat laki-laki itu tinggi menjulang, bahkan Ruby yang berjalan di sampingnya hanya sebahunya saja.
“Tidak semua laki-laki tinggi memiliki pusaka yang besar, Agnes.” Elsa ikut menghadap ke arah Ruby, posisinya Ruby duduk di tengah-tengah temannya itu.
Agnes melipat kedua tangannya di dada, tampak berpikir lagi. “Mungkin kau kurang beruntung saja, Ruby.”
Ruby mendelik kesal. “Aku tidak berniat menggunakannya juga.” Sama sekali tak terbesit di benak Ruby untuk melakukan hubungan dengan laki-laki yang dia temukan di bar. “Lagi pula miliknya memang besar.”
Agnes dan Elsa menatap Ruby dengan wajah penasaran. “Sebesar apa?” tanya Agnes. Perempuan satu ini memang sangat menyukai selangkangan laki-laki, semua jenis pusaka dari berbagai ras sudah dia coba, mulai dari bule sampai lokal sudah Agnes cicipi.
“Aku tidak punya perbandingan.” Ruby tidak bisa menilai seberapa besar punya Chris. “Segini, mungkin.” Ruby mengangkat tangannya, berlagak seperti menggenggam milik Chris, walaupun dia sedikit ragu.
“Kau memegangnya?” tanya Elsa.
Ruby mengangguk ragu, jika merasakannya dari balik jubah mandi sama saja dengan memegangnya bukan?
“Merasakannya dari balik jubahnya. Aku kaget dengan kelakuan laki-laki itu. Dia begitu kurang ajar,” dengusnya, jadi kesal mengingat Chris yang menarik tangannya ke selangkangan laki-laki itu.