(FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA UNTUK MEMBUKA BAB YANG DI PRIVATE ACAK!)
Tak kunjung mendapatkan pekerjaan, Ruby menerima tantangan dari kedua sahabatnya untuk mengajak tidur laki-laki acak yang berada di bar di mana mereka sedang minum-minum. Sebagai...
Halo, guys Selagi menunggu cerita ini update Kalian bisa baca cerita aku yang lain yaaaa
Ramaikan juga
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
“Sialan kau, Ruby,” umpat Agnes, menaruh gelas yang minumannya sudah dia habiskan ke meja. Dia begitu kesal, bukan kesal karena Chris yang meminta Ruby menjadi kekasihnya, tapi kesal karena Ruby baru memberitahunya ketika dia sudah menghubungi Chris terlebih dahulu. Agnes begitu malu mengingat foto profilnya yang nyeleneh, dan tentu Agnes sudah menggantinya lagi.
“Aku melakukannya agar kau menggodanya, dan dia tidak lagi mau menjadi kekasihku.”
Ruby sedikit mengeraskan suaranya karena suara dentuman musik begitu nyaring, memekakkan telinga. Setelah pengakuannya itu, mereka memutuskan untuk pergi ke bar saja. Besok juga hari Minggu, dan mereka semua tidak ada yang bekerja. Jadi, mereka bisa menghabiskan waktu untuk mabuk-mabukan.
“Harusnya kau bersyukur Chris tertarik padamu,” ucap Agnes, menuangkan wine ke gelasnya lagi. “Dia ada membahas tentangku padamu?”
Ruby menggeleng. “Tidak. Aku tidak saling bertukar pesan dengannya.”
“Bangsat, Elsa!” Agnes menatap Elsa kesal, kemudian dia ikut tertawa saat melihat Elsa yang tertawa. Benar juga, Chris pusaka incarannya, tapi laki-laki itu di abaikan oleh Ruby. “Kau bodoh sekali, Ruby.”
Ruby mengedikkan bahunya, memilih menyesap minumannya secara perlahan. “Aku tidak mencintainya. Hanya karena aku menghabiskan malam bersamanya bukan berarti aku harus menjadi kekasihnya bukan?”
“Kau sudah mengikuti jejak Agnes, Ruby,” decak Elsa.
“Memangnya kenapa dengan jejakku?” tanya Agnes tidak terima. “Justru bagus begitu. Kau bisa menikmati bermacam-macam pusaka.” Agnes beralih menatap Ruby. “Malam ini kau akan mabuk?”
Ruby tampak berpikir. Apakah tidak apa-apa jika dia banyak minum malam ini? Dia juga sudah lama tidak ke bar lagi, dan dia tidak perlu takut lagi karena pengalaman pertamanya sudah terlewatkan.
“Kau masih ragu? Bukankah sekarang kau sudah bisa bebas mendekati laki-laki yang ada di bar? Kau bisa menikmati malammu,” ujar Elsa. “Aku sepertinya akan memilih salah satu laki-laki di sini. Jadi, aku tidak bisa menjagamu. Jika kau tidak ingin di giring ke hotel, pastikan untuk tidak mabuk.”
“Kau ingin mendekati laki-laki lain? Bagaimana dengan kekasihmu?” tanya Ruby, menatap Elsa bingung.
“Persetan dengan kekasihku, dia saja tidak pernah ada waktu untukku.” Elsa melangkahkan kakinya menjauhi meja yang mereka tempati. Dia mulai bergabung dengan orang-orang yang berjoget. Baru saja bergabung, Elsa sudah bersenang-senang dengan seorang laki-laki yang senantiasa berjoget di belakangnya.