BAB 27

3.1K 179 12
                                    


Hargai aku, ya
Aku gak minta yang aneh-aneh kok
Cuma tekan vote aja
Kalau mau komentar juga aku terimakasih banget

Aku senang loh kalau kalian komentar
Aku baca soalnya semua komentar kalian

Aku senang loh kalau kalian komentar Aku baca soalnya semua komentar kalian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


*****

K

epala pusing, dan perut yang mual menyambut Chris saat laki-laki itu terbangun dari tidurnya. Chris menarik tubuhnya untuk duduk di kasur, tangannya bergerak memegangi kepalanya yang terasa pusing. Entah berapa botol yang dia minum semalam sampai bangun dengan kondisi seperti ini.

Chris mengedarkan pandangannya, menyadari jika dia sudah ada di kamarnya. Tidak merasa aneh lagi. Setiap dirinya mabuk, pasti temannya ada yang mengurusnya. Jika tidak Irfan, ya, Davin yang akan mengantarkannya pulang ke rumah. Dia akan tetap aman meskipun kehilangan kesadaran, Chris memiliki teman yang sangat peduli padanya.

Chris berdecak sebal, menarik dasi yang masih melingkar di lehernya. Setidaknya, orang yang mengurusnya itu harusnya membantu melepaskan dasinya. Mata Chris turun ke kakinya yang masih mengenakan sepatu, dan hal itu juga membuatnya kesal. Kasurnya jadi kotor terkena sepatunya. Chris yakin jika yang mengurusnya semalam adalah Davin, hanya Davin yang memperlakukan dirinya saat mabuk seperti ini. Hanya temannya yang satu itu yang akan membiarkan Chris tidur dalam keadaan yang berantakan.

Chris menggeser duduknya ke tepi ranjang, melepaskan sepatunya, dan melemparkannya ke lantai secara asal. Dengan kepala yang masih pusing, Chris menarik tubuhnya untuk berdiri, melangkahkan kakinya keluar kamar. Dia merasa sangat haus, dan butuh air minum.

Chris berdecak lagi saat melihat Davin yang sedang duduk di meja makan, penampilan laki-laki itu tampak sudah rapi dengan jas kerjanya, dan sedang menyantap roti serta kopi. “Kau membiarkanku tidur dengan baju terkena muntahan, dan kau bisa sarapan dengan nyaman di rumahku” sindirnya.

Davin tidak menghiraukan ucapan Chris, dia masih sibuk menggigit roti panggang yang dia buat, roti yang ada di dapur Chris tentunya. Chris yang merasa di abaikan memilih melanjutkan langkahnya ke dapur, menuangkan air putih ke gelas. Saking hausnya, Chris meneguk air itu sampai habis, dan di tambah dengan satu gelas lagi.

“Kau lupa jika kau memiliki kekasih, Chris?” Pertanyaan Davin ini lebih terdengar sebagai sindiran untuk Chris yang meninggalkan Ruby di kamar tanpa berpamitan.

Chris terdiam beberapa saat, kemudian menaruh gelasnya di atas meja. Chris melangkahkan kakinya mendekati Davin, menarik salah satu kursi di sana, dan duduk. “Kau mengantarkan Ruby bukan?”

Chris pergi begitu saja karena takut menemui Ruby di saat emosinya yang sedang tidak stabil. Dia berani meninggalkan Ruby juga karena ada Davin, dia yakin temannya itu akan mengurus Ruby dengan baik.

Oh, My Boss!! (Sudah Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang