second

211 62 77
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرحمن الرَّحِيمِ

ෆෆෆ

ෆෆ

اللّٰهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

📿📿📿📿📿

yakinlah bahwa setiap takdir Allah itu baik. kalau hari ini kamu merasa tertimpa takdir yang buruk, INGAT SAJA! bukan takdir itu yang buruk, namun sudut pandang kita yang belum sampai untuk melihat hikmah dibalik takdir tersebut.

 kalau hari ini kamu merasa tertimpa takdir yang buruk, INGAT SAJA! bukan takdir itu yang buruk, namun sudut pandang kita yang belum sampai untuk melihat hikmah dibalik takdir tersebut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sudah siap? ada yang ketinggalan?" tanya Ghaidan

"Sudah yah" jawab Amara seraya memakai seat belt

mereka berdo'a bersama agar selamat sampai tujuan. mobil mercy putih itu melaju pelan membelah jalanan kota yang teramat sepi.

didalamnya tak hening karena mereka bersenda gurau dan sesekali mengikuti lirik musik favorit mereka Al-Fakkah. memiliki keluarga yang satu server bagi Amara dan Shanea it's another level of happiness. sekali pun tanpa Bunda.

saat sedang asik menikmati perjalanan, mobil dari arah berlawanan melaju kencang dan supir tersebut terlihat tidak fokus, membuat Ghaidan yang panik mengklakson dan membanting setir hingga mobil yang ia kendarai berguling-guling.

Ghaidan langsung tidak sadarkan diri di tempat, sedangkan Amara dan Shanea yang setengah sadar mendengar seseorang memanggil dan mencoba membuka pintu sang Ayah.

Shanea mencoba membuka pintu mobilnya dengan setengah sadar, saat ia menengok ke arah sang Ayah yang dilumuri darah, dirinya merasa pusing, lemas dan mual. Shanea yang memiliki hematophobia atau hemophobia itu pun langsung tidak sadarkan diri.

Amara berusaha keluar dari dalam mobil dengan tertatih-tatih dan beralih ke kursi belakang penumpang untuk membantu sang adik. karena sang Ayah sudah berada di pangkuan lelaki muda, Amara memberikan tatapan yang sulit diartikan kepada sosok itu.

"Pak tolong adik saya pak" ucap Amara panik dengan suara yang lemas

Arzan yang mendengar kepanikan seorang wanita pun langsung menoleh. Saat Arzan akan beranjak lengannya di tahan "t-tolong s-selamat-kan a-anak-anak sa-ya." minta Ghaidan terbata. hingga akhirnya semuanya gelap.

2 mobil ambulans tiba, semuanya berbondong-bondong membantu mereka, Ghaidan ditemani oleh Arzan, sedangkan Shanea ditemani oleh Amara.

setibanya di rumah sakit, Arzan lari ke lorong rumah sakit seraya meminta 2 brankar. beberapa perawat langsung menghampiri 2 korban. Ghaidan dan Shanea di bawa menuju ruang IGD.

beberapa menit kemudian, sang Ayah di larikan ke ruang operasi karena ada beberapa tulang yang retak. sedangkan Shanea langsung dituju ke ruang rawat VIP.

Arzan sedang mengurus administrasi 2 korban tersebut. dan sesekali ia menyalahkan dirinya atas semua yang telah menimpa kepada keluarga tersebut.

Amara yg panik pun menelpon seseorang, cukup lama menunggu panggilannya agar terjawab. untungnya handphone dan dompetnya ia simpan di tas selempang. Amara tak menghiraukan badannya yang terasa remuk dan tak ada niatan untuk mengobati lukanya.

"Halo Al"

"....."

"Kami kecelakaan" ucapnya terisak

"....."

"kamu kesini yaa? di rumah sakit X"

"....."

Amara menghela nafas saat telpon di matikan sepihak sudah ia duga dan terduduk lemas dilantai, sambil menatap ruang operasi itu dengan nanar.

Arzan yang baru selesai mengurus administrasi dan mengobati lukanya, melihat salah satu wanita dari keluarga tersebut begitu berantakan dengan luka yang belum tersentuh obat sama sekali, lantas ia menghampirinya.

"Assalamualaikum warahmatullah, maaf kenapa lukamu belum di obati?" tanya Arzan

tak ada sahutan membuat Arzan mengeluarkan suaranya kembali "Mari saya antar" tawar Arzan

masih tak ada sahutan membuat Arzan menghela napas. "Kalau tidak diobati nanti akan mengakibatkan infeksi." bujuknya

Amara yang merasa jengah pun mendongak memberi tatapan yang sulit di artikan. lantas ia berdiri dan PLAK satu tamparan keras Amara berikan membuat wajah Arzan menengok ke samping.

"INI SEMUA KARENA ANDA" teriak Amara sambil menunjuk diri Arzan. Air matanya turun dengan deras.

Arzan yang mendapat serangan tiba-tiba pun hanya diam tak berkutik mencoba mencerna apa yang terjadi.

"Andai jika anda tidak membawa mobil dengan kencang, maka semua ini tidak akan pernah terjadi" lirihnya pelan

Arzan hanya diam menunduk, jujur ia pun merasa bersalah. "JAWAB SIALAN!!!" teriak Amara lebih keras sambil menarik kerah kemeja yang Arzan gunakan.

Arzan tersentak karena wanita di hadapannya berani menyentuhnya, Arzan sontak mendorong Amara dengan sedikit kencang.

BRUKKK

Amara jatuh ke belakang dan bagian kepalanya membentur dinding kencang. membuat Amara meringis tertahan ditambah luka-lukanya yang belum ia obati sama sekali.

Arzan kaget atas apa yang di lakukannya, ia tak pernah kasar terhadap wanita sekalipun ia sedang di balut amarah. saat ia hendak meminta maaf bahunya di tarik keras dan di dorong dengan sangat kencang membuat Arzan yang belum siap oleng ke belakang dan terjatuh.

"GUS ARZAN?!" tanya pemuda itu matanya membelalak tak percaya

"sshhh..." Arzan meringis dan mendongak ke arah pemuda itu "Lohhh, kamu?" tanya Arzan memastikan.








assalamualaikum warahmatullah, hello everyone semoga suka yaa sama ceritanya hhi, maaf klo ada kata yang kurang tepat atau typo.

⚠️ jangan baca novel ini ketika waktu beribadah, utamakan membaca Al - Qur'an dan sholawat, take the positive n leave the negative. ⚠️

barakallahu fiikum 💗 💗 💗 💗

AMARARZAN [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang