twenty eighth

112 37 1
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرحمن الرَّحِيمِ

ෆෆෆ

ෆෆ

اللّٰهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

📿📿📿📿📿

Sadar itu iman.
Uang bukan kawan.
Dunia hanya persinggahan.
Dan mati itu sendirian.
Lantas, apa yang harus dibanggakan?

kumandang adzan yang diiringi isak tangis di sebuah tempat pengistirahatan bagi mereka yang penuh luka di dunia, membekas di hati semua yang ditinggalkan oleh mereka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


kumandang adzan yang diiringi isak tangis di sebuah tempat pengistirahatan bagi mereka yang penuh luka di dunia, membekas di hati semua yang ditinggalkan oleh mereka.

tanah merah dengan taburan bunga menjadi terlihat lebih berwarna dengan ayat-ayat suci Al-Qur'an yang di lantunkan.

uang dan harta kini hanyalah sebuah kata. keluarga terpandang dengan harta melimpah nan sempurna nyatanya penuh dengan luka. lantas apalah makna keluarga?

Amara memeluk batu nisan itu dengan tangis pilu, ia tak menghiraukan bajunya yang kotor. disamping terdapat Ghaidan yang dijaga oleh 2 bodyguard tepat di belakangnya karena dirinya yang tak berdaya.

orang-orang kepercayaan Ghaidan berpencar dari mulai gerbang masuk TPU hingga pemakaman tempat anak keduanya berada.

Arzan yang berada di hadapan Amara ingin sekali membawa istrinya itu kedalam dekapannya. namun, ia harus mengikuti rencana Ghaidan.

"Inikah jawaban dari mimpi pemakaman itu, Rabb?" batin Arzan. terjawab sudah semua mimpinya.

Dafri menepuk punggung Arzan memberikan semangat agar bersabar untuk tidak menyentuh Amara di hadapan umum demi rencana mereka lancar.

"Amara sayang, sudah nak. Jangan larut dalam kesedihan, Shanea akan sedih jika kamu seperti ini. Kamu harus ikhlas dan lebih tabah lagi" tutur Ziya kepada menantunya

mendengar nama Shanea hatinya hancur dengan kepergian adiknya yang terlalu cepat baginya. tangisnya pecah kembali dan memeluk Ziya erat.

"Bi Mala, tolong tuntun Amara ke dalam mobil"  perintah Ghaidan dengan suara parau

Amara di tuntun oleh Ziya dan Bi Mala "Bolehkah Amara semobil dengan Arzan yah?"

Ghaidan menatap Arzan lekat "Berhati-hatilah jangan sampai kecolongan, saya akan berada di belakang mobilmu"

dua keluarga itu beranjak menuju mobil sebelum ada seseorang yang mencegah mereka dan tamparan keras hinggap di wajah tegas Ghaidan.

PLAK

AMARARZAN [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang