ninth

114 41 3
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرحمن الرَّحِيمِ

ෆෆෆ

ෆෆ

اللّٰهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

📿📿📿📿📿

jika diluar sana banyak yang menginginkanmu, maka aku akan berdo'a, semoga aku yang menjadi pemenang di dalam hatimu.

-Arzan Ravindra Asy-Syairazi-

-Arzan Ravindra Asy-Syairazi-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


diruang bernuansa putih terdapat sepasang suami istri yang tengah menunggu seseorang. hingga suara pintu diketuk dengan suara salam yang mengiringinya.

Tok

Tok

Tok

"Assalamualaikum warahmatullah" salam wanita itu sopan

"Wa'alaikumussalam warahmatullah" jawab pasangan itu serempak

"Silahkan duduk" ucap seorang wanita paruh baya

"Apakah sudah ada seorang lelaki yang menyampaikan niat baik padamu nak?" tanya pria paruh baya itu to the point tanpa melihat lawan bicara

ia terkejut dengan pertanyaan itu. di usianya yang ke-26 tahun, tentu ia tau apa maksud dari pertanyaan -kiyainya itu. dirinya gugup tapi hatinya begitu senang "Belum kiyai" ucap wanita itu pelan

"Alhamdulilah kalau seperti itu" ucap pria paruh baya itu tanpa mengalihkan pandangannya dari kitab.

wanita itu terkejut lagi "Ke-kenapa kiyai?" tanyanya ragu

wanita paruh baya yang sedari tadi menyimak menghembuskan napasnya berat. ia tidak yakin anak semata wayangnya akan menyetujui hal ini.

"Saya bukan memberimu harapan dan jangan menyimpan harapan pula-" peringatnya berhenti sejenak. "Kamu adalah ustadzah yang selalu mengapresiasi pondok ini, dan kami percaya bahwa kamu adalah orang yang tepat. jikalau anak kami tidak memiliki sesosok yang akan ia pinang bersediakah kamu-" ucapan pria paruh baya itu terpotong

"Saya bersedia, sangat bersedia" potong wanita itu dengan antusias. membuat pria paruh baya itu tersenyum.

"Terimakasih kamu boleh pergi" ujar pria paruh baya itu. sang istri yang sedari tadi diam kini ia mengeluarkan suara "Aku tidak yakin anak kita menyetujui hal bodoh ini" ungkapnya

membuat suaminya menoleh ke arahnya. "Aku tau tapi mau bagaimana lagi? kita tidak ada yang tau umur kita sampai kapan. lagi pula kita hanya memberi tau anaknya bukan orang tuanya dan sudah aku peringatkan untuk tidak menyimpan harapan" tutur pria itu pelan

"Huftttt... terserah padamu aku tidak akan membantumu membujuk anak kita untuk menerima ustadzah itu" terang wanita itu. ada perasaan tidak rela saat sosok itu kelak akan menjadi menantunya. yaa walaupun ia sering mengapresiasi pondok ini.

"Aku harap anakku segera meminang wanita yang kau tulis di lauhul mahfudz-Mu yaa Rabb" lirih wanita paruh baya itu.

____________

setelah kejadian tadi di kamar. Amara memutuskan untuk pergi ke masjid. niat ingin menenangkan diri malah tak tergapai kala melihat orang yang memasang wajahnya tanpa dosa.

posisi masjid berada diantara asrama putra dan putri. Alfar yang sedari tadi berjalan menunduk. mendongakkan kepalanya dan tak sengaja melihat seorang wanita yang ia tunggu kabarnya baru saja keluar dari gerbang asrama putri.

pandangan mereka bertemu. hingga Amara memutuskan kontak mata mereka terlebih dahulu. Amara berlalu begitu saja dengan pandangan menunduk membuat Alfar mengernyit bingung.

"Tumben melengos begitu saja. Emang tidak ada yang ingin dibicarakan dengan saya?" monolognya

Amara yang sudah berada di masjid ia melaksanakan sholat Dhuha, berdo'a setelah itu bertadarus. tak ia sadari bahwa di dalam masjid ada seseorang selain dirinya. kala Amara melantunkan ayat demi ayat, sosok itu tersenyum. "Caramu melampiaskan segala kesedihanmu sangat menakjubkan Aira" gumam sosok itu tersenyum.

setelah selesai bertadarus Amara tak lupa bermuraja'ah dan membaca terjemahan Al-Qur'an menjadi rutinitasnya. disaat ia sedang fokus membaca terjemahan Al-Qur'an ia mendengar lantunan Al-Qur'an dengan sangat merdu dan tentunya fasih.

Amara mendengarkan dengan seksama, ada perasaan tenang ketika mendengarnya. namun ia buru-buru menepisnya "Astagfirullah ada apa denganku? Amara kamu jangan jatuh hanya karena suaranya. INGAT! Ayah masih terbaring di rumah sakit karenanya" batinnya.

Amara segera melepas mukenanya, memakai kerudung syar'inya. ia beranjak meninggalkan masjid. hingga tiba-tiba suara dari arah belakang menghentikan langkahnya.

"Jika ingin melihat seberapa besar cinta seseorang kepadamu, maka lihatlah seberapa peduli ia tentang akhiratmu. Sebab, cinta itu ada diantara dua kemungkinan, jika tidak sebatas dunia berarti hingga akhirat (surga)." Amara membalikkan badannya cepat. keduanya saling menundukkan pandangan.

"Maksud kamu apa selalu memberi quotes dengan embel-embel kata cinta?" tanya Amara tak bersahabat. ia tak terima jika diberi asupan dengan quotes cinta seolah-olah ia sedang putus cinta. ingat yaa rasa dia ke Alfar hanya mengagumi bukan mencintai!

Pemuda itu berdehem. "Saya tau-" Amara langsung memotong ucapan pemuda itu. "Tau apa? jangan sok tau! Kamu pikir saya sedang putus cinta apa? diberi asupan quotesmu itu!" ucapnya ketus.

pemuda itu tersentak kaget dan menggelengkan kepalanya pelan. Amara yang tak sengaja melihat pun mengerutkan kening "Kenapa geleng-geleng gitu? Lagi nyanyi lagu India?" semprotnya

pemuda itu terlihat menahan tawanya. "Dahlah susah ngomong sama radio butut, udah mah sering muncul tiba-tiba. Tiba-tiba ngasih quotes tentang cinta. Ehh giliran diajak bicara malah bisu seribu bahasa" oceh Amara kesal membuat pemuda itu melipat bibirnya ke dalam untuk tidak menertawakan ocehan wanita di hadapannya.

"Bye. Assalamualaikum warahmatullah" pamit Amara tidak lupa dengan nada ketusnya

pemuda itu hanya menggelengkan kepalanya. "Wa'alaikumussalam warahmatullah." jawabnya sambil terkekeh.











assalamualaikum warahmatullah, hello everyone semoga suka yaa sama ceritanya hhi, maaf klo ada kata yang kurang tepat atau typo.

⚠️ jangan baca novel ini ketika waktu beribadah, utamakan membaca Al - Qur'an dan sholawat, take the positive n leave the negative. ⚠️

barakallahu fiikum 💗 💗 💗 💗

AMARARZAN [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang