thirtieth

125 37 3
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرحمن الرَّحِيمِ

ෆෆෆ

ෆෆ

اللّٰهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

📿📿📿📿📿

وَجَآءَتْ سَكْرَةُ ٱلْمَوْتِ بِٱلْحَقِّ ۖ ذَٰلِكَ مَا كُنتَ مِنْهُ تَحِيدُ
"Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari daripadanya."

[Qs.Qaf;19]

Kaisa menghampiri Amara yang masih berada dalam dekapan Arzan "Amara sayang, Bunda tau kamu pasti membenci Bunda" lirihnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Kaisa menghampiri Amara yang masih berada dalam dekapan Arzan "Amara sayang, Bunda tau kamu pasti membenci Bunda" lirihnya

"Saat itu bunda hanya bisa memikirkan nyawa anak-anak bunda" lanjutnya lagi sambil terisak

Amara melepaskan pelukannya dan berbalik badan menatap sang bunda yang sama sekali tidak ia lihat perubahannya. bundanya ini memang jago bermain drama, hingga tiba-tiba sang ayah memutuskan untuk menggugat cerai bundanya.

"Kenapa bunda melakukannya sendirian? Kenapa bunda tidak meminta bantuan dari ayah? Kenapa bunda seolah-olah buruk di mata kita? Kita ini keluarga. Kita akan mampu melawan dia seorang" tanya Amara bertubi-tubi dengan suara serak

Kaisa menggelengkan kepalanya pelan "Pikiran bunda stuck, bunda tidak bisa berpikir jernih"

Amara memeluk Kaisa erat, yang tak luput dari pandangan mereka semua. Ghaidan menekan rasa sakitnya mencoba menepis perasaan iba kepada mantan istrinya itu. kalau di tanya masih sayang, ia jawab masih. tapi kalau cinta?  seperti sudah habis.

"Maafkan bunda yang tidak berada di hari pernikahan mu sayang"

"Tidak apa-apa bun. Bunda bisa datang di hari resepsi kami" bukan Amara yang menjawab melainkan Arzan

Kaisa melonggarkan pelukannya, menatap Arzan dengan senyum sumringah "Terimakasih, kau masih seperti Arzan yang dulu"

Amara dibuat bingung "Memangnya bunda pernah bertemu?"

"Tentu saja, Abi dan Ayah adalah sahabat karib" jawab Dafri

"Tapi kenapa Amara tidak pernah ingat?"

semua orang tertawa yang di jawab langsung oleh Ziya "Kami bertemu terakhir kali saat kau berusia 4 tahun dan Arzan masuk pondok sedari SD"

mereka hanya ber-oh ria. Kaisa menghembuskan napas berat "Maaf, saya tidak bisa menemani kalian hingga acara malam ini"

sepertinya menjahili istrinya kini menjadi hobi barunya Arzan, Arzan memperkikis jaraknya "Acara kita kah?" bisik Arzan

AMARARZAN [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang