twenty second

105 34 1
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرحمن الرَّحِيمِ

ෆෆෆ

ෆෆ

اللّٰهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

📿📿📿📿📿

يٰبَنِيْٓ اٰدَمَ خُذُوْا زِيْنَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَّكُلُوْا وَاشْرَبُوْا وَلَا تُسْرِفُوْاۚ اِنَّهٗ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِيْنَ ۝٣١

"Wahai anak cucu Adam, pakailah pakaianmu yang indah pada setiap (memasuki) masjid dan makan serta minumlah, tetapi janganlah berlebihan. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang berlebihan."

(QS.Al-'Araf;31)

matahari bersinar terang di ufuk timur dengan ketenangan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


matahari bersinar terang di ufuk timur dengan ketenangan. hari minggu adalah hari yang di tunggu-tunggu oleh santri/wati, mereka memiliki rutinitas masing-masing di hari libur.

santriwati membiasakan piket maraton pada minggu pagi se-usai kultum, di lanjut dengan olahraga yang di pimpin oleh asatidzah.

pada hari ini pula, Ghaidan dan Shanea mengunjungi pondok Ash-Shiddiqiyah atas permintaan Dafri, dengan tujuan memperkenalkan Shanea dengan suasana pondok yang kelak akan ia tempati seumur hidupnya.

di ndalem, telah berkumpul dua keluarga yang sudah menentukan hari-hari penting bagi anak mereka. kecuali Amara! ia tidak ada.

semuanya sesekali tertawa dengan lelucon atau pertengkaran kecil sohib lama itu, Ya. Ghaidan dan Dafri. Ghaidan yang sadar tidak adanya Amara, celingukkan melihat keluar ndalem.

"Boleh saya bertemu Amara?" pinta Ghaidan

suasana menjadi, sangat hening terutama Arzan yang langsung dibuat bungkam. "Ada yang ingin saya ceritakan" tutur Dafri

Ghaidan mengerutkan keningnya setelah itu mengangguk. Dafri menceritakan kejadian semalam sesuai dengan apa yang Arzan ceritakan, tanpa kurang dan lebih.

tercetak raut kecewa di wajah Ghaidan kala mendengar cerita itu. kedua putrinya yang ia didik penuh kelembutan tanpa kekurangan apapun, kini mendapat bentakkan dari sosok calon mertuanya.

Arzan yang melihat perubahan raut wajah sang calon mertua pun langsung menunduk dalam "Maaf, maafkan Arzan om" lirihnya

Ghaidan menoleh lantas tersenyum kala melihat penyesalan yang begitu dalam. "Tidak mengapa. Mungkin karena saya tidak pernah melakukannya, jadi membuat saya sedikit sedih" terangnya terkekeh "Namun-,"

AMARARZAN [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang