twenty fourth

106 35 1
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرحمن الرَّحِيمِ

ෆෆෆ

ෆෆ

اللّٰهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

📿📿📿📿📿

Di saat aku berusaha untuk tidak menjatuhkan hati pada siapapun, kamu datang sebagai ujian untukku.

-Amara Zuhaira Eleanor-

dua keluarga dalam satu mobil itu melarikan Shanea ke rumah sakit besar yang letaknya lumayan jauh dari pondok, selama perjalanan itu pula Shanea masih terbaring tak sadarkan diri dengan posisi Amara memeluk Shanea

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

dua keluarga dalam satu mobil itu melarikan Shanea ke rumah sakit besar yang letaknya lumayan jauh dari pondok, selama perjalanan itu pula Shanea masih terbaring tak sadarkan diri dengan posisi Amara memeluk Shanea.

terkecuali Arzan, ia akan menyusul nanti. ada hal yang harus ia urus terlebih dahulu katanya.

"Dek, kakak mohon bangun" hanya itu yang Amara katakan sepanjang perjalanan

Ziya duduk disamping Amara terus berusaha menenangkan gadis itu "Sudah nak, jangan terlalu larut dalam kesedihan. Kita harus banyak berdo'a"

kini hanya isak tangis yang Amara keluarkan. cukup baginya, hanya bunda seorang yang meninggalkan mereka. jangan ada lagi sosok yang ia sayangi meninggalkannya.

Dafri dan Ghaidan memilih diam. Dafri sesekali menoleh ke arah Ghaidan yang melamun. ia takut persahabatannya hancur gara-gara accident yang belum benar asal-usulnya.

"Ghaidan, maafkan saya. Andai saya tidak memintamu untuk Shanea keliling pondok, pasti tidak akan seperti ini kejadiannya" ucap Dafri menoleh sebentar kearah Ghaidan

Ghaidan menatap Dafri yang tengah menyetir "Tidak. Ini bukan kesalahanmu, ini terjadi karena accident. Kita juga belum tau apa yang terjadi sebenarnya"

"Tapi-,"

"Jadi jangan menyalahkan siapapun terlebih dirimu" sambung Ghaidan

Amara yang mendengar pembicaraan kedua lelaki dewasa itu menyahut "Tapi kenapa bisa banyak darah di lab? bukankah pondok kita terjamin dengan keamanan dan kebersihan? kecuali ada seseorang yang merencanakan ini semua"

Ziya menatap kaca spion yang tertangkap oleh Dafri, membuat Dafri menoleh ke arah Ghaidan. Ghaidan yang paham pun menyahut sahutan Amara.

"Jangan su'udzon dulu sayang. Namanya juga laboratorium pasti memiliki banyak stok darah, mungkin darah itu tumpah. Kita cari bukti terlebih dahulu. Cukup saat ayah terbaring kamu menyalahkan orang!" ucap Ghaidan tegas.

AMARARZAN [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang