- 𝐻𝒶𝓅𝓅𝓎 𝑅𝑒𝒶𝒹𝒾𝓃𝑔 -
Liona tertawa sinis, mendaratkan bokong nya ke kursi yang ada. Liona dan Keira duduk, di batasi oleh meja di antara mereka."Wah.. mata lo bisa ngeliat lagi? Keren juga," ujar Liona santai, terlihat tak merasa bersalah sama sekali.
Keira menatap nya datar, "Lo dan papa lo, pasti bakal dapet hukuman nya, Liona."
"Gue ga akan biarin lo lepas," sambung Keira dingin. Liona memutar bola matanya, menganggap remeh perkataan Keira. Lagipula, ia sudah menyerah, tak berniat untuk melepaskan diri lagi. Ia juga lelah dengan semuanya.
"Mama lo tadi ketemu gue." Mata Liona melebar kala mendengar penuturan Keira itu. Gadis itu segera menatap Keira, menunggu perkataan selanjutnya. "Dia siap jadi salah satu saksi di pengadilan nanti buat ngelawan lo dan papa lo," lanjut Keira.
Liona tertegun. "Gak mungkin." Gadis itu menggeleng, tak percaya. "Walau mama kecewa sama gue, dia ga akan ngelawan gue dan ngebiarin gue di penjara lama - lama."
"Sayang nya, lo salah, Liona. Mama lo kecewa sama lo, mama lo minta maaf ke gue."
"Liona.. mama lo orang baik, tapi dia kurang beruntung karena punya lo sebagai anak nya dan papa lo sebagai suami nya. Karena kesalahan kalian berdua, mama lo itu harus jadi korban nya juga." Keira sengaja. Sengaja menyerang titik rendah Liona yang baru ia ketahui dari Gabriel beberapa waktu lalu.
Liona itu sangat menyayangi ibunya. Lemah jika itu perihal sang ibu. Sama seperti sekarang, terlihat mata nya sudah berkaca - kaca. "Besok persidangan lo sama papa lo, gue harap.. lo siap terima hukuman lo itu," ujar Keira setelah nya beranjak berdiri. "Tenang aja. Walaupun di hukum di penjara, gue ga akan biarin lo tenang," sambungnya sebelum pergi. Masih ada seseorang lagi yang harus ia temui.
....
Ruangan dominan putih dengan bau obat yang khas, apa lagi kalau bukan rumah sakit.
Keira bersama Gabriel mendatangi ruangan itu, melihat kondisi pria yang beberapa minggu ini tak bisa melakukan apa - apa setelah di tembak di bagian paha nya. Lalu, terserempet sepeda motor saat melarikan diri dari polisi.
"Gimana kondisi nya?" tanya Keira. "Dia kehilangan beberapa fungsi otaknya. Kemungkinan, untuk pulih butuh waktu yang sangat lama, atau mungkin, tidak bisa."
Keira diam, menatapi pria yang terbaring dengan mata terbuka itu. Theo sadar, Theo bisa melihat, namun tak punya kekuatan untuk sekedar menggerakkan tubuhnya. Ia membalas pandangan Keira, mulut nya terbuka kecil, seperti ingin mengatakan sesuatu. Tapi, tak ada satupun kata yang keluar, malah air mata yang mengalir dari sudut matanya.
Keira hanya diam saja. Ia tau, Theo menyesal, namun, gadis itu belum siap untuk memaafkan. Biarlah Theo menyesal, merasa bersalah. Biarlah karma nya berjalan seperti seharusnya. Keira tak perlu membalas lagi, karena sepertinya, Tuhan sudah membalas untuk Keira lebih dulu.
Ceklek...
Keira membuka pintu kamarnya perlahan. Diam mengerjap pelan, menatap punggung Juan yang tengah berdiri menatap keluar jendela.
Pria itu membalikkan tubuhnya, hingga tatapan mereka bertemu. Namun, Keira segera mengalihkan pandangan nya, enggan bertatapan lama. Bukan apa, jujur saja, ia merasa... sedikit bersalah. Ia merasa gagal menyelamatkan Rico.
Juan menatap Keira cukup lama. Mereka diam untuk beberapa menit. Tepatnya 5 menit setelah hening itu, Juan membuka suara. "Kenapa?"
Keira mengernyit, "Apa?" gumamnya tak paham. "Kenapa diam aja?" tanya Juan. "Lo udah bisa ngeliat, gue mau lo jadi Keira yang cerewet kayak dulu."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Antagonist ✅
Mystery / Thriller𝐒𝐢𝐧𝐨𝐩𝐬𝐢𝐬: Baru saja Kayla memaki tokoh antagonis dalam novel 'Fall in Love' yang ia baca, Kayla tak menyangka, setelah kecelakaan, ia malah terbangun sebagai Keira. Tokoh antagonis dalam novel. . . . "Kenapa harus jadi Keira sih?!" "Kesalah...