🎶Swim - Chase Atlantic
“Menyukai laut tidak harus masuk ke dalam nya, cukup duduk diam ditepian, nikmati suara ombak, angin, dan nikmati suasana nya.” -Afga.
🎀 HAPPY READING 🎀
Kaki putih itu terus melangkah mendekati tepi pantai sembari meninggalkan jejak tapak kakinya di pasir pantai yang putih. Angin dengan berani menerbangkan rambut indah bergelombang nya yang tergerai. Gemericik ombak terdengar ketika beradu dengan bebatuan karang. Pemandangan hamparan birunya air berpadu dengan jingga nya langit membuat mata merasa dimanjakan.
Lentera, menghentikan langkah nya di tepi pantai dan membiarkan kakinya tersapu oleh ombak yang datang. Berdirinya tak goyah sama sekali, pandangan matanya terfokus ke pemandangan yang selalu ingin ia jelajahi. Gadis itu kini tampil cantik dengan dress putih selutut dengan tali spaghetti. Dan untuk menutupi lengannya, ia menggunakan cardigan crop rajut berwarna soft yellow.
Afga berdiri tepat di samping Lentera, keduanya menatap langit yang berwarna jingga serta hamparan air biru yang seakan-akan hendak menelan matahari. Ya, keduanya menyaksikan terbenamnya matahari.
Tak ada kalimat-kalimat romantis ala anak senja. Tak ada pula sajak-sajak yang biasanya di buat oleh anak penganggum semesta. Hanya ada dua jiwa yang memiliki luka masing-masing berdiri sembari menikmati ketenangan yang disuguhkan oleh alam.
Menikmati suara deburan ombak yang beradu dengan bebatuan, suara burung yang terbang kembali ke sarangnya, dan tiupan angin yang menyapu lembut kulit keduanya. Afga dan Lentera tak saling juga berbicara atau membuka obrolan. Keduanya menikmati keheningan di antara mereka.
Mencari rasa nyaman yang selama ini tak mereka temukan di kota yang padat lalu lintas. Matahari pun telah habis di lahap oleh lautan, langit yang tadinya jingga kini telah berganti menjadi gelap. Bulan pun telah berganti menyinari bumi, kebetulan memang tengah bulan purnama.
Afga menoleh ke arah Lentera, menatap pahatan wajah mungil gadis itu. Tak ada kata yang mampu Afga ucapkan, namun yang pasti Afga meyakini bahwa gadis di sampingnya ini adalah jelmaan malaikat. Berlebihan? Ya memang seperti itu lah kenyataan.
Lentera terlihat sangat cantik dengan sorotan sinar bulan purnama. Gadis itu memejamkan matanya menikmati angin malam yang cukup dingin. Hatinya bergejolak mendengar deburan ombak. Ia dapat menenggelamkan dirinya di sini tanpa perlu harus menghadapi kehidupannya yang rumit. Ia juga dapat menemui ibu nya jika melompat ke dalam laut mengikuti arus ombak.
Lentera ingin melakukannya. Tanpa sadar, ia melangkah semakin maju menerjang ombak kecil di tepi pantai. Kakinya sudah mulai terendam air. Mulai dalam, dan semakin dalam hingga ketika kedalaman air laut yang ia pijak mencapai lututnya, tangannya dicekal oleh seseorang.
Seseorang itu tak lain dan tak bukan adalah Afga. Laki-laki itu menatap teduh Lentera. Seperti tau apa yang gadis itu pikiran, Afga mengeratkan cekalan nya pada lengan gadis itu, namun tak sampai menyakiti nya.
“Mau sedalam apapun laut di mata lo, tolong jangan pernah berfikir untuk menenggelamkan diri,” ucap Afga dengan nada lembut nya.
Lentera tersadar, ombak berdebur menerjang kaki nya. Gadis itu pun tersenyum tipis merespon ucapan Afga.
“Gue pernah berfikir seperti yang lo bilang. Tapi mungkin sekarang gue tau apa yang harus gue tanyain ke elo ketika keinginan untuk lenyap muncul di hati dan benak gue.” Lentera tersenyum manis, seakan-akan telah menemukan lilin di tengah kegelapan yang menyelimuti. Lilin itu pula yang nantinya akan membantu Lentera keluar dari benang-benang kusut yang ada di hati dan benak nya.
Afga ikut tersenyum, “Lo berhak bahagia, Lentera.”
“Kalau begitu, lo mau kan jadi salah satu alasan gue buat bahagia dan bertahan?”
“Of course, lo bisa jadiin gue alasan untuk semua hal. Gue akan selalu ada buat lo, kapanpun dan di manapun. Pulang ke gue, gue siap jadi rumah buat lo.”
Afga mengubah cekalan nya menjadi genggaman hangat dengan menautkan jari-jemari keduanya. Lentera menyelami manik hitam legam milik Afga. Seakan mencari kebohongan di manik mata yang menenggelamkan itu.
Kruyukk
Seketika susana menjadi awkward setelah terdengar bunyi keroncong dari perut Lentera. Sontak Afga tertawa melihat wajah Lentera yang memerah menahan malu.
“Pfttt... Lo sih, gue suruh makan siang dulu nggak mau. Jadinya laper kan?”
Lentera berdecak, “Ishh, ayo cari makan!”
Gadis itu berjalan terlebih dulu sembari menyeret Afga yang masih berusaha menahan tawanya agar tidak meledak saat itu juga. Lentera sejujurnya sangat malu, bisa-bisanya perutnya berbunyi di waktu dan momen yang tidak tepat seperti itu. 'Kan tadi lagi melow, tiba-tiba canggung gara-gara bunyi perut keroncongan.
Keduanya berjalan keluar area pantai dan menjumpai pedagang kaki lima yang berjejer di tepi jalanan. Dengan semangat Lentera menarik tangan Afga menuju gerobak sempol. Kebetulan sekali ada jajanan favorite Lentera.
“Mau sempol ngga?” tanya Lentera.
Afga mengangguk, “Gabungin aja.”
Keduanya menunggu beberapa menit untuk sempol di goreng, lalu setelah membayar keduanya pindah lagi ke gerobak batagor.
“Mau batagor ngga?” Afga hanya menggeleng sebagai jawaban.
Setelah selesai dengan batagor, Lentera kembali menghampiri gerobak cimol. Ia memesan, lalu menunggu nya sebentar sebelum membayar nya.
Lentera kembali menarik tangan Afga menuju gerobak donat. Ia membeli sekotak donat yang berisi 8 macam rasa. Lentera memilih rasa matcha, keju, tiramisu, dan coklat kacang. Setelah puas menjelajah street food, akhirnya Lentera mengajak Afga untuk kembali ke apartemen. Gadis itu niatnya akan memakan jajanan yang telah di beli nya di apartemen.
Keduanya berjalan kembali ke area parkiran pantai untuk menuju motor Afga berada. Tangan Lentera dua-duanya penuh dengan bungkus kresek berisi jajanan yang barusan ia beli.
“Emang lo bakal ngehabisin ini semua?” Tanya Afga heran, toh dilihat-lihat badan Lentera kecil. Mana mungkin dapat menghabiskan semuanya.
“Ehehe, tenang aja gue kalau laper mah apa aja abis,” gurau nya.
Afga menggelengkan kepalanya lalu menggunakan helm nya. Ia membantu memakaikan helm untuk Lentera karena gadis itu cukup kesulitan jika harus mengenakan nya sendiri. 'Kan tangan nya penuh dengan kresek berisi makanan.
Setelah memastikan Lentera telah naik ke atas motor dengan benar dan nyaman. Afga menyuruh Lentera untuk memeluk pinggang nya. Setelahnya kuda besi milik Afga melaju dengan kecepatan rata-rata menembus ramainya jalanan malam kota.
Malam minggu seperti ini tentu ramai muda-mudi yang kencan ataupun sebatas berkumpul dengan teman-temannya. Terlebih lagi malam ini langit terlihat cerah dipenuhi kelap-kelip bintang dan bulan yang bulat sempurna.
Lentera meletakkan dagunya di atas pundak Afga. Matanya terpejam menikmati angin malam yang cukup kencang karena keduanya mengendarai motor.
Afga sesekali mencuri-curi pandang untuk melihat wajah terpejam Lentera melalu kaca spion motornya. Dia hanya berharap bahwa Lentera tidak berakhir tragis di tangan dirinya sendiri. Afga tidak ingin gagal melindungi seseorang untuk yang kedua kalinya.
Tanpa sadar genggaman tangannya di stang motor semakin menguat. Membuat laju motor semakin naik dan kencang.
🎀 TO BE CONTINUED 🎀
akuu double up krn kmrn" gaa up lama bngt, jadii terbayarkan yaa??😁
semoga semua yg di ucapkan male lead gaa cuma omdo yaa man teman, marii kita aamiin kan bersama-sama 🥰💗TERTULIS
8 September 2024
KAMU SEDANG MEMBACA
BELIEVE ME!
Teen Fiction"Mau sedalam apapun laut dimata lo, tolong jangan sesekali berfikir untuk menenggelamkan diri." Terlahir dari rahim wanita gila bukanlah kemauan nya. Namun terkadang takdir memang sebercanda itu. Ayahnya seorang pejabat yang termasuk orang penting d...