13- HUJAN DAN KISAH KITA

10 6 2
                                    

⚠️ Chapter ini mengandung unsur dewasa 15+ mohon untuk usia ke bawah tidak di sarankan untuk membacanya. Silahkan di skip saja.

“Aku, kamu, dan hujan bulan Desember masa itu tak akan pernah terlupakan dan akan menjadi kenangan tersendiri di dalam kisah ku.”

🎀 HAPPY READING 🎀

Afga berjalan di koridor gedung Bahasa diikuti keempat temannya. Ia melangkah santai menuju kelas Lentera. Namun sesampai nya di depan kelas 11 Bahasa 2 langkah nya terhenti ketika tiba-tiba di hadang oleh banyaknya murid kelas tersebut.

Woe anjay Afga!”

“LENTERA!! DI APELIN BABANG AFGA NIH!!”

“PIWIT PIWIT ACIE CIEEE!!!”

WOE WOE!! JADIAN LO YA?!”

“Af, lo pacaran ya sama Lentera?!”

Seketika suara sorak-sorai dari kelas tersebut terdengar ramai. Sedangkan Afga hanya mendengus pelan, ia menunggu Lentera keluar seraya bersandar pada tembok koridor dan melipat tangan di depan dada.

“Af! Af! Liat nih gebetan lo!” tunjuk El dengan dagunya mengarah pada kusen pintu kelas yang memperlihatkan Lentera keluar sembari tertawa riang dengan Zara dan beberapa anak perempuan kelasnya.

Melihat itu sontak saja membuat Afga mengulum bibir menahan tawa. Gadis itu sungguh terlihat sangat manis dan menggemaskan di mata Afga. Zara menyikut lengan Lentera ketika sadar bahwa gadis di sampingnya tengah diperhatikan oleh Afga. Lentera berhenti tertawa dan menoleh ke arah pandangan Zara. Lalu tersenyum lebar melihat Afga.

Ia menghampiri Afga dengan riang. Afga terkekeh dan menepuk-nepuk puncak kepala Lentera pelan. Lantas merangkul bahu gadis itu mengajak nya pulang. Sontak saja seluruh pasang mata yang memperhatikan jadi menyoraki heboh dan ada juga yang berteriak ikutan baper.

“Dadahh Zara!! Gue duluan yaa!” Lentera masih sempat menoleh ke arah Zara dan melambaikan tangannya.

Zara membalas lambaian tangan Lentera dengan senyum merekah, “Iyaa! Hati-hati ya Len!”

“Gimana tadi di kelas?”

Lentera tersenyum lebar lalu menceritakan hal apa yang di alami nya ketika di kelas tadi. Sehingga malah membuatnya makin akrab dengan teman-teman sekelasnya. Sepanjang jalan menuju parkiran Afga hanya tersenyum mendengar celotehan Lentera.

“Eh kok mendung ya?”

“Iya, makanya ayo buruan.” jawab Afga seraya memakaikan helm Lentera. Lalu membatu gadis itu naik ke atas motor trail nya. Setelah memastikan Lentera aman, pemuda itu menggunakan helm nya.

“Pegangan yang bener. Gue mau ngebut biar nggak kena hujan.” titah Afga mengarahkan kedua tangan Lentera agar memeluk pinggangnya.

Ishh! Modus ya?”

“Biar nggak jatuh.”

Afga menancapkan gas motornya keluar dari gerbang sekolah dan menerobos jalanan Jakarta sore hari itu. Susana angin dingin bertiupan dengan awan menggelap mendung.

Lentera mengeratkan pelukannya kepada Afga seraya meletakkan dagunya di bahu Afga. Memejamkan matanya menikmati dingin nya angin sore itu. Afga melirik lewat kaca spion motornya lalu tersenyum di balik helm full face nya. Ia tak habis pikir kenapa gadis ini begitu manis.

Motor berhenti tepat di lampu merah. Sontak saja Lentera membuka matanya menatap sekitar yang banyak kendaraan. Tetesan gerimis mulai bercucuran deras. Hal itu membuat Lentera mencebikkan bibirnya.

BELIEVE ME!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang