3- HUJAN PELIPUR SUNYI

19 18 15
                                    

“Aku ingin menjadi hujan, yang berkali-kali jatuh ke bumi namun tak pernah henti untuk datang berulang kali.”

🎀 HAPPY READING 🎀

Afga menghentikan laju motornya di sebuah supermarket yang bisa bisa langsung dimakan di tempat. Kakinya melangkah masuk ke dalam supermarket, karena rintik gerimis semakin deras mengguyur ibu kota malam hari ini. Ia mengambil minuman soda lantas membayar ke kasir. Ia mendudukkan dirinya di kursi depan supermarket sembari menenggak minuman nya. Matanya fokus dengan ponsel.

“Hai! Kita ketemu lagi!” suara lembut itu mengalihkan atensi Afga.

Afga menatap ke asal suara. Seorang gadis bersurai hitam bergelombang yang digerai dengan poni di depan. Dengan piyama bermotif cinnamorrol yang menambah kesan bahwa gadis itu cukup menggemaskan. Tangannya membawa sebuah payung transparan. Laki-laki berkaos putih dengan celana coksu selutut itu mengernyitkan dahinya bingung. Alisnya terangkat satu tanda bertanya.

“Gue yang tadi pagi di perpus minta tolong ke lo buat ambilin novel di rak yang tinggi.” ucap gadis itu lalu ikut duduk disamping Afga.

Gadis itu tersenyum manis dan mengulurkan tangannya kearah Afga meminta berjabat. “Gue Lentera.”

Afga hanya menatap datar gadis yang mengaku bernama Lentera itu. Tanpa berniat menjabat uluran tangan dari Lentera.

Karena tidak mendapatkan balasan dari Afga, dengan berani nya Lentera meraih tangan Afga dan keduanya saling berjabat.

“Nama lo siapa?”

“Afga,” ujar pemuda itu singkat lantas segera melepaskan jabatan tangan mereka. Merasa sedikit risih akan kehadiran Lentera.

Gadis itu lantas pamit masuk kedalam supermarket untuk membeli sebuah roti dan susu kotak. Tak lama Lentera sudah kembali duduk di samping Afga lagi. Gadis itu mengulurkan roti ke hadapan Afga, berniat menawari pemuda itu. “Mau?”

Afga melirik sekilas sebelum kembali fokus dengan ponselnya. “Ga, lo makan aja.” jawab nya acuh tak acuh. Lentera pun mengangguk dan mulai memakan roti dan susu kotak full cream nya.

“Kok bisa lo ada di sini?” tanya Lentera yang tak betah jika tidak bicara.

“Kebetulan lewat, terus hujan jadi neduh dulu.”

Terdengar gadis itu terkekeh. Membuat Afga menatap heran Lentera.

“Bener ya, mau sesuka apa orang sama hujan tetap aja kalau hujan turun mereka bakalan neduh.” ucap Lentera tersirat makna dan Afga cukup peka untuk hal itu.

Sesaat Afga menemukan tatapan lelah dari manik mata hitam gadis itu yang tengah menatap jalanan didepannya. Namun seketika hilang digantikan riak ceria.

“Lo sendiri ngapain malam-malam di luar?” tanya Afga mulai beradaptasi dengan gadis di sampingnya itu.

Lentera menoleh ke arah Afga lalu kemudian menunjukkan roti dan susu kotak nya tepat di depan wajah tampan pemuda tersebut.

“Ini, beli makan. Di rumah ngga ada makanan. Tadinya lagi belajar, eh tiba-tiba laper jadinya keluar deh buat beli ini.”

“Bukan nya rumah lo jauh dari sini?” tanya Afga karena seingatnya waktu pesta ulangtahun keluarga Mahesa tiga hari yang lalu bukanlah di daerah sini.

“Engga, tuh komplek depan supermarket, rumah gue masuk situ.” tunjuk gadis itu ke depan supermarket yang terdapat gapura sebuah komplek perumahan elit.

“Ohh.” reaksi Afga meski sedikit heran, namun tidak ingin mempertanyakan nya.

“Kira-kira kapan reda nya yaa?” ucap gadis itu dengan bibir cemberut.

Alis Afga terangkat sebelah, “Bukan nya lo bawa payung? Tinggal terobos aja.”

Lentera menatap Afga dengan bibir mencebik kesal. “Gue mau nemenin elo. Biar ada temannya, bosen juga di rumah.” ucap Lentera. Afga pun mengangguk saja. Lantas terjadi keheningan beberapa saat. Hingga lagi-lagi gadis bernama Lentera itu berucap.

“Lo udah baca novel-novel nya Tere Liye?”

Afga mengangguk sekali, “Udah. Bunda gue punya banyak koleksi novel. Nah dia juga punya edisi lengkap novel-novel nya Tere Liye.

Mata Lentera lantas mengerjap lucu. “Gimana menurut lo karya nya? Cerita apa yang paling berkesan buat lo?” tanya gadis itu antusias.

“Ceritanya sih gue suka, alurnya juga selalu sesuai kehidupan pada umumnya. Cuma ada beberapa kata berat yang nggak gue pahami, jadinya harus searching google buat tau maknanya. Judul Bumi yang paling gue minati.” ucap Afga sesuai pendapat nya.

Mata Lentera mengerjap pelan. Lantas tersenyum lebar. “Oh iya, Bunda kamu suka banget sama novel yaa?”

Afga tak langsung menjawab, pemuda itu meneguk minuman soda nya terlebih dahulu. “Iya. Di rumah bahkan ada perpustakaan mini yang sebagian besar isinya koleksi novel bunda gue.”

Wahh! Pasti seru kalau ngobrol sama bunda lo!” cetus gadis itu dengan antusias.

“Ya, meski kadang-kadang suka nyeleneh.” ucap Afga dengan helaan nafasnya, memikirkan bunda nya yang kadang-kadang aneh itu.

Lentera menatap Afga dengan manik mata berbinar, “Kamu sering bercanda sama bunda? Rasanya gimana?” tanya gadis itu penuh keantusian.

Alis Afga mengernyit heran, mengapa Lentera menanyakan hal tersebut? Seakan-akan gadis itu tak pernah mengalaminya, sedangkan keluarga gadis itu kan harmonis.

“Biasa aja, mungkin juga karena gue nya yang flat makanya biasa aja. Tapi terkadang juga kesel karena sikap jahil nya bunda. Suka lupa umur dia kalau masalah jahil.”

Lentera tersenyum lebar, “Wahh! Pasti seru banget itu!”

“Iya.”

Terjadi keheningan beberapa saat di antara keduanya selain suara rintik hujan dan beberapa kendaraan yang melintas.

“Lo nggak dicariin?” tanya Afga memecah keheningan.

Lentera menatap genangan air di depan sana. “Engga bakal.”

“Pulang sana, lo 'kan bawa payung.”

Lentera terdiam, tak langsung menjawab. Hal itu membuat Afga menatap raut wajah Lentera yang sepertinya tengah melamun dengan pandangan menatap genangan air di depan sana.

“Ra, pulang aja sana!” ucap Afga lagi agar menyadarkan Lentera.

Gadis itupun menunjukkan gummy smile nya. “Nanti aja deh, bosen di rumah. Mau nungguin lo pulang.”

Afga hanya mengedikkan bahunya acuh.

Akhirnya malam itu keduanya mengobrol dengan hal-hal random. Hingga hujan reda tepat jam 22.17 yang akhirnya keduanya memilih pulang ke rumah masing-masing. Malam itu, Afga mengetahui bagaimana sifat Lentera dari pengamatan nya. Afga memang selalu ahli melihat sifat seseorang dari pengamatan gerak-gerik nya. Menurutnya, Lentera itu berisik, mudah tertawa, punya senyuman manis, hamble, ceria, dan mudah bergaul.

🎀 TO BE CONTINUED 🎀

masii awal-awal tipis tipis aja dlu, jangan langsung ngasii attack, nantii kalian pada tantrum🥺

📍btw ost buat cerita inii tuu 'Penjaga Hati - Nadhif Basalamah' sama 'Hanya Lolongan - Nabila Taqiyyah.

TERTULIS
25 Agustus 2024

BELIEVE ME!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang