“Bumi memiliki banyak orang hebat, lo salah satunya.” -Afga.
🎀 HAPPY READING 🎀
Afga menghela nafasnya panjang ketika baru saja gadis yang ia bawa masuk ke dalam UGD untuk di tindak lanjuti. Tubuhnya merosot dan duduk dilantai bersandar dinding. Reno yang melihat itu pun menghampiri Afga dan menepuk pundak laki-laki itu beberapa kali.
“Lo sepanik itu ya?” tanya Reno. Afga hanya mengangguk pelan, lantas mengusap wajahnya kasar. “Udah lama lo gak keliatan sepanik ini,” lanjut Reno, laki-laki berhoodie maroon itu ikut duduk di samping Afga.
Afga menghela nafas dengan berat, “Entahlah, gue bingung kenapa gue bisa sepanik ini.” bahkan ia tak memperdulikan kaos putihnya yang terkena banyak noda darah.
“Dia Lentera anak nya DPR itu kan?” Afga mengangguk pelan sebagai jawaban pertanyaan dari Reno. “Bakal ada teka-teki nih,” lanjut Reno.
Obrolan keduanya terdistraksi oleh suara pintu ruangan UGD yang dibuka. Terlihat juga seorang wanita berjas putih keluar dari ruangan tersebut. Afga bangkit dan mendekati dokter itu.
“Kamu walinya?” tanya wanita itu. Afga mengangguk. “Baiklah, kamu bisa ikut ke ruangan saya.”
Afga mengikuti wanita itu yang pergi ke ruangannya. Lantas ia duduk di kursi yang tersedia tepat di depan meja wanita berjas putih itu.
“Pasien mengalami pendarahan yang membuatnya kekurangan darah banyak. Untung saja pendarahan itu bisa dihentikan sebelum terlambat. Ia juga mengalami banyak luka lebam dan goresan di punggungnya. Selain itu juga ia mengalami dehidrasi yang diakibatkan kekurangan cairan dalam tubuh beberapa hari ini, sepertinya. Setelah saya telaah, luka goresan nya lumayan dalam. Sedangkan tubuhnya mengalami trauma benda tumpul.” jelas wanita itu yang mengucapkan kondisi Lentera saat ini.
Afga tak dapat mengucapkan sepatah kata karena ia terlalu terkejut dengan fakta tersebut.
Wanita yang menjabat sebagai seorang dokter itu kembali berucap, “Apakah sebelumnya ia mengalami kekerasan? Banyak bekas luka yang sudah mengering juga di punggung maupun di tubuhnya.”
Akhirnya setelah mendapatkan laporan tentang kondisi Lentera dan mendapatkan resep obat yang harus ditebus pun Afga keluar dari ruangan dokter itu. Kakinya melangkah menuju Lentera yang sudah dipindahkan ke dalam ruang rawat. Terlihat Lentera yang terbaring pucat di atas brangkar ruang rawat inap itu.
🎀
Sudah empat hari ini Lentera dirawat inap, dengan Afga yang menjaga nya. Lentera masih seperti mayat hidup yang berwajah pucat dan sering melamun. Tatapannya juga kosong tanpa gairah hidup.
Hari ini matahari membumbung cerah di atas langit biru berhiaskan putihnya awan. Hari ini juga Lentera sudah diperbolehkan pulang oleh pihak rumah sakit. Kini gadis itu menggunakan dress floral berwarna krem dengan cardigan berwarna khaki.
Afga sengaja membawakan pakaian sang bunda agar dapat dipakai oleh Lentera. Afga juga tadi mengikat rambut Lentera menjadi kepang satu. Meski hasilnya tidak rapih dan sedikit berantakan, tetapi itu lumayan juga untuk ukuran lelaki yang membuatnya.
Dengan Afga yang menuntun Lentera berjalan. Keduanya keluar dari rumah sakit dan masuk ke dalam mobil. Keduanya duduk berdampingan. Afga yang sedari tadi menggenggam telapak tangan Lentera yang bergetar dan Lentera yang hanya menatap kosong ke luar jendela.
“Ini gue harus anterin lo pulang kemana?” tanya Afga dengan nada lembut.
Tubuh Lentera semakin bergetar ketakutan dengan bola matanya yang bergerak liar penuh ketakutan. “Ngga mau pulang.l,” lirih nya beberapa kali dengan nada kecemasan. Tangan gadis itu bahkan kini mencengkeram erat tangan Afga, yang membuat kuku-kuku panjangnya menusuk di kulit tangan Afga.
Afga menatap telapak tangannya yang mengeluarkan darah karena Lentera mencengkeram nya begitu erat dan dalam. Di dalam hati ia mengucap syukur karena yang terluka bukan Lentera, tak apa jika gadis itu melukainya yang terpenting jangan sampai menyakiti dirinya lagi. Tak terbayang seberapa sakitnya fisik Lentera selama ini. Ia yang baru terkena goresan kuku milik Lentera saja sudah merasakan perih. Apa selama ini Lentera selalu menahan rasa sakitnya dengan senyuman?
Astaga, jika benar maka gadis ini sangat kuat.
Afga merengkuh Lentera ke dalam dekapannya. Ia mengusap rambut panjang milik Lentera berusaha menenangkan gadis itu.
“Ren, ke apartemen gue aja.” ucap Afga final, yang diangguki oleh Reno.
Memang ia meminta Reno untuk menjemput nya, karena hanya laki-laki itu yang mengetahui keadaan Lentera untuk saat ini. Afga pikir Lentera tidak ingin kondisinya yang saat ini diketahui oleh orang lain. Tanpa banyak bertanya pun Reno melajukan mobilnya menempuh jalanan menuju apartemen milik Afga.
“Sttt... Calm down. I'm will be always with you, Lentera.” bisik Afga serius.
Lelaki itu menangkup kedua pipi Lentera dan menghapus airmata yang masih mengalir dari kelopak mata gadis itu. Yang membuat Lentera tertegun.
“Tenang ya?” Afga menatap lekat manik mata Lentera yang berair dan sembab.
Perlahan, Lentera pun mulai mengangguk'kan kepalanya. Namun gadis itu kembali menggeleng seraya mengencangkan tautan tangannya pada tangan Afga. Gadis itu kembali terkena serangan panik.
“Ta-tapi gue takut, gue ngga mau pulang. Ngga ada ibu...” air mata gadis itu mulai meleleh kembali menerobos keluar secara balapan dengan tetesan airmata yang lainnya. “Gue cape, ngga ada tujuan hidup lagi. Kehidupan gue udah ninggalin gue. Gue mau mati aja.” raung nya disela isak tangis.
“Hey! Hey! Dengerin gue, bertahan ya? Ada gue di sini. Ada gue yang bisa lo jadiin tumpuan untuk kembali hidup.” ucap Afga serius seraya menenangkan Lentera yang mulai tantrum.
Lentera menggelengkan kepalanya brutal, “Ngga, gue ngga mau. Gue mau sama ibu, kehidupan gue sekarang ninggalin gue sendirian di sini. Gue ngga mau.”
“Lentera! Dengerin gue... I'm your guardian angel.” ucap Afga dengan lembut sembari mengusapkan jempol di pipi gadis itu. “Jadi, Bertahan ya?”
🎀 TO BE CONTINUED 🎀
anjay, apaa gaa replek senyum ngebayangin kelakuan nya si male lead? pendek banget yaa chapter ini, cuma 870 kata doang🥺
TERTULIS
30 Agustus 2024
KAMU SEDANG MEMBACA
BELIEVE ME!
Novela Juvenil"Mau sedalam apapun laut dimata lo, tolong jangan sesekali berfikir untuk menenggelamkan diri." Terlahir dari rahim wanita gila bukanlah kemauan nya. Namun terkadang takdir memang sebercanda itu. Ayahnya seorang pejabat yang termasuk orang penting d...