4- RUNTUH

17 15 7
                                    

Chapter ini mengandung kekerasan, mohon untuk tidak meniru nya atau bagi yang dibawah umur disarankan agar tidak membacanya karena dapat menganggu psikis kalian.

“Seperti dibunuh berkali-kali, namun tak kunjung mati.”

🎀 HAPPY READING 🎀

Gadis itu menghela nafasnya lelah. Kekosongan terlihat jelas dibalik manik mata nya, seakan tidak memiliki gairah untuk hidup. Ia duduk dengan kaki yang menekuk di depan dada dan bersandar kepada dingin nya dinding. Ruangan temeran itu tak membuatnya takut sama sekali. Tubuhnya penuh dengan luka, namun tak juga mengubah raut wajah gadis itu yang datar tanpa emosi. Sudah tiga hari lamanya gadis itu terkurung di tempat temeran ini. Disampingnya terbaring seorang wanita kurus yang dekil tidak terawat.

Kriett

Suara pintu ruangan tersebut berbunyi nyaring ketika dibuka. Beberapa pria berotot dan bertato memasuki ruangan pengap dan temeran itu. Namun atensi Sadisa Lentera hanya tertuju pada pria dengan jas yang dengan santai menghirup cerutunya.

“Cepat bangunkan wanita gila itu!” titah pria yang sedari tadi mendapatkan tatapan sinis dari Lentera.

“Baik, Tuan.” ucap ketiga pria bertato itu. Lantas salah satu dari ketiganya langsung menjambak rambut panjang wanita kurus yang tengah terbaring di samping Lentera.

Gadis itu marah, ia berusaha melepaskan jambakan pria itu di rambut sang ibu. “Lepasin!! Jangan sakiti ibu!!” pekik Lentera dengan suara parau.

Laki-laki yang tengah menghirup cerutunya itu terkekeh sinis. “Huh... Bangga sekali kamu memanggil wanita gila itu dengan sebutan ibu!”

Lentera tak menggubris, ia masih berusaha melepaskan jambakan pria bertato pada sang ibu. Wanita kurus itu akhirnya membuka matanya sembari merintih kesakitan. Mendengar rintihan dari sang ibu membuat hati Lentera mencelos. Wanita kurus yang bernama Dwi Asnamira itu adalah ibu dari seorang gadis bernama Sadisa Lentera. Wanita yang kadang-kadang akan kambuh penyakit gangguan jiwa nya. Mau bagaimanapun, Amira adalah ibu dari Lentera yang sudah berusaha melahirkan nya.

“Cepat lakukan di hadapannya! Aku sudah tidak sabar menonton nya!” ucap pria berjas yang tak lain dan tak bukan adalah Dito Mahesa. Dito sendiri sudah duduk di atas kursi sembari berpangku kaki dan cerutu yang dihisapnya. Tersenyum penuh kesenangan melihat penderitaan dua perempuan dihadapannya.

Salah satu pria bertato itu mulai memegangi tangan Amira dengan kuat. Dan satu nya lagi memegangi Lentera agar tidak ikut campur, Lentera tentu saja tidak tinggal diam. Ia melawan dan memberontak, namun berkali-kali ia mendapatkan tamparan karena tidak bisa diam dan menurut.

Salah satu pria bertato yang dipanggil Theo itu mulai melucuti pakaian Amira. Lantas mulai melecehkan Amira yang hanya menangis dalam diam. Lentera berteriak marah. Hatinya sakit melihat Theo memperkosa sang ibu. Ditambah lagi suara tawa Dito yang menggelegar ketika melihat Amira di setubuhi anak buahnya.

Ratno, pria yang tadinya menahan tangan Amira pun mulai melepaskan tangan wanita itu dan mengambil sebuah lipatan kertas kecil yang terdapat sebuah bubuk obat. Menjejali obat terlarang tersebut ke dalam mulut Amira secara paksa. Lantas kedua pria itu menyetubuhi Amira secara bergilir tanpa mendengar raungan frustasi dari Lentera.

“Bajingan!! Brengsek!! Lo benar-benar brengsek Dito!!” pekik Lentera murka. Air matanya mengalir deras melihat betapa tersiksanya sang ibu. Benar-benar tidak punya hati, ayahnya itu.

Dito tertawa membahana melihat reaksi putri nya itu. “Masih untung hanya ibu mu yang saya suruh perkosa, memangnya kamu juga mau diperkosa?”

“Brengsek!! Mati aja lo anjing!!” Gadis itu terus memberontak tanpa memperdulikan pergelangan tangannya yang memar akibat cengkraman pria bernama Ben itu.

BELIEVE ME!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang