“Aku memiliki harapan, dan semoga saja terkabul sesuai keinginan.”
🎀 HAPPY READING 🎀
Lentera membuka kelopak matanya lalu mengerjap pelan karena sinar mentari yang menyingsing masuk ke dalam apartemen melalui tirai jendela yang berwarna putih. Matanya mengeksplor sekelilingnya, terlihat kamar tersebut bercat coksu dengan beberapa furnitur berwarna senada, adapun beberapa yang berwarna putih. Menciptakan kesan yang nyaman dan hangat.
Ia terdiam sejenak sebelum mendengar ketukan pintu. Matanya beralih menatap pintu. Pintu terbuka, memperlihatkan Afga yang membawa semangkuk makanan dan segelas susu hangat. Lelaki dengan kaos putih dan celana hitam selutut nya itu mendudukkan dirinya di tepi ranjang. Lentera hanya menatap pergerakan lelaki itu.
“Ayo bangun, makan dulu. Lo laper kan?” ucap Afga seraya meletakkan mangkuk dan gelas di atas meja nakas. Ia kemudian membantu Lentera untuk duduk bersandar di board head.
Afga mengambil segelas susu hangat dan meminumkan nya kepada gadis di hadapannya. Setelahnya lelaki itu mengambil semangkuk bubur dan bersiap menyuapkan sesendok bubur ke Lentera. Namun gadis itu hanya menatap kosong ke arah sesendok bubur yang disodorkan di hadapannya.
“Ayo buka mulut, lo mesti makan.” ucap Afga dengan sabar.
Gadis berambut panjang itu hanya melengos dan beralih menatap kosong ke arah jendela apartemen milik Afga.
“Lentera...”
“Biarin gue mati kelaparan,” ucap Lentera dengan suara yang datar.
Afga menghela nafas, lalu meletakkan sendok kembali ke dalam mangkuk dan meletakkan nya di atas meja nakas lagi. Lelaki itu memegang bahu Lentera yang membuat gadis itu kembali menghadapnya.
“Makan!” ucap Afga tegas dengan nada yang tak ingin dibantah. Lentera menggeleng kecil, hal itu tentu saja membuat Afga menghela nafasnya panjang. Tak ingin menyerah dalam membujuk Lentera, maka lelaki itu menangkup kedua pipi Lentera.
“Nyokap lo bakal sedih ngeliat anaknya yang kayak begini. Dia bakal kecewa karena lo terus menyiksa diri sendiri, apa lo ngga kasian sama nyokap lo?” Afga melepaskan tangannya dari pipi Lentera, lantas mengambil semangkuk bubur dan menyendok nya.
Lentera hanya diam dan menerima suapan dari Afga. Gadis itu mengunyahnya dengan pelan, hal itu membuat Afga tersenyum puas. Dengan telaten lelaki itu menyuapi Lentera. Hingga disuapan ke tujuh, gadis itu menggeleng pelan. Afga mengangguk lalu memberikan susu hangat kepada Lentera yang segera diminum oleh gadis itu.
Seusai nya, Afga beranjak dari posisinya dan menuju ke dapur mini yang ada di dalam apartemen untuk meletakkan mangkuk beserta gelas kotor. Lalu ia kembali masuk ke dalam kamar apartemennya membawa sepiring buah apel yang sudah dikupas dan dipotong-potong. Afga membuka laci meja nakas dan menemukan sebuah ikat rambut berwarna lilac. Lelaki itu lantas meraih helai demi helai rambut Lentera dan menyatukan nya dengan ikat rambut ditangannya. Sedangkan gadis itu hanya melamun menatap jendela yang masih bertirai.
“Gue pergi dulu ya? Ada urusan sama temen gue. Lo di sini aja. Ini ada buah buat lo nyemil, gue ngga ngasih snack soalnya lo belum boleh makan micin. Kalau bosen, keluar kamar aja, ada tivi tinggal nyalain aja terus remote nya ada di atas meja.” ucap Afga lalu beranjak pergi keluar dari kamar apartemen.
🎀
Afga melempar jaket jeans hitam nya ke arah sofa dengan sembarang sehingga tanpa sengaja mendarat tepat di wajah Fian. Membuat sang empu yang tengah bermain game online berdecak kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
BELIEVE ME!
Fiksi Remaja"Mau sedalam apapun laut dimata lo, tolong jangan sesekali berfikir untuk menenggelamkan diri." Terlahir dari rahim wanita gila bukanlah kemauan nya. Namun terkadang takdir memang sebercanda itu. Ayahnya seorang pejabat yang termasuk orang penting d...