2- GADIS ANEH

18 17 11
                                    


"Jika ada hal yang lebih manis dari senja, maka itu dia, gadis yang aku temui di atas jembatan." -Afga.

🎀 HAPPY READING 🎀

Seperti biasa, jam setengah tujuh pagi Afga telah sampai di sekolah. Padahal jam masuk nya pembelajaran SMA Tinta Emas Bangsa itu dimulai pada jam tujuh lebih sepuluh menit. Namun karena Arini selalu cerewet jika melihat Afga belum berangkat, maka laki-laki muda itu lebih memilih berangkat pagi sesuai keinginan sang bunda.

Keadaan sekolah pun sebenarnya masih sepi. Hanya beberapa anak saja yang rata-rata nerd atau yang piket. Ia melangkah menuju perpustakaan untuk mencari buku mapel sosiologi. Mengambil kartu tanda pelajar SMA Tinta Emas Bangsa, ia pun akhirnya diperbolehkan oleh pustakawan yang selalu berjaga perpustakaan dari jam enam pagi. Ketika kakinya mulai menapak masuk, aroma buku bercampur dengan pinus sangat menenangkan pikirannya. Terlebih suasana perpustakaan yang sepi karena hanya anak-anak ambis atau nerd saja yang beberapa kali ke perpustakaan.

Karena zaman sekarang yang serba canggih membuat khalayak pemuda pemudi lebih cenderung mencari informasi melalui gawai yang mereka miliki, tanpa perlu repot-repot mencari buku dan membacanya. Sedangkan ia sendiri termasuk tipe orang yang suka membaca buku. Maka dari itu di rumahnya terdapat perpustakaan mini yang berisi buku pengetahuan umum dan koleksi novel sang bunda.

Kakinya berjalan mencari buku sosiologi yang memang tengah dicarinya. Namun matanya malah tertarik ke sebuah rak buku berisi novel Tere Liye.

"Maaf, boleh minta tolong ambilkan novel berjudul Pulang?" sebuah suara lembut menginterupsi, atensi Afga pun beralih ke belakang nya yang terdapat gadis berkuncir kuda dengan poni depan. Tanpa basa-basi ia pun mengambil novel yang gadis itu maksud.

"Eum, sama yang di sampingnya dong." ucap gadis itu hingga akhirnya Afga mengambilkan tiga buku novel dan diserahkan ke gadis manis itu. Gadis tersebut menerima dengan antusias, riak wajahnya terlihat sangat berbinar mendapatkan buku novel tersebut. "Terima kasih yaa." Afga hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Lo tau ngga? Novel karya nya Tere Liye itu udah gue baca semua. Bahkan di rumah, gue punya lemari khusus novel karya Tere Liye. Meskipun gue udah baca semua karyanya, tapi entah kenapa gue setiap ngeliat novel-novel nya pasti pengen baca lagi. Kayak ngandung nikotin ehehe." oceh gadis itu yang diakhiri dengan tawa sejenak.

Afga mengernyitkan alisnya menatap gadis yang terlihat manis dengan senyum lebar dihadapannya. Gadis aneh, untuk apa dia menceritakan hal tentang nya. Ia tidak butuh itu, apakah gadis itu juga akan merengek meminta nomor WhatsApp nya seperti gadis lainnya yang sering mencari perhatian ke Afga?

"Tapi di antara novel-novel nya Tere Liye, gue lebih suka pulang. Karena cerita nya ngena banget. Eh! Tapi semua novel-novel nya Tere Liye emang selalu ngena banget sih. Apalagi makna nya dalam banget." lanjut gadis itu sembari memeluk tiga buku novel cukup erat.

"Lo harus baca, karyanya Tere Liye tidak pernah mengecewakan!" ujar gadis itu antusias.

Afga menatap datar gadis itu. Lantas mau tak mau hanya mengangguk saja. Toh ia juga punya semua edisi novel Tere Liye karena ada di antara koleksi sang bunda. Afga juga sudah membacanya.

"Oh iya, kalau gitu gue pergi yaa. Terimakasih udah ngambilin ini." ucap gadis itu sembari menunjukkan gummy smile nya. Lesung pipi nya pun muncul, membuat Afga salah fokus.

Afga menatap punggung gadis itu yang mulai berjalan hendak keluar perpustakaan. Laki-laki itu kira, gadis itu sama saja dengan gadis-gadis centil lainnya yang mendatangi Afga untuk bermaksud caper dan berujung meminta nomor nya.

Namun ternyata gadis itu berbeda. Dilihat dari pengamatan nya, gadis itu memang tipikal orang yang ramah dan ceria. Bahkan kelewat ramah sehingga merasa sok kenal sok dekat dengan siapapun. Jujur saja, Afga merasa aneh dengan tingkah laku gadis itu. Sungguh aneh di matanya.

Afga melangkah menuju rak sosiologi. Lantas setelah menemukan buku tersebut, ia pun duduk di kursi yang disediakan perpustakaan.

🎀

"Apga! Lo jadian sama Palerie yaa?" todong El dengan alis yang dinaik-turunkan. Kebiasaan laki-laki narsis itu juga memanggil Afga dengan diubahnya menjadi Apga. Bukan ia tidak bisa bilang huruf F, melainkan ia memang sengaja karena katanya bilang huruf F itu ribet. Aga laen emang si El.

Afga mengernyitkan alisnya menatap El aneh. "Kata siapa?"

"Bilang aja ge, semua sekolah gempar gara-gara lo kemaren jalan sama Palerie." ucap El dengan wajah penasarannya.

Baik Fian, Reno, dan Rilan pun sudah siap pasang telinga untuk mendengarkan jawaban dari sabahat nya itu. Percayalah, berita tentang Afga dan Valerie yang jadian sangat trending topik. Berita yang sangat gempar dah intinya. "Gak. Gue gak jadian sama siapapun."

"Lah terus itu buktinya? 'Kan ada salah satu anak sekolah kita yang liat lo sama Valerie jalan di mall. Terus dipaparaziin buat bahan pembicaraan sekolah." jelas Reno penasaran.

Afga menghela nafasnya jengah, "Itu cuma sebagai balasan gue yang waktu itu janji bakal traktir dia jalan. Intinya dia sempet bantuin emak gue yang mau ke jambret. Jadi gue balas budi aja. Ngga ada yang lebih." ucap Afga tanpa minat.

"Kata gue sih kalaupun lo sama Valerie jadian juga gak masalah. Cocok kok malahan." celetuk Fian.

"Lo kalem, Valerie juga kalem. Sama-sama cakep juga. Valerie gitu-gitu juga sering ikut olimpiade matematika dan model remaja kan? Kurang apa coba dia buat lo." ucap Rilan setuju jika Afga jadian dengan Valerie.

Afga jengah. Ia malas sekali jika teman-teman sudah menjadi emak comblang untuk dirinya. Memang nya Afga tidak laku apa, sampai mereka harus comblangin segala. "Bacot lo semua. Gue sama Valerie juga gak ada perasaan apa-apa." ucap Afga kesal.

Reno terkekeh melihat reaksi Afga. "Kata gue dari pada gamon sama Alyssa, mending sama Valerie. Ya ngga bro?" ucap Reno merangkul bahu Fian. Yang dibalas jawaban setuju dari Fian, Rilan, dan El.

"Bacot!" decak Afga kesal. Lantas beranjak dari kantin menuju kelas, tanpa menghiraukan panggilan teman-teman nya. Suasana hatinya buruk karena teman-temannya membahas masa lalu nya, Alyssa Pravita Ningrum. Ya, Afga memang belum lepas dari bayang-bayang masa lalunya. Makanya ia tidak pernah terdengar desas-desus bersama gadis lain setelah mengakhiri hubungan dengan Alyssa.

Keduanya sempat menjalin hubungan dua tahun. Dari kelas 9 SMP sampai kelas 10 SMA. Hubungan keduanya begitu manis dan hangat. Saling mengerti dan perhatian di antara kesibukan masing-masing. Sikap Alyssa yang selalu membuat Afga jatuh cinta kepada gadis itu. Bisa dikatakan bahwa dulu ia bucin sekali dengan Alyssa.

Sehingga meskipun sudah satu tahun mereka mengakhiri hubungan, tetapi Afga masih benar-benar belum bisa melupakan bayang-bayang seorang Alyssa. Gadis cantik yang sempat berhasil memenangkan kedudukan tertinggi di relung hati seorang Afga Naufal Pratama.

🎀 TO BE CONTINUED 🎀

akhirnya bisa update lagii sblm akuu ldks ygy, double up pulaa🥰💋

TERTULIS
18 Agustus 2024

BELIEVE ME!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang